[10]

165 37 4
                                    

Jongho kembali mengetukkan jemarinya di atas meja. Sudah beberapa menit semenjak dirinya duduk di bangku cafe yang pernah ia kunjungi bersama Mingi terakhir kali, ia menunggu Wooyoung dan San yang terus menghubungi Hongjoong.

Keesokan hari setelah kejadian yang menimpa Seonghwa, San meminta berkumpul untuk meminta penjelasan. Karena, hanya San dan Hongjoong saja yang tidak mengerti soal E-mail yang pernah disinggung. Selain itu, Wooyoung juga meminta mereka untuk berdiskusi agar saling melindungi.

"Gue yakin kak Hongjoong udah kena, San. Lo ga inget dia yang terakhir dapet E-mail itu?" Yunho semakin jengah.

San dan Wooyoung saling bertatapan. Maka salah satunya memutuskan untuk memulai percakapan.

"Gue mau ngusulin, gimana kalo kita nginep dulu buat sementara waktu?" Usul Wooyoung.

"Nginep di siapa, kak?"

"San."

"Kenapa di gue?" San menaikkan alisnya, menunjukkan jari ke diri sendiri.

"Lo tau San, dari yang nyisa kita berempat, cuma lo yang lagi tinggal sendiri di kontrakan. Kalau nginep di gue, Yunho atau Jongho, gue ga mau orang terdekat kita jadi imbasnya."

San menghela napasnya sejenak. Berpikir akan konsekuensi yang akan ia terima jika pembunuh itu masuk ke dalam rumahnya dan mereka tidak punya perlindungan. San ingin mengusulkan agar melibatkan polisi dan melaporkan semua kejadian yang terjadi, namun San sendiri tahu, bahwa mereka pun memiliki andil yang salah. Bagaimana mereka memendam kasus ini, pun mereka yang membiarkan Seonghwa mati. Cerita karangan Seonghwa yang dibegal akan membuat semuanya rumit.

San menganggukkan kepalanya setuju, walau sedikit agak keberatan.

Yang bertiga lainnya tahu kalau San keberatan—karena mereka secara tidak langsung memancing penjahat ke dalam kediaman San. Namun mereka abaikan, memilih jalan yang paling baik.

"Kak San mantan atlet taekwondo, kan?"

San lagi-lagi menghela napasnya, lalu mengangguk. Lagi-lagi merasa dirinya memiliki tanggung jawab. Ia merasa Wooyoung sengaja membuat yang masih hidup bergantung pada San, dan mengartikan bahwa mau tidak mau, mereka semua harus selamat selama berada di kediaman San.

Wooyoung menepuk pundak San. Ia melanjutkan kalimatnya. "Kita coba nginep tiga hari. Kalau masih aman, kita lanjut satu minggu. Kalau masih aman juga, baru kita pulang."

"Kak, ini bener kita ga akan kasih tau soal ini ke siapa-siapa? Jongho pikir, gak apa-apa kita dapet hukuman asal semuanya clear di depan polisi."

"Gue ga mau mempertaruhkan masa depan gue. Iya sih kita bukan pembunuhnya, tapi kita udah terlanjur salah. Kita tetlanjur udah setengah jalan, gue ga mau berhenti." Tegas Yunho menjawab perkataan Jongho.

Yang lain mengangguk, kecuali Jongho. "Kalau Jongho ga ikut, gimana? Jongho sebentar lagi bakal ada turnamen renang. Tiga hari lagi Jongho bakal pelatihan." Resahnya.

"Yaudah, Jongho lo gapapa ikut pelatihan. Tapi lo harus selalu ngabarin kita. Kalau dapet E-mail itu, jangan gegabah langsung kasih tau orang-orang, jangan telpon polisi. Langsung telpon kita, kasih tau lokasi lo lagi di mana." Jelas San yang dibalas anggukan mantap oleh Jongho.

"Sekarang, gue mau kita mikirin E-mail apa yang bakal kita dapet. Dengan cara apa pembunuh itu ngebunuh kita. Ya—kalau emang dia ngicer kita," Kata Wooyoung.

"Gue ga paham, Young. Gue ga pernah nonton film-film princess." Balas San. Yunho dan Jongho ikut mengiyakan.

"Yang gue liat di internet ada banyak. Masalahnya, ending yang dia bikin ga relate sama film aslinya. Lo tau? Waktu gue baca E-mail punya kak Hongjoong, endingnya Aurora ketusuk paku gede di kepalanya." Wooyoung semakin serius menggulir layar handphonenya. San dan Jongho membeku bergidik ngeri. Yunho mengusap wajahnya, tak bisa terbayangkan olehnya kalau benar Hongjoong diperlakukan seperti itu.

tinkerbell [ateez]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang