[16]

159 34 4
                                    

Celana disingkap sebatas dengkul. Diperiksa betisnya berharap luka sedikit membaik. Jongho mendecak, sedari kemarin lukanya tidak ada kemajuan. Sebagian masih menganga, sebagian mengering.

"Kak Wooyoung.. gue yakin itu bukan kemauan kakak berbuat kaya gini."

Jongho semakin yakin, setelah San menceritakan bahwa dulu ia sempat melihat cuplikan video Wooyoung kecil sampai operasinya, Wooyong tak mau menjadi seperti penjahat.

Saat pertama kali San menceritakan, seperti biasa, Yunho sangat marah. Sempat ada perkelahian sampai keduanya agak babak belur.

"Kenapa lo baru kasih tau sekarang bangsat!" Yunho menarik kerah San menatap nyalang. Jongho mencoba memisahkan mereka namun tetap sia-sia. Lagi pula, Jongho pun sama kesalnya seperti Yunho.

"Lo ga ngerti rasanya jadi gue, gue bingung, Yunho! Gue takut kalo itu aib Wooyoung. Wooyoung udah gue anggap keluarga gue sendiri,"

"Bullshit! Kalo lo anggap keluarga, kenapa lo ga buat dia balik ke jalan yang bener?! Lo biarin dia jadi psikopat gila? Orang tua Wooyoung juga sama aja, gak ada yang bener!" Yunho meninju wajah yang satu, membuat lawannya terhuyung lalu jatuh.

San yang tak mau kalah balas memukul si tinggi. Keduanya saling memukul sampai berguling di lantai.

"Kak udah! Kalau gini terus kapan dapet jalan keluarnya!" Jongho menendang San yang menduduki perut Yunho.

Jongho mengganti perban. Dirinya terduduk sendiri di pinggir kolam renang setelah mengucapkan selamat malam pada pelatih. Karena Jongho hanya cadangan, Jongho tidak diwajibkan untuk mengikuti asrama. Jongho hanya berlatih dengan rekan cadangannya yang lain.

"Ternyata Woyoung ngubur anjing di daerah hutan. Di situ orang tuanya panik. Gue yakin kepala anjing itu udah hampir copot, kakinya juga patah. Lo tau apa yang paling bikin gue mual?"

"Apa?" Tanya Yunho tak sabar.

"Wooyoung ternyata dari tadi ngegenggam sesuatu di tangannya. Dia kasih liat itu ke ibunya dan bilang 'buat mama'. Itu mata anjingnya."

Jongho membebat kencang perban pada betisnya. Meremat menahan rasa perih akibat luka yang terus berkontak dengan air. Sedari awal Jongho sudah diperingatkan untuk tidak mengikuti turnamen. Tetapi Jongho kekeh. Walaupun pelatih bilang Jongho berpotensi tidak akan mengganti siapa-siapa, Jongho tetap ingin mengikuti latihan. Hampir tidak mengandalkan siapapun karena Jongho tidak ingin menjadi beban. Mimpinya menjadi atlet renang tak akan pernah Jongho kubur dalam-dalam.

"Terus.. operasi itu buat hilangin saraf kak Wooyoung yang gak normal?" Jongho memainkan jarinya gelisah.

"Gue udah baca semua buku yang pernah gue liat di rumah Wooyoung waktu itu. Di sana bilang kalo operasi itu ga menjamin seratus persen orang bakal berkelakuan normal. Gue gak tau itu bakal kambuh lagi atau emang sebenernya gak ada perubahan." Jawab San.

"Bisa jadi juga ada pemicu yang bikin dia balik kaya dulu."

Seandainya Jongho ada di lokasi saat Wooyoung dan San saling menyerang di kediaman San terakhir kali, Jongho pasti tidak akan membiarkan Wooyoung pergi. Jongho ingin tahu semua hal tentang Wooyoung. Jongho ingin Wooyoung menceritakan semua rahasia dan keresahan laki-laki itu.

Setahu Jongho, selama dalam pertemanan mereka tak pernah ada yang disembunyikan. Semuanya mengenal baik latar belakang keluarga bahkan orang tua masing-masing—kecuali, mungkin orang tua Seonghwa yang agak susah untuk diajak kompromi.

Tapi ternyata Wooyoung menyimpan sesuatu yang besar. Orang tua Wooyoung pun seakan menghilang ditelan bumi. Jongho tidak tahu apakah mereka berniat saling melindungi atau hanya melindungi diri sendiri.

tinkerbell [ateez]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang