8#

163 29 8
                                    

Keramaian celoteh siswa siswi yang asik mengobrol, mengiringi pendengaran Yasa yang berjalan sendirian, ketika berjalan menuju halaman depan. Matanya bergulir kesana kemari. Mencari keberadaan mobil Pak Burhan yang biasanya jam segini sudah standby menunggu didepan.

Tapi, kali ini nihil. Pak Burhan belum datang. Setelah beberapa hari sekolah pun Yasa belum bisa mendapatkan teman. Hanya mungkin sebatas kenal saja. Itupun hanya satu kelasnya. Mungkin kebiasaan nya selalu sendiri juga sedikit membuat Yasa sedikit lebih sulit didekati. Dia mengeluarkan ponsel dari celananya. Ternyata sudah ada beberapa pesan yang masuk dari Pak Burhan.

Dari sekian pesan dia baca, ternyata Pak Burhan sedang disuruh mengantar berkas Willy yang tertinggal dimeja kerja dirumah. Kantor Ayahnya itu berada berlawanan arah dengan arah sekolahnya. Mungkin perjalanan Pak Burhan akan semakin jauh dan lama.

Menunggu dan menunggu lagi, sendirian. Kesal menyelimuti perasaan Yasa. Keramaian disarankan nyatanya tidak mampu membunuh kesepian Yasa. Dikerumuni bising suara tapi hening yang dia rasa. Dia menarik napasnya panjang. Dia benci ketika dia sudah mulai merasakan kesepian lagi. Hingga tiba-tiba seorang dengan bermotor datang menghampiri, dia berhenti tepat didepan Yasa.

" Ngga pulang?" si pengendara tiba-tiba membuka helm. Membuat Yasa terbelalak sesaat, melihat siapa dia.

" Garda?"

" Gue nanya, lu ngga pulang? Biasanya lu ditunggu sama mobil Mercedes Benz C-Class hitam itu kan?"

" Belum dijemput," Yasa mengalihkan pandangannya ke objek lain.

" Masih lama?"

" Entah" gelengan Yasa tunjukkan.

" Alamat lu dimana?"

" Perumahan Camelia"

" Wih, orang kaya"

" Ngomong apa sih" Yasa menautkan alisnya menatap Garda.

" Bareng gue mau?"

Yasa sempat kaget, mengingat percakapan dengan Garda beberapa hari lalu, dan Garda yang melengos pergi ketika dia ajukan pertemanan. Justru sekarang bertindak demikian. Ada apa dengan anak itu? Yasa sendiri terdiam sejenak memikirkan tawaran Garda.

" Mau nggak? Kalo nggak mau ya udah" Garda menarik helm ditangan, hendak memakainya lagi.

" Boleh deh."

"Tapi gue Cuma bawa helm satu" Garda mengangkat sebelah alisnya.

"Gak apa-apa, yang penting jangan ugal-ugalan."

" Kenapa?" tanya Garda disertai seringainya. Pasti Yasa Begitu ketakutan, dan berpikir Garda itu akan membahayakan dirinya nanti. Penakut! Wajar sih kalau garda menganggap Yasa manja kalau begini. Begitu pikir Garda.

" Ya lu kalo mau mati jangan ngajak-ngajak gue, gue masih pengen idup!" ketus Yasa.

" Ya ya ya" Garda mengangguk dan senyum kali ini dibalik helmnya sebab, Yasa terlihat lucu ketika mengomel begitu. Dirinya itu persis seperti bebek karet berwarna kuning untuk mainan anak-anak itu.

Kemudian Yasa naik dibelakang Garda, berpegang kedua pundak Garda, maklum pertama kali naik motor ya begini. Jangan tanya bagaimana Garda sekarang. Dia sebenarnya ingin tertawa melihat tingkah Yasa, bisa dipastikan anak ini belum pernah naik motor sebelumnya. Raut wajahnya tertangkap Begitu khawatir dan pucat dari kaca spion. Setakut itu? Kalau Garda boleh jujur dia ingin tertawa sekeras-kerasnya. Tapi, dia menahannya. Agar tidak menyinggung perasaan Yasa.

Lalu Garda mulai melajukan motornya keluar area sekolah menuju alamat rumah Yasa. Dia melajukan motornya dengan kecepatan standar, teringat perkataan Yasa untuk tidak membawa motor dengan kecepatan tinggi. Membuat Garda kembali tersenyum.

 Motor mereka sempat terhenti beberapa kali, sebab macet. Kepulan asap kendaraan menyelimuti area jalanan. Jujur Yasa sudah mulai tidak nyaman. Dia mulai terbatuk-batuk ketika asap itu terhirup oleh nya. Dia menutup mulut dan hidungnya dari asap kendaraan. Tapi dia juga kesulitan bernapas jadinya. Beberapa kali tidak kuat dan membuka tangannya, terpaksa mengirup oksigen yang bercampur dengan polusi. Dan berakhir dengan terbatuk-batuk lagi. Kepalanya juga mulai pusing.

" Lu ngga apa-apa?!" tanya garda sedikit berteriak, karena bising kendaraan lain. Garda mulai khawatir ketika mendengar Yasa terbatuk-batuk, dan Semakin memucat. Belum lagi dia terlihat berkeringat cukup banyak di dahinya. Ah tapi yang terakhir mungkin karena kondisi saat itu memang panas.

Yasa , menyatukan jempol dan jari telunjuk nya memberikan isyarat Ok!

Padahal sebenarnya perasaan Yasa sudah mulai tidak karuan. Tapi, dia tidak mau dianggap lemah dan cengeng. Kemudian Garda mulai mencari celah untuk bisa keluar dari kemacetan dan segera mengantar Yasa pulang.

Setelah beberapa waktu mereka akhirnya sampai, pintu gerbang didorong oleh satpam. Motor Yasa dan Garda masuk ke halaman depan setelahnya. Yasa turun dari motor.

" Thanks ya" singkat Yasa yang sudah menahan sakit setengah mati.

" Iya, ngomong-ngomong lu belum pernah naik motor ya sebelumnya" Tanya Garda sembari menyelidik kesetiap sudut rumah. Mewah, Begitu yang terlintas dipikiran Garda. Pantas saja Yasa tidak pernah naik motor, tentu ada mobil dan sopir pribadinya sendiri kan?

" Mau mampir?" tawar Yasa yang sebenarnya berharap Garda tidak menerimanya.

" Ngga, lain kali aja. Gue ada urusan. Lain kali kalo butuh bantuan, bilang. Gue kan temen lu" ujar Garda sembari kembali naik ke motor dan memakai helmnya.

Yasa mengangguk, sakitnya sempat hilang beberapa detik ketika mendengar ucapan Garda. Jadi, dia mau berteman dengan Yasa? Dia benar- benar menerima tawaran Yasa? Ah! Kenapa tidak bilang dari kemarin? Begitu pikir Yasa.

" Ya udah gue pulang" Garda menghidupkan mesin motor nya.

" Ok"

Lantas Garda melajukan motornya Keluar area rumah Yasa. Beberapa detik kemudian, Yasa kembali merasakan degup jantungnya yang berdetak tak beraturan, nafasnya juga semakin memberat. Kepala nya berputar. Beberapa kali pula ia kembali terbatuk. Dengan sekuat tenaga dia berjalan masuk membuka pintu depan. Tapi kegelapan terlebih dahulu menguasai Yasa. Dia limbung dan terjatuh di lantai yang dingin

 Dia limbung dan terjatuh di lantai yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, Yasa kembali. Maaf ya telat.

Terima kasih buat temen-temen yang udah voment dan support author sejauh ini. Kaga kesehatan dan jangan lupa makan ya! Semangat untuk hari ini

Is It Too Good To Be True?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang