8. ITU ... KENAPA SEBESAR ITU?

609 93 38
                                    

~Gesan Aji Mere

Mau tahu definisi merepotkan?

Maka lihatlah wanita ini! Cucu Kaik Dalle yang aku kira calon istri kakek tua tersebut, justru bertanya padaku dengan mata tanpa dosa, di mana letak dia membuang sepatu pemberian Ampa.

Bolehkah aku menarik keluar lidahnya dan melilitkan pada lehernya?

Belum lagi menemukan sepatuku, wanita ini kembali membuat jantungku ingin pecah saking kesal padanya.

Dia pingsan!!

Ba.yang.kan! Dia, pingsan!!! Hanya karena terjatuh dalam danau yang airnya cuma sebatas lutut!

Awalnya aku tak perduli, mau bagaimana lagi, sesak akibat dongkol perbuatannya masih memenuhi dadaku. Justru aku berdoa, semoga otaknya yang jahil itu bisa bersih oleh kesucian mata air Danau Jempang. Akan tetapi karena selang beberapa detik wajah mulus cucu Kaik Dalle itu tak kunjung timbul dari dalam air, mau tak mau, aku yang sebenarnya sudah mandi di rumah terpaksa terjun menerjang air pekat berbau tak sedap karena banyaknya ikan kecil mati yang telah membusuk di bawah jembatan.

Maaf, tapi aku memang sejahat itu pada si anak dara bernama Fatma ini, setelah mengangkat tubuhnya yang tak ubahnya beton proyek jembatan-tubuhnya kecil lagi ringan, namun lucunya ia tak mengambang, malah tenggelam dengan sempurna seperti jangkar kapal laut- aku tidak kasihan sama sekali, malahan dengan tega aku menjentik segemas mungkin hidung mungil wanita itu.

Tidak! Tidak! Aku melakukan hal jahat tersebut bukan karena terpukau wajah cantik serupa putri tidur dalam dongeng pengantar tidur. Tidak, demi Tuhan. Aku melakukannya sebab aku benar-benar membenci wanita merepotkan ini.

Pencuri sepatu
Hari ini

"Hai sialan! Beraninya kamu meninggalkan aku terkapar di tengah jembatan dan menjadi tontonan warga!" 00.45

Aku membaca dalam hati pesan teks yang di kirim si Fatma. Bibirku tertarik membentuk huruf 'U', hampir saja terbahak, tapi ini sudah jam 12 malam, Mamak akan menegurku dengan ketukan dari kamar sebelah kalau nekat melakukannya.

"Semoga kamu mati membusuk di Neraka! Semoga 'itumu' mati fungsi! Dasar mesum! Dasar cabul! Dasar perjaka tua!!" 00.47

'Itumu'?

Wah! Bukan main otak cucu Kaik Dalle ini! Ck. Aku geleng-geleng kepala mengamati deretan huruf dalam layar ponselku. Kakeknya imam masjid, tapi generasi keduanya sungguh berbibir serupa rubah. Sungguh menakutkan.

'Dengar-dengar dari ceramhnya Kaik Dalle, wanita yang sangat suka menyebut 'masa depan pria' di akhirat kelak bakal diberi makan pasir Neraka. Wah, bulu kuduku meremang saat mengetik ini.' 12.55

Aku membalas chat cucu Kaik Dalle. Hatiku kegirangan, pasti di sana dia sedang terbakar hati membaca pesanku.

Nah,'kan. Benar saja! Namanya tiba-tiba muncul sebagai panggilan masuk.

Angkat? ... Tidak?

Angkat? ... Tidak?

Angkat saja!!

"Kamu kira kamu hebat? Kamu kira kamu siapa? Hah? Hah!! Hah?? Kamu mau cari mati?"

Kupingku seketika ditampar suara melengking wanita itu.

"Jangan kira kamu guru terus aku takut? Hah? Kamu kira kamu warga asli sini terus aku mau-mau saja dipermalukan kamu? Mimpi anda! MIMPI! Anda tahu siapa Kaik Dalle? KAKEKKU! Sesepuh kampung ini! Pendiri kampung ini! Kamu tahu seluas apa kebunnya? Berhektar-hektar!! Bahkan semua danau ini bisa jadi milik Kakekku! Tahu, kamu?"

DECEMBER RAINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang