"Ahh, kenapa gue ngerasa turn on? Apa ini fetish gue? Gue suka liat wajah lo yang sebentar lagi bakal mati." Wooyoung menggigit bibir bawahnya.
"Gue ga akan mati ditangan lo."
"Perlu bukti? Lepas ikatan gue. Kita duel sekarang."
San terdiam sejenak namun setelahnya ia mendekat perlahan pada kursi Wooyoung dengan tatapan yang tak lepas dari mata Wooyong. Dibuka tali dari bagian punggung, lilitannya memutar membuat Wooyoung menunduk melihat bukaan itu seraya menggigit bibir bawahnya, menyunggingkan seringai.
Wooyoung berdiri dengan kokoh tanpa rasa gentar, merelaksasikan leher dan jari-jarinya membuat suara kretek renyah. Dirinya menghadap San, menatap nyalang dengan mata yang sedari tadi sudah memerah. Denyutan pada kepalanya sudah tak lagi terasa saking amarah menyelimuti dirinya.
Kaki kurus Wooyoung berlari menghentak tembok memberikan suara nyaring, mengayunkan kepalan tangan pada perut San. San sedikit terhuyung ke belakang, namun kembali berdiri tegap balas berlari ke arah Wooyoung, mengunci area paha lalu membanting tubuh kurus Wooyoung ke lantai.
Menyesakkan.
Mungkin ini yang dirasakan Jongho saat tubuhnya dibanting ke lantai.
San melipat tangan di dadanya menunggu Wooyoung untuk bangkit. "Cuma satu gertakan lo udah mau mati. Lo nyesel ga nantangin gue?"
Wooyoung bangkit lagi, diam-diam mengambil pisau kecil yang tergeletak di lantai lalu segera menancapkan pisau itu ke dada lawan. San berhasil menghindar dan tusukkannya hanya berhasil mengenai bahu. Wooyoung memanfaatkan kesempatan itu, dirinya terus memukul dan mencabik-cabik perut San dengan pisau kecil.
"Lemah. Lo ga malu diliat arwah temen lo?"
Dengan tangan satunya menahan darah dari perut, San mendorong tubuh Wooyoung sampai terpental, ia mengambil pisau yang lebih besar lalu berlari lagi ke arah Wooyoung. Pisau ditancapkan ke kaki yang kurus membuat Wooyoung berteriak kesakitan. San mengejar Wooyoung yang berlari terpincang. Lehernya ditekan dengan kencang dan ditubrukkan tubuh Wooyoung ke dinding semen.
"Lo udah siap mati, Wooyoung?"
Wooyoung tersedak, susah bernapas. Namun instingnya untuk bertahan hidup lebih besar. Ia cabik tangan San yang mencekik lehernya, sementara tangan lain menahan tikaman pisau pada tangan San yang lain.
"Lo i-itu cuma terobsesi—ahk! sama gue! Lo mau hebat tapi nyatanya lo—cuma sampah!"
Darah dari tangan San membanjiri lantai. Wooyoung berhasil melepaskan diri dari cengkraman San lalu menyiku perut lawan. Dirinya berlari sambil menggenggam handphone nya yang tadi sempat ia keluarkan. Mendial nomor polisi. San tertawa karena dirinya tahu polisi tak akan berbuat apa-apa.
"Saya nemuin orang yang culik Yeosang. Tolong lacak lokasi d-di sini—ahk!"
San mendecih, kembali ia mengerjar Wooyoung yang sudah bergetar. Mencoba mencabikkan pisau ke arah dada namun Wooyoung terus berguling ke samping.
Wooyoung menahan kedua tangan San yang siap mencekiknya. Kilas balik kehidupannya tergambar di depan mata seakan dirinya siap untuk mati. Air mata Wooyong tiba-tiba mengalir. Menyakitkan, mengingat ia dan San dulu adalah sahabat yang tak terpisah. Melakukan hal bersama, menjahili teman yang lain bersama. Candaan yang terakhir kali mereka lakukan adalah saat mereka berkumpul di cafe dengan sahabat lainnya yang masih lengkap.
San dan Wooyoung saling berbisik merencanakan sesuatu. San menggebrak meja, sedangkan Wooyoung menepuk kepala Hongjoong agar terkejut dalam lamunan kantuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
tinkerbell [ateez]
Mystery / ThrillerJika kamu mendapat E-mail itu, maka bersiaplah kamu yang selanjutnya. cw // thriller, psychopath, violence, mystery, friendship, murder, blood Terinspirasi dari drama 'Mouse' dan penulis-penulis ff/au hebat yang pernah aku baca. Disclaimer! Cerita t...