Bermodalkan kendaraan umum, Jongho sampai di tempat yang telah dijanjikan tepat pukul 07.29 . Raganya agak bergidik melihat tempat yang menjadi saksi kekacauan saat kematian Seonghwa dan hilangnya Hongjoong.
Darah kering masih mengkerak di lantai, tak tersentuh bagai tanda ketidak-ikhlasan Seonghwa atas nyawanya. Kursi dan tali masih pada tempatnya. Kain bekas membebat mata Hongjoong pun masih tergeletak, stain warna coklat bekas dari darah kepala Hongjoong masih terlihat jelas.
"Gimana nasib keluarga kak Hongjoong? Pasti mereka belum tau kak Hongjoong hilang."
Jongho masih ingat posisi saat itu. Seonghwa di tengah berbaring ditutupi kain seadanya, Hongjoong yang diikat di belakang, Wooyoung dan dirinya di sebelah dinding kiri, San di sebelah dinding kanan dan Yunho di ambang pintu. Saat itu, pesan Kematian datang kepada Hongjoong ditempat ini.
Jongho menggelengkan kepalanya mengusir pikiran negatif yang terus muncul. "Kok belom dateng? Apa telpon aja ya?"
Jongho membuka kunci handphone membuka kontak. Tepat saat jarinya akan mengetikkan nama seseorang, ada E-mail masuk berkali-kali membuat Jongho tersentak. Tidak ada nama pengirim, hanya E-mail berjudul 'The Little Mermaid'
Jantungnya mencelos, Jongho bersimpuh karena kakinya tak mampu menopang tubuhnya yang mendadak lemas. Air matanya bercucuran. Sumpah demi apapun, Jongho tidak berpikir kalau dirinya akan dibunuh di sini, hari ini. Buru-buru ia mencari kontak 'Kakak',
namun terlambat.
Handphone nya direbut dari arah belakang. Jongho masih membeku dengan posisinya menunduk. Seseorang membisikkan sesuatu pada telinga kanannya.
"Mau telpon siapa?"
Jongho segera bangkit berniat berlari, namun orang itu lebih cepat menginjak keras kakinya yang terluka sampai menimbulkan bunyi tulang yang patah.
"ARGH!"
Gak, jangan kaki. Jangan kaki gue. Mimpi gue.
Jongho membalikkan badannya. Terlihat sosok tubuh laki-laki dengan pakaian serba hitam, topi hitam, masker hitam.
Ia merekam Jongho sangat dekat.
Jongho mencoba berlari lagi meski kakinya sudah mati rasa. Lagi, laki-laki itu menarik kakinya bagai tak memiliki beban, menginjak dan menendang kaki Jongho berkali-kali.
Peluh membanjiri raga Jongho, berteriak kesakitan meminta tolong. Tolong untuk mimpinya, tolong untuk kebenaran, tolong untuk sahabatnya.
Jongho mencoba lagi berlari, menggapai-gapai angin kosong didepannya. Sesekali menengok ke belakang yang anehnya laki-laki itu hanya berdiri diam di tempatnya sambil merekam Jongho yang kesusahan berlari. Jongho tak mau menyerah, Jongho tak mau meminta ampun, atau meminta melepaskan dirinya pada iblis itu.
"Percuma, little mermaid. Kaki lo udah rusak." Ucapnya remeh.
Laki-laki itu berlari dengan mudahnya ke arah Jongho yang sudah berada tangga, seolah berkata kalau usaha Jongho untuk melarikan diri adalah sia-sia. Ia menendang kaki Jongho lagi tanpa ampun. Saat Jongho terjatuh, laki-laki itu membopongnya kembali ke atas dan membanting tubuh Jongho.
Jongho tak kuasa lagi untuk berteriak. Tenaga yang ia punya hanya cukup untuk meraup oksigen.
"Sebelum lo mati,"
Laki-laki itu memperlihatkan layar handphone tepat di depan matanya.
"Baca ini."
Penglihatan Jongho sudah buram, namun Jongho masih dapat mendengar jelas suara itu. Kepalanya ingin pecah seketika saat tahu siapa orang dibalik masker itu. Deru napasnya semakin pendek. Kaki laki-laki yang menahan kaki Jongho digigit sekuat tenaga oleh Jongho, memukul lambat kaki kokoh itu tak bertenaga. Usaha sia-sia itu dibalas dengan tendangan di bagian perut dan dada.
"G-ghue.. haa—kecewa.. sama, ahk! lo, kak.. haa—"
Katakanlah, napasnya terputus-putus. Jongho yakin dirinya sekarat.
Di saat laki-laki itu membuka maskernya, Jongho hanya dapat melihat siluet wajah dan warna-warna putih mengelilingi pandangannya. Namun sekali lagi Jongho yakin, orang itu adalah orang yang Jongho kenal.
"Cepet baca E-mail gue sebelum lo mati, Jongho."
Jongho terengah. Ia masih terus merekam Jongho sambil memperlihatkan layar handphone.
"Gak a-akan gue—haaak! biarin lo—hhha.. menang. G-ghue harap—hhh.. lo pergi k-ke neraka."
Jleb
Dengan segenap tenaga Jongho yang tersisa, Jongho menusuk pisau lipat yang ia simpan di saku celananya pada dadanya sendiri. Sisa air mata mengalir melalui pipinya.
Jongho tidak menyerah, Jongho membuat laki-laki itu kalah.
.
.
.
.
.
.
.
.
The Little Mermaid
from : unknownDi dasar bumi di balik riuhnya ombak mengkilat, hidup seekor mermaid cantik berbakat yang merupakan anak dari raja penguasa lautan. Rambutnya berkilau, suaranya indah. Ia senang berenang menjelajahi lautan membuat dirinya memiliki pengetahuan yang luas tentang lautan, daratan, serta memiliki orang yang ia cintai di daratan.
Hal tersebut diketahui oleh ayahnya. Ayahnya marah dan membinasakan semua benda milik Ariel membuat Ariel tidak bisa menjelajahi daratan dan tidak bisa bertemu dengan orang yang ia cintai.
Maka dari itu, Ariel membuat perjanjian dengan penyihir laut yang terkenal untuk mengubah ekornya menjadi kaki. Penyihir itu memberi kesempatan pada Ariel menjadi manusia selama tiga hari sampai ia mendapat ciuman cinta sejatinya. Namun jika ia tak kunjung dapat, maka akan ada hukuman alam yang menanti.
Ariel pergi ke daratan dan ia bertemu dengan orang yang dicinta. Suatu hari, orang yang dicinta sedang melakukan perjalanan di laut dan terjebak di sana. Ariel membantu menyelamatkan yang dicinta, dan beruntungnya ia selamat.
Ariel ingin meminta balas budi pada yang dicinta untuk memberinya ciuman, namun tak kunjung ia dapatkan. Ariel sempat memaksa, namun manusia itu tetap tidak mau memberikan ciumannya. Maka Ariel mendapat hukuman dari alam kehilangan suaranya yang indah dan kakinya cacat untuk selamanya, tak pernah bisa kembali menjadi ekor.
— The Little Mermaid —
KAMU SEDANG MEMBACA
tinkerbell [ateez]
Mystery / ThrillerJika kamu mendapat E-mail itu, maka bersiaplah kamu yang selanjutnya. cw // thriller, psychopath, violence, mystery, friendship, murder, blood Terinspirasi dari drama 'Mouse' dan penulis-penulis ff/au hebat yang pernah aku baca. Disclaimer! Cerita t...