[Chapt 19] 🕊

2.5K 411 101
                                    

©Haruwoo_o present

The Truth Untold
[Hajeongwoo story]

.
.
.

note ; mulai dari part ini, waktu di dalam alur cerita akan dipercepat.

Langit malam yang selalu identik dengan gelapnya semakin terasa kelam karena mendung yang kini ikut menguasai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam yang selalu identik dengan gelapnya semakin terasa kelam karena mendung yang kini ikut menguasai. Hening, tak ada yang memecah kesunyian selain suara rintik air hujan yang mulai menyapa dunia juga isinya.

Menangis, saat ini langit tengah menangis seolah ikut merasakan rasa sakit yang kini dirasakannya. Hari demi hari terus berlalu, bersamaan dengan rasa sakit yang kian membesar pula rasanya.

Harusnya ia tau kalau semua yang terjadi padanya adalah konsekuensi dari keputusan yang sudah diambilnya dengan kesadaran penuh. Seharusnya ia tak menangis seperti sekarang ini. Seharusnya ia merasa bahagia karena dunianya sudah kembali pulih bahkan Junghwannya kini tengah menempuh pendidikannya di negara kincir angin sana.

Tapi apa boleh buat? Meskipun terus mencoba untuk menekan setiap rasa sakit yang selalu menghampiri, Jeongwoo tetap tak bisa menampik sesaknya.

"Kau itu hanya ibu pengganti, Jeongwoo. Tidak lebih." gumamnya berulang kali, berusaha mengingatkan diri tentang posisinya saat ini.

Terlebih lagi kejadian yang terjadi hari ini mulai berputar bak kaset rusak memenuhi pikiran juga pendengarannya lagi dan lagi. Membuat isakannya perlahan mulai lolos bersamaan dengan hujan yang turun semakin derasnya.

Tok...tok...tok.

Menghapus kasar jejak air matanya, Jeongwoo segera berbalik guna membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Senyuman hangat langsung menyambutnya tepat setelah Jeongwoo membuka pintu kamarnya dengan sempurna.

"Boleh mama masuk ke dalam, sayang?"

"Tentu, Ma." sahutnya yang juga mulai mengukir senyum tipisnya sebelum sedikit menepi membiarkan sosok yang masih terlihat manis diusianya itu masuk ke dalam kamarnya.

"Kemari sayang, duduk disini."

Mengangguk pelan sebagai balasan, Jeongwoo segera melangkahkan kakinya mendekat setelah menutup kembali pintu kamarnya, kemudian ikut mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Eh! Ma--" kalimatnya terhenti karena sosok yang kini duduk berhadapannya memberikan gestur tak apa sembari mengangkat satu per satu tungkainya. Meletakkan kedua kakinya tepat di atas pangkuan yang lebih tua.

"Ma, Jeongwoo bisa sendiri." ujarnya lagi karena kini sosok yang sedari tadi dipanggilnya Mama mulai mengoleskan olive oil sebelum memijat pelan pergelangan kakinya yang sedikit membengkak.

"Sudah diam, kamu ini cerewet sekali ya." ujar yang lebih tua dengan nada bercandanya.

Tak lagi membantah, Jeongwoo memilih menjatuhkan fokus pada sosok yang kini memijat kedua kakinya dengan telaten. Watanabe Hyunsuk, sosok pria paruh baya yang masih terlihat manis juga cantik diusianya adalah orang yang berhasil membuatnya kembali merasakan kasih sayang seorang ibu selain Watanabe Yedam.

"Jangan terlalu dipikirkan ya, sayang. Laki-laki brengsek seperti dia tidak pantas ditangisi anak manis Mama ini. Mulai sekarang sampai seterusnya, Jeongwoo bisa datang ke Mama kalau perlu apapun."

Air matanya kembali mengalir tepat setelah Hyunsuk melontarkan setiap kalimatnya. Sesaknya kembali datang, membuat isakannya perlahan mulai terdengar pelan. Hyunsuk yang menyadarinya segera menghentikan kegiatannya kemudian membawa Jeongwoo masuk ke dalam pelukannya.

"Sudah ya sayang, maaf kalau hari ini kedatangan Mama malah membuatmu mengingat semuanya. Jangan menangis ya. Mama disini."

Diberikan afeksi seperti saat ini malah membuatnya semakin terisak di dalam pelukan Hyunsuk. Hatinya meraung ingin berteriak menyerukan kalau semua kisah yang Hyunsuk tau tentangnya hanya sebuah dongeng belaka.

Dihamili lalu ditinggalkan begitu saja? Kisahnya bahkan akan jauh lebih buruk dari itu. Dengan dalih mengasihaninya, Haruto dan Yedam membuat skenario menyedihkan tentangnya sebagai alasan tentang keberadaannya disini pada Hyunsuk yang tiba-tiba saja datang ke rumah dengan sebuah koper sebagai temannya.

"Berhenti menangis ya, sayang. Kasihan cucu Mama nanti ikut sedih disini." Hyunsuk melepaskan pelukan mereka, mengelus pelan perut Jeongwoo yang mulai membesar.

Mengangguk pelan, Jeongwoo menarik nafas panjang mencoba mengendalikan dirinya. Mencoba menghentikan isakannya karena ucapan Hyunsuk sepenuhnya benar. Bayi kecilnya yang kini menginjak usia ke-empatnya tidak boleh ikut merasa sakit hanya karena rasa egonya.

"Sekarang Jeongwoo istirahat ya, nak? Sudah larut, besok pagi Mama buatkan sarapan yang enak." Hyunsuk kembali berujar lembut sembari menuntun Jeongwoo untuk membaringkan tubuhnya dengan perlahan.

"Good night, sweetie." sambungnya sedikit berbisik sebelum benar-benar melangkah keluar dari dalam kamar Jeongwoo setelah memastikan kalau si manis mulai terlelap.

Hyunsuk menghela nafas panjang tepat setelah dirinya menutup kembali pintu kamar Jeongwoo. Ada sesak yang ikut menghampiri begitu netranya menangkap wajah sembab Jeongwoo yang menyambutnya tadi.

"Mama kenapa belum tidur?" dua lengan kekar tiba-tiba saja melingkar sempurna memeluk perut ratanya dari arah belakang. Tanpa perlu berbalik pun, Hyunsuk sudah tau siapa pelakunya.

"Sayang." panggilnya pelan yang hanya dibalas deheman pelan oleh sosok yang kini mulai menumpukan dagu pada pundaknya.

"Apa Haru benar tidak tau siapa pacar Jeongwoo itu?" pertanyaan yang Hyunsuk lontarkan berhasil membuat pelukan pada tubuhnya terlepas.

Haruto yang tadinya menyamankan diri untuk merengkuh tubuh ibunya kembali berdiri tegak dengan kening yang ikut mengerut. Menatap penuh tanya ke arah sang ibu yang kini sudah berbalik guna menatapnya, berusaha menutupi rasa terkejutnya.

"Jeongwoo itu orangnya sangat tertutup, Ma. Bahkan setelah tinggal bersama kami selama dua bulan belakangan ini."

Kebohongan lainnya. Tak ada yang bisa Haruto lakukan selain kembali menyampaikan kebohongan lain pada ibunya tentang Jeongwoo.

"Yasudah, kalau begitu. Mama juga tidak mau terlalu ikut campur kalau Jeongwoo sendiri tidak ingin meminta tanggung jawab pada si brengsek itu."

Tidak memberikan respon lebih, Haruto hanya berdehem pelan sebelum berujar menyuruh sang ibu untuk segera tidur karena malam yang semakin larut. Hyunsuk sendiri hanya menurut kemudian segera berlalu dari hadapan Haruto setelah mengecup singkat kening putra semata wayangnya.

"Seandainya Mama tau kalau si brengsek itu putra Mama sendiri, apa yang akan Mama lakukan?"

===== To Be Continue =====

Hai hai!
Jangan lupa tinggalin vote & comment kalian ya.

Oiya, sampai sini menurut kalian gimana? Hope you guys, gak bakal bosen buat nunggu story ini up ya.
Sebisa mungkin aku akan lanjutin story ini kok. Gak akan gantung.

So babe, see you in next part!
Love ya ❤

The Truth Untold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang