[06]

197 37 2
                                    

Wooyoung mengeluarkan handphone lain dari dalam kantongnya, handphone Mingi. Yunho yang terkejut melihat tampilan casing handphone yang tak asing segera merebut benda itu yang ternyata sudah tak memiliki password. Yunho memencet icon E-mail tergesa, mengklik judul 'Cinderella', membacanya cepat sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya-tak menyangka.

Setelahnya, salah satu dari mereka membuka handphone Yeosang-tak berpassword. Wooyoung terkejut, dugaan-dugaannya benar setelah melihat salah satu E-mail teratas yang berjudul 'Beauty and The Beast'. Namun, pesan tersebut memiliki tampilan bold, dimana Yeosang belum membaca pesan tersebut.

Beauty and The Beast
from : unknown

Berdiri sebuah kerajaan yang pangerannya terkenal dengan ketampanannya. Pangeran tersebut kaya, hartanya bergelimang. Pangeran suka sekali membeli barang yang ia inginkan. Makanan sampai barang yang ia kenakan haruslah sesuai dengan keinginannya.

Pada suatu hari, datang seorang nenek-nenek bongkok mengemis padanya. Pangeran tersebut menghardik nenek-nenek itu dan ia berkata bahwa nenek itu menjijikan. Pangeran mengusirnya, namun sebelum pergi nenek itu mengutuknya agar pangeran menjadi buruk rupa. Perlahan, kekayaan Pangeran sirna, dan orang-orang di sekitarnya meninggalkannya karena Pangeran menjijikkan.

Di belahan tempat lain, hidup seorang gadis desa yang cantik jelita. Entah bagaimana, gadis itu bisa menemukan tempat Pangeran itu. Tidak sengaja, gadis itu bertemu dengan Pangeran, dan ia merasa jijik. Gadis yang menjadi harapan satu-satunya menjadi sirna. Pangeran frustasi. Karena dirasa wajah buruknya tak akan berubah, ia sekaligus membakar dirinya hidup-hidup.

"Jadi, intinya E-mail itu ada hubungannya sama cerita asli si korban?" Duga Jongho.

Wooyoung mengangguk, "Coba deh liat punya gue," Jongho mengambil handphone Wooyoung dan membacanya kembali. Karakter Tinkerbell yang dituliskan persis seperti sifat Wooyoung.

"Si pelaku seakan tau titik lemah korbannya. Mau itu tempat, waktu, atau latar belakang keluarga. Contohnya kediaman Mingi, tempat Mingi terlalu dalem, kumuh terus ga ada kamera pengawas. Yeosang juga, pelaku tau kalau jam segitu orang tua Yeosang belum pulang kerja. Walaupun ada beberapa pembantu, tapi Yeosang ga pernah ngebiarin pembantu masuk kamarnya. Waktu kejadian gue, gue mikirnya orang iseng. Tapi pas gue sambungin kejadian Mingi sama Yeosang, itu udah bukan orang iseng lagi, dia tau tempat gue biasa nyebat, kan? Mungkin waktu mau ngebunuh gue, si pelaku masih amatir, masih coba-coba, dia ngambil tindakan gegabah. Dengan dia minjem palu ke tukang kayu aja udah salah banget." Wooyoung menggebu atas penjelasannya. Yang mana membuat kedua temannya menautkan kedua alisnya.

"Dari mana si pelaku tau sifat-sifat korbannya? Ini tuh termasuk detail." Jongho bersungut sambil menunjuk-nunjuk layar handphone.

"Berarti pelakunya ada di antara kita. Tapi.. ga mungkin." Tebak Yunho.

"Bisa jadi. Tapi bisa jadi juga dia orang asing di sekitar kita yang udah ngawasin dari lama."

"Yang ke dua kurang masuk akal. Ya, walaupun emang bener, kenapa dia ga ngebunuh orang terdekatnya aja? Kenapa lebih milih target anak sekolahan yang bukan dia kenal? Terus kalau dia udah nargetin salah satu dari circle kita, kemungkinan kita yang selanjutnya?" Jongho menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa lo ambil kesimpulan kaya gitu?" Yunho menggerakkan dagunya ke atas lalu kembali ke bawah, meminta pertanggungjawaban atas perkataan Jongho.

"Kaitannya kak Wooyoung, kak Mingi, sama kak Yeosang apa? Selain pertemanan kita, apa ada lagi? Atau ada persamaan diantara mereka yang bikin si pelaku tertarik buat bikin motif?"

tinkerbell [ateez]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang