[Chapt 7] 🕊

3.1K 514 105
                                    

©Haruwoo_o present

The Truth Untold
[Hajeongwoo story]

.
.
.

Miss this story, bby?

"Sekali saja bibir berucap kebohongan, maka sang pemilik tak akan pernah bisa terlepas dari jeratnya kebohongan."

Menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya, Haruto memilih untuk memejamkan sejenak kedua matanya sembari menunggu seluruh jadwalnya yang akan segera dimulai dalam beberapa menit ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya, Haruto memilih untuk memejamkan sejenak kedua matanya sembari menunggu seluruh jadwalnya yang akan segera dimulai dalam beberapa menit ke depan. Pikirannya tidak bisa untuk fokus pada satu titik setelah dirinya menjerat seorang pemuda manis yang bahkan berusia sepuluh tahun lebih muda darinya.

Hanya demi kebahagiaan Yedam, dia telah melakukan satu kebodohan terbesar yang pastinya akan menimbulkan masalah untuk ke depannya.

"Ya Tuhan." lirihnya begitu merasakan kepalanya mulai berdenyut karena kurangnya istirahat  semalam ditambah runyamnya pikirannya saat ini.

Terlalu larut dalam semua hal memusingkan yang berputar, Haruto sampai tidak menyadari kehadiran sosok yang kini tengah memenuhi pikirannya. Tersenyum lembut sembari terus melangkah mendekat ke arahnya.

"Apa ada masalah? Kau terlihat sangat lelah belakangan ini."

"Sayang?! Kau disini?!"

Yedam mengernyitkan keningnya dengan kedua alis yang terangkat tak kalah terkejutnya saat suaminya tiba-tiba saja bangkit dari duduknya sembari sedikit berseru. Haruto bahkan tanpa sadar menepis kasar kedua tangan Yedam yang tadinya mulai memijat kepalanya.

"Kenapa reaksimu berlebihan begitu?" tanya si manis dengan kekehan kecil begitu berhasil tersadar dari rasa terkejutnya juga.

Mendapat pertanyaan tadi berhasil membuat sang kepala keluarga mengubah ekspresi wajahnya hanya dalam sepersekian detik. Haruto mengatur nafasnya sebelum mengukir senyum tipisnya untuk suami manisnya yang kini berdiri tepat di depannya.

"Aku memang mudah terkejut bukan? Lagi pula ini pertama kalinya kau datang di pagi hari begini." ujar Haruto yang kini sudah memposisikan kedua tangannya untuk menangkup kedua pipi milik Yedam-nya.

"Aku datang karena bosan di rumah. Lagi pula aku belum sempat berkunjung setelah sekian lama. Aku bahkan tidak bisa hadir di acara pengangkatanmu waktu itu."

Haruto mengangguk paham, mencoba bersikap biasa saja meskipun saat ini jantungnya berdetak dengan cepat. Berbagai kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi mulai berputar membuatnya merasa takut bukan main.

Yedam paling membenci kebohongan. Sekecil apapun kebohongan itu, Yedam tetap tidak akan bisa menerimanya.

"Mau sarapan bersama? Kita bisa sarapan di luar." ujar Haruto menawarkan, sekaligus mencoba membawa Yedam menjauh karena sebentar lagi Jeongwoo pasti akan datang ke ruangannya.

The Truth Untold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang