Kaki kurusnya menghentak di lantai ruangan tak berpenghuni. Perlahan, Wooyoung berusaha menaikki tangga tanpa suara, karena sedari lantai bawah dirinya mendengar suara ketukan yang keras. Sebenarnya Wooyoung sengaja datang lebih awal dari yang Jongho janjikan karena tak sabar untuk bertemu.
Prak! Prak! Prak!
Suara yang Wooyoung yakini adalah kapak semakin jelas memasuki rungu sejalan dengan naiknya tangga satu persatu.
Wooyoung mengintip dari balik tembok tangga yang menuju lantai tujuannya. Terlihat seseorang berbaju hitam memunggungi posisi Wooyoung sedang memotong sesuatu menggunakan kapak. Cairan merah segar mengalir melalui tangga.
Wooyoung mencoba naik satu tangga lagi ingin melihat lebih jelas. Seketika seluruh tubuhnya bergetar, tangan kanannya merogoh saku bersiap menggenggam pisau setelah ia melihat kaki manusia yang sedang dipotong.
Tangan kirinya mengambil handphone, mendial nomor yang terkahir kali ia hubungi, Jongho.
Matanya membulat. Di sana, di samping orang yang sedang memutilasi itu ada handphone yang berdering. Orang itu berhenti memotong dan mengangkat telpon yang berdering.
Orang itu berkata, "Halo?"
Kata yang sama terlontar di nomor 'Jongho' yang sedang Wooyoung telpon.
Tidak, Jongho-nya.
Suara dalam telpon terdengar menggema dalam ruangan, membuat orang itu tersentak kaget melihat ke belakang.
Kepala Wooyoung berdenyut. Sakit menggerayangi seluruh saraf dalam tubuhnya. Serat-serat merah menguar dari balik putih mata. Wooyoung berjongkok di tangga menjambak kepalanya berteriak kesakitan. Sedangkan orang itu turun melewati Wooyoung dengan perlahan, ingin kabur.
Orang itu pikir Wooyoung sedang lemah.
Namun sebenarnya orang itu sedang memanggil iblis yang bersemayam dalam tubuh manusia.
Wooyoung menahan lengan orang itu dengan cengkraman yang sangat keras sebelum ia melewatinya. Sempat memberontak sebelum Wooyoung berikan pukulan amat keras pada perutnya. Orang itu berguling sampai anak tangga paling bawah, terburu bangkit untuk kabur namun Wooyoung berlari mengejar sekuat tenaga.
Tatapan tak berekspresi sembari getaran pada tiap kulitnya yang diakibatkan kecepatan lari cukup menggambarkan jika Wooyoung sedang mengamuk.
Sampai tiba di semak belantara di belakang gedung kosong, orang itu terjatuh. Wooyoung semakin mempercepat langkah kaki kurusnya, menghantam tubuh itu dengan keras.
"Buka masker lo, Iblis." Seru Wooyoung.
Badan orang itu masih bergerak lincah menghindari terjangan Wooyoung yang berusaha membuka masker. Membuat Wooyoung semakin naik pitam, gertakan pada hatinya semakin menggebu.
Tancapkan pisaunya.
Pikiran Wooyoung berkata. Maka Wooyoung mengangkat tinggi pisau pada genggamannya, menghunus-hunuskan acak ke bawah berharap terkena si lawan. Namun lagi, orang itu agaknya memiliki kemampuan pertahan diri yang hebat, membuat Wooyoung terus menancapkan pisaunya ke tanah.
Robek kulitnya.
Wooyoung semakin mempercepat gerakannya. Membobotkan tubuhnya lebih keras ke badan yang satu. Dan Wooyoung berhasil menancapkan pisaunya pada telapak tangan lawan.
"ARGH!" Teriak orang itu.
Air hujan mulai membasahi bumi. Tanah yang mereka geluti berubah menjadi lumpur yang ikut serta membaluri pertarungan keduanya. Tanah licin membuat orang itu berhasil kabur dari cengkraman tubuh Wooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
tinkerbell [ateez]
Mystery / ThrillerJika kamu mendapat E-mail itu, maka bersiaplah kamu yang selanjutnya. cw // thriller, psychopath, violence, mystery, friendship, murder, blood Terinspirasi dari drama 'Mouse' dan penulis-penulis ff/au hebat yang pernah aku baca. Disclaimer! Cerita t...