Beberapa hari telah berlalu, Yasa mulai terbiasa dengan kegiatan barunya. Dia masih dimeja makan menyantap sarapan, sendiri. Ingat ya, sendirian. Dia juga tidak berniat mempertanyakan Ayah dan Abangnya. Jika Jawabannya selalu sama, untuk apa ditanyakan?
Tapi realitanya, berbeda dengan pikiran Yasa, hari ini. Gerald dengan santai berjalan menuju meja makan. Jarang-jarang kan dirinya makan dirumah. Dia menarik kursi di samping adiknya yang sedang khusu' bersarapan ditemani lamunannya.
" Kalo udah cepet berangkat, itu sekolah bukan tempat Bapak lu ngomong-ngomong"
" Abang belum berangkat?" seketika Yasa tersentak
" Menurut lu? Udah dikasih izin sekolah. Kenapa? Capek sekolah? Gue bisa bilang ke ayah kalo lu pengen berhenti. Tapi jangan rengek- rengek minta sekolah lagi, gue males bujukin Ayah lagi" datar Gerald
"Jadi Abang yang bujukin Ayah?"
" Apa menurut lu Ayah itu bakal ngasih lu izin gitu aja?"
" Thanks berarti." Yasa mengangguk mengerti sembari menenggak obat-obat nya.
" Terus?"
" Terus apa?"
" Gue harap lu masih denger pertanyaan gue tadi, otak lu masih ada memorinya kan?"
"Gue nggak apa-apa, tumben Abang nanya?"
" Kenapa? Nggak boleh?"
" Udah lah, Gue berangkat" Yasa mengangkat tas sekolah nya. "Bi ! Yasa berangkat!" pamit Yasa.
Gerald menatap Yasa bingung, masalahnya bukan nya menjawab pertanyaan yang dia ajukan justru Yasa berpamitan pergi kesekolah meninggalkan dirinya sendiri di meja makan. Ada apa dengan adiknya satu itu? Ah! Tapi bukankah tadi dia yang menyuruh Yasa agar segera berangkat? Gerald kadang sebodoh itu untuk mengerti Yasa.
Murid dengan baju olahraga mereka itu, berbaris ditengah lapangan. Mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu didampingi seorang guru olahraga. Tapi, disaat semua murid bersemangat dalam pemanasan, justru Garda yang mencari-cari si anak Manja menurutnya, Yasa.
Tidak nampak batang hidungnya dibarisan teman-teman disekitarnya. Padahal, dia baru saja mau menurunkan gengsinya dengan menerima tawaran Yasa kemarin. Yah dia sadar juga sih, dia selama ini juga tidak benar-benar memiliki teman. Maksudnya, dia hanya memiliki teman yang hanya sebatas saling kenal dan sapa. Tidak benar-benar apa yang dimaksud dengan teman. Kalau dilihat lihat memang Yasa cukup menarik untuk dijadikan teman, misterius, pemikiran yang berbeda dan kadang juga bersikap ramah apa adanya. Tidak pilih-pilih dalam berteman.
Tapi malah sekarang anak itu entah hilang kemana, padahal hari ini tidak ada surat izin yang masuk kelas. Dia juga baru beberapa hari masuk sekolah. Masih menyandang status anak baru, Yasa itu. Bisa bisanya dia sudah membolos seperti ini. Benar-benar membuat Garda penasaran.
" Garda!" panggil guru olahraga itu sesaat setelah pemanasan selesai
" Iya Pak!" Garda berlari kecil menghampiri guru itu.
" Tolong ambilkan Bola satu lagi ya, sepertinya masih kurang untuk latihan voli hari ini"
" Kok Bapak nyuruh saya sih Pak? Kan ada ketua kelas tuh"
" Halah, bapak kan jarang jarang minta tolong ke kamu! Sudah sana!"
" Ish! Iya " agak malas Sebenarnya harus disuruh-suruh Begini. Tapi, Garda masih menuruti perintah itu kok.
Dalam perjalanan menuju gudang penyimpanan alat-alat, Garda justru mendapati yang dia cari-cari dari tadi. Yasa sedang berjalan santai dengan beberapa buku ditangannya. Hei! Apa Yasa lupa jadwal pelajaran hari ini?
" Anak baru!" panggil Garda berlari mendekati Yasa yang terhenti langkahnya sebab panggilan Garda tadi
"Kenapa?"
" Lu ngga olahraga? Lupa jadwal? Sakit? Aha!!!! Lu bolos ya!"
" Enak aja, gak lah! Izin gue udah"
" Bohong! Alasan apa lu?"
" Ya intinya gue udah izin, kalo gue nggak izin pasti guru olahraga juga udah nyari nyari gue pas absen tadi, buktinya ngga kan? Terserah lu mau percaya atau nggak intinya gue udah izin" Yasa melanjutkan langkahnya.
Garda masih menatap Yasa heran, dia mematung ditempatnya padahal Yasa sudah melenggang pergi. Dia masih tidak mengerti sikap Yasa kali ini, tingkat lakunya juga. Sedikit berbeda dengan hari kemarin. Tapi sebenarnya kalau dipikir-pikir ucapan Yasa tadi juga tidak salah, tidak ada yang menanyakan ketidak hadiran Yasa di lapangan tadi. Itu artinya Yasa mungkin sudah izin.
Hah, sudahlah masalah Yasa dipikirkan nanti, sekarang dia harus mengambil bola voli dulu. Sebelum guru olahraganya, mendapati dirinya sedang mematung disana. Garda pun segera melanjutkan langkahnya menuju ke gudang.
Dengan bola voli ditangannya, Garda datang memberikan bola itu pada gurunya yang sedang mengawasi siswa siswi lain berlatih bola voli.
" Pak, ini bola nya"
" Oh oke, terimakasih ya Garda. Sekarang kamu ikut berlatih dengan teman-temanmu sana" perintah guru itu.
" Tapi, Pak saya mau bertanya" ucapan garda menyita atensi guru itu
" Apa?"
" Si anak baru itu, maksud saya Yasa. Hari ini tidak hadir dipelajaran olahraga, dia izin?"
" Kenapa kamu jadi peduli sekali? Dia tadi memang izin. Kenapa memangnya?"
" Enggak, ngga apa-apa"
" Ya sudah sana ikut latihan bersama teman-temanmu!"
" Iya" Garda berjalan bergabung dengan teman-temannya yang lain.
Dia jadi tambah penasaran, kenapa Yasa mudah sekali untuk mendapatkan izin? Dan kenapa setelah izin dia masih bisa berjalan jalan santai? Hah! Semua tentang Yasa menjadi sangat misterius, dan entah kenapa Garda Begitu ingin tahu.
Padahal sebelumnya dia tidak pernah peduli dengan siapapun selain keluarga dan dirinya sendiri. Tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Tapi, kali ini sosok anak manja yang dia sebut, sosok yang baru saja dia kenal. Memberikan banyak teka-teki yang tanpa alasan menarik perhatiannya. Dia begitu penasaran dengan sosok Yasa.
Sampai jumpa di update selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Good To Be True?
FanfictionAku hanya ingin, dimengerti, menjadi perhatikan seutuhnya. Tidak selamanya, hanya sampai sejauh aku bisa bertahan. Tapi bahkan tidak ada dari kalian yang meyakinkanku untuk berharap itu. Apa itu terlalu mustahil untuk diwujudkan?