Pintu rumah nya yang berwarna hitam nan elegan didorong. Sebelum masuk matanya sempat menangkap kehadiran mobil Ayah digarasi. Pantas saja, rupanya hari ini Willy pulang cukup cepat dari biasanya, bahkan dia sedang mengobrol dengan Gerald diruang tengah.
" Yasa!" panggil Willy memecah keseriusan Yasa menatap mereka mengobrol sebelum disadari oleh Ayahnya tadi.
Yasa berjalan mendekati, nampak Dimatanya Gerald sedikit canggung ketika melihat Yasa dihadapan, entah apa yang mereka baru saja obrolkan.
" Ayah, sudah pulang?"
" Iya, malam ini Ayah ingin mengajak kalian berdua makan malam"
" Dalam rangka?"
"Sudahlah, kamu ikut saja ya. Sebaiknya sekarang kamu segera makan siang dan beristirahat, Gerald kau juga. Karena acara ini sangat penting, Ayah tidak ingin salah satu dari kalian tidak bisa ikut dengan alasan apapun,"
Yah tidak membantah, karena Yasa masih memikirkan mengenai izin sekolah nya, apalagi kalau Willy sampai tahu dia habis membolos. Ah pokoknya hari ini Yasa harus bermain cukup tenang.
Yasa menurut saja kali ini, dia berjalan menuju kamar dan beristirahat. Meskipun dalam rebahnya dia tidak bisa tenang, pikiran nya kemana-mana, karena tidak seperti biasanya Willy mengadakan acara seperti ini.
Bahkan ketika pada saat yang ditunggu-tunggu tiba. Yasa, Gerald dan Willy turun dari mobil yang sama milik Gerald. Dengan Busana yang cukup rapi, apalagi Willy yang mengenakan setelan Jas dan berdasi kupu-kupu.
Mereka turun dari mobil dan melangkah masuk menuju kafe yang terkenal citra keromantisan dan ditujukan untuk para pasangan. Nyatanya malam ini tampak sepi tidak ada siapapun selain keluarga Yasa dan pelayan. Willy mengajak kedua putranya menuju meja yang tersusun atas 5 kursi dengan sajian yang telah rapi tertata.
"Yah, kok sepi?" tanya Gerald sesaat setelah duduk berbarengan dengan Yasa dan Willy.
"Ayah sudah reservasi dan minta sepenuhnya dikosongkan untuk kita," jawab Willy santai.
Wajah Willy tidak lepas dari Senyum, tapi juga tampak sedikit gelagat gugup ditunjukkan. Matanya bolak balik menatap kearah pintu masuk, seperti menunggu seseorang.
"Menunggu siapa sih yah? " Yasa menaikkan sebelah alisnya.
"Tunggu sebentar ya kita masih ada tamu lagi."
Entah pertanda apa, tapi perasaan Yasa benar benar tidak enak kala itu. Dia tidak mau berpikir ke hal yang tidak dia inginkan, tapi rasanya begitu sulit untuk menampik pikiran negatif yang menyelinap dan ganas memenuhi isi kepalanya.
"Nah itu dia!" Ucap Willy menunjuk ke arah datangnya tamu yang telah ditunggu.
Seperti slow motion, Yasa yang membelakangi arah pintu membalikkan badannya, dan mata seketika terbuka lebar, tubuhnya membeku ketika melihat kedatangan tamunya.
Tubuhnya masih seolah kaku bahkan ketika dua tamunya sudah berada didepan mata.
"Garda," gumam Yasa masih tidak percaya.
Sama halnya dengan Yasa, Garda juga tidak pernah menyangka ini semua.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Desty yang tidak mendapatkan Jawaban dari Yasa bahkan adiknya.
"Baguslah kalau begitu, kan kalian jadi lebih mudah untuk saling mendekatkan diri sebagai keluarga." Sambung Willy.
Sontak Garda dan Yasa menoleh mendengar ucapan Willy. Gerald sudah tahu dari tadi siang, tapi dia juga tahu Yasa tidak akan semudah itu menerima semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Good To Be True?
FanfictionAku hanya ingin, dimengerti, menjadi perhatikan seutuhnya. Tidak selamanya, hanya sampai sejauh aku bisa bertahan. Tapi bahkan tidak ada dari kalian yang meyakinkanku untuk berharap itu. Apa itu terlalu mustahil untuk diwujudkan?