Dipagi pagi begini, bahkan itu belum sampai jam setengah tujuh! Bayangkan, Yasa sudah keluar dari kamar nya dengan pakaian rapi. Mantap! Dia bahkan keluar dengan senyuman cerah yang akan kita hiperbola, anggap saja senyumnya melebihi cerahnya sang matahari. Jelas, karena saat itu baru terlihat pucuk nya saja.
Dia berjalan menuju ruang makan, dan mendapati Ayah sedang menyantap roti tawar dengan selai kacang, sedang Bi Sumi mempersiapkan makanan untuk nya ternyata.
" Pagi!" sapa riang dari Yasa " Abang Gerald mana?" tanyanya kemudian sembari menarik kursi
" Sudah berangkat tadi, ngomong-ngomong tumben Mas Yasa sudah rapi? Ada apa ini?" Bi Sumi menyiapkan makanan dipiring milik Yasa beserta obat- obat nya dipiring kecil.
" Hmm, Bibi dengar ini ya! Ayah jadikan mendaftarkan aku kesekolah itu? " ucap Yasa
" Hah? Apa?" jawab Willy bingung
" Semalam Ayah bilang begitu ya!" Yasa mengerucut kan bibir nya, sementara Bi Sumi malah terlihat bingung sendiri.
" Yasa, nanti saja ya kita bahas lagi, Ayah harus pergi sekarang. Dan ada meeting juga" jawab Ayah yang seketika melunturkan semangat Yasa pagi itu.
" Terserah Ayah saja!" Yasa bahkan belum sempat menyantap sebutir nasi, atau pun meneguk setetes air pun. Dia malah kembali kekamar setelah mendengar ucapan Willy.
" Yasa! Yasa!!! " teriak Willy yang tidak dihiraukan oleh Yasa sedikit pun.
" Bi Sumi tolong urus ya, nanti kalau ada apa-apa hubungi saya. Saya ada meeting" pesan Willy pada Bi Sumi. Dengan sesekali melirik jam tangannya.
" Baik Tuan,"
" Ya sudah saya berangkat" Willy berpamitan.
Setelah mengunci pintu, Yasa tidak sekalipun berpikir bahwa Ayah nya akan mengejarnya kali ini. Yakin saja, setiap kali dia mengatakan ada jadwal meeting maka itulah yang akan dia pilih dari pada membujuk Yasa. Sudah tidak heran. Sekarang pun begitu, dia bisa mendengar suara mobil Ayah nya yang berjalan keluar garasi.
" Mas, Mas Yasa!" panggil Bi Sumi sembari mengetuk pintunya
Yasa tidak ingin menjawab kali ini, selalu begitu. Selalu saja begitu. Dia itu kesal jadinya.
" Mas, ayo buka pintunya. Nanti pasti Bapak akan mendaftar kan Mas Yasa. Seperti yang sudah-sudah meskipun tertunda, pasti Bapak akan memenuhinya" bujuk Bi Sumi, tidak ada yang salah. Itu semua benar. Tapi, sekarang lain kondisi. Ini sekolah, permintaan yang dari dulu tidak pernah Ayah izinkan, karena bukan sekali dua kali dia meminta. Malah dia di bujuki dengan mengganti lain hal untuk permintaannya itu. Mana pakai ditunda segala. Dia yang masih mudah tergoda dengan banyak hal sepele tentu mudah sekali dibujuk, dulu. Tapi, tidak untuk kali ini.
" Mas, Mas Yasa! Ayo makan dulu, nanti kambuh lagi jika tidak makan dan minum obatnya. Kan baru kemarin dari rumah sakit" Bi Sumi tidak henti-hentinya membujuk.
Tapi Yasa itu juga menuruni sikap Ayah nya yang keras kepala! Jangan salah kan dia jika kali ini dia kukuh pada pendiriannya. Dia tidak memperdulikan panggilan Bi Sumi, malah merebahkan diri kembali ke kasur dan memainkan ponselnya. Entahlah, dia mau mogok makan dan minum obat. Lupa seperti nya dengan janji kepada Dokter Dikta. Namanya juga sedang marah pasti lupa akal sehat atau malah lupa segalanya? Lihat saja sejauh mana Yasa bertahan dengan semua ini.
Rupanya menyadari suara Bi Sumi sudah tidak lagi terdengar, pasti dia sudah pergi. Wajar, kan pekerjaan nya bukan hanya mengurus Yasa yang ngambek begini. Tapi dia juga harus membersihkan rumah dan banyak lagi.
Hening seketika melingkupi ruangan, yap dia sudah lelah bermain ponsel, matanya memberat ditambah lagi suasana hening itu mendukung untuk kembali tertidur. Mungkin terlalu pulas bahkan Bi Sumi kembali datang beberapa kali pun tidak menyadarkan dia dari mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Good To Be True?
FanfictionAku hanya ingin, dimengerti, menjadi perhatikan seutuhnya. Tidak selamanya, hanya sampai sejauh aku bisa bertahan. Tapi bahkan tidak ada dari kalian yang meyakinkanku untuk berharap itu. Apa itu terlalu mustahil untuk diwujudkan?