11#

156 31 25
                                    

Setelah hari itu, setelah dia mengantar Yasa pulang. Sudah 3 hari ini Yasa izin. Garda belum sempat meminta nomor ponsel Yasa membuat Garda merutuki kebodohan dirinya sendiri.

"Asli ya, bego banget deh lu Da! Ketimbang minta nomornya aja, susah amat!" Garda menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.

Kakinya melangkah kesana kemari didepan kelasnya. Berbicara dan memaki dirinya sendiri.

"Eh! Tapi juga, ngapain gue khawatir ya? Kan dia cowok dan anak orang kaya. Pasti dia bakal baik-baik aja, atau mungkin malah dari kemaren dia bolos dari sekolah dan main sendiri!"

Bukan sepenuhnya salah Garda jika dia sampai beranggapan seperti itu, sebab nyatanya Yasa memang seringkali absen dari sekolahnya. Tanpa keterangan yang jelas dan sebagainya. Kalau dipikir-pikir mungkin Garda sudah merasa cukup dekat dengan Yasa sebagai teman. Jadi dia merasa kehilangan sekarang. Tapi, Garda itu terlalu malu mengakui hal itu bahkan pada dirinya sendiri.

Kali ini dia menampik rasa ingin tahu dan sedikit khawatir nya atas Yasa. Dan mencoba mengalihkan perhatian ke arah yang lain. Jika Yasa ada niat datang kesekolah hari ini, passti Yasa akan datang sendiri.

Sementara itu, Yasa yang sudah bersiap-siap melangkah menuju mobil yang sudah disupiri oleh Burhan. Tentu setelah dia sarapan dan menerima peringatan panjang lebar dari Ayah nya.

"Ayo pak, jalan!" perintah Yasa sembari menarik pintu mobil dan menutup nya.

"Baik Mas" Burhan mengangguk dan mulai melajukan mobilnya perlahan menuju sekolah Yasa.

Sepanjang perjalanan, Yasa tidak henti-hentinya tersenyum. Padahal tadi dirumah wajahnya sudah seperti pakaian yang tidak digosok, kusut sekali. Wajar saja senyumnya tidak luntur, sebab waktu ini sudah sangat dia nantikan sejak beberapa hari lalu. Bahkan musti berdebat dan memohon kepada Ayahnya dulu.

Saking senangnya perjalanan sekolah nya pun terasa begitu cepat. Tau-tau sudah sampai saja di halaman depan sekolah yang luas. Juga sudah mulai ramai didatangi oleh para siswa. Kakinya yang terlampau semangat berjalan sedikit tergesa menuju kelasnya.

Ketika sampai justru dia mendapati Garda yang sedang dikerumuni oleh teman-teman lainnya yang menonton perkelahian antara Garda dan seorang siswa lain. Wajah Garda terlihat memerah dan rahangnya mengeras, nampak begitu marah. Tangannya tak henti memukul wajah lawannya yang ada dibawah nya. Wajah itu sudah terlihat babak belur. Suasana menegangkan menyambut kembalinya Yasa kesekolah hari ini.

Dia berlari dan melerai mereka berdua. Garda yang benar-benar marah bahkan tidak sadar bahwa Yasa yang baru saja menarik tangan nya dan melerainya. Dia mendorong tubuh Yasa agak keras hingga membuat Yasa terhuyung.

" Da! Garda!" Yasa kembali menarik Garda.

" Lepas!!" Garda mendorong lagi tubuh Yasa. Tapi Yasa sudah bersiap untuk hal itu. Dia berhasil bertahan dan menahan kuatnya pergerakan Garda yang ingin kembali menyerang lawannya.

Jujur saja dadanya kembali menyesak dan nyeri sedikit, semua keadaan ini membuat Yasa shock. Sembari memeluk tubuh Garda untuk memisahkan dan menahan Garda berbuat kekerasan, Yasa memohon untuk Garda berhenti.

"Da, udah! " lirihnya

Entah kekuatan apa yang mampu membuat Garda seketika melunak ketika mendengar perkataan lirih Yasa tadi. Seolah sihir telah menyusup ke tubuh Garda dan membuat nya berhenti bergerak seketika. Garda menyakinkan diri dan menatap keorang yang sedang menahannya dengan pelukan dari lawannya didepan nya yang juga ditahan oleh ketua kelas yang baru saja tiba.

Matanya merotasi melihat wajah yang pucat itu, dengan nafas yang sedikit memburu dan mata yang terpejam erat.

" Yasa?"

Seketika itu Yasa melepaskan diri dari Garda. Mencoba menstabilkan pernafasan dan detak jantungnya. Dia memundurkan posisi dan membenarkan tas nya. Baik Garda dan Yasa sempat mematung ditempatnya seketika.

"Ada apa ini?" seorang guru datang dengan wajah sangarnya. Hingga membuat semua perhatian tertuju pada Guru itu termasuk Garda dan Yasa.

"Dia tuh Pak mulai duluan!" jawab lawan Garda.

Garda seketika melempar pandangan sinis ke arah lawannya yang sedang mencari pembelaan.

"Kalian berdua ikut saya keruang BK!!" perintah guru itu.

Garda akhirnya berjalan melewati Yasa tanpa sepatah kata lagi. Diikuti ketua kelas dan lawannya tadi. Menuruti perintah guru tadi menuju ruang BK. Yasa sendiri, dia hanya memandang Garda dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Tapi yang pasti dia masih memikirkan apa yang membuat Garda bertindak demikian. Yasa Begitu menantikan Penjelasan dari Garda kali ini.

 Yasa Begitu menantikan Penjelasan dari Garda kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!!!

Is It Too Good To Be True?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang