[Chapt 10] 🕊

3.5K 497 155
                                    

©Haruwoo_o present

The Truth Untold
[Hajeongwoo story]

.
.
.

Eiiy~ miss this book, bby?
//warn, 1000+ word.

"Sebenarnya, siapa yang salah disini?"

Lautan awan yang sedikit gelap kini menghiasi langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lautan awan yang sedikit gelap kini menghiasi langit. Perlahan rintik air hujan mulai menyapa, membuat bunyi khasnya yang terkadang candu bagi beberapa orang pecinta hujan. Suhu udara yang ikut meningkat, membuatnya yang semula terlelap kini bangun dari tidurnya.

Belah bibirnya sedikit terbuka, meringis pelan karena nyeri langsung menyerang begitu dirinya menggeliat pelan. Hendak mengubah posisi tidurnya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Selamat pagi, dunia. Ayo lebih bersahabat lagi." gumamnya pelan.

Berdiam diri dengan pandangan yang dibawanya untuk menatap ke arah luar jendela. Bulir-bulir air hujan yang berlomba menyapa dunia menjadi pemandangan yang setidaknya bisa sedikit membuatnya merasa tenang.

Hujan. Jeongwoo suka ketika hujan turun menyapa. Suara rintiknya yang berjatuhan menimpa benda sekitar mampu mengalihkan segala pikirannya yang kacau.

Seperti sekarang ini. Hujan lagi-lagi menemaninya disaat hatinya mulai merasa sesak. Langit seolah tau bagaimana susana hatinya saat ini.

"Sebentar lagi, kau pasti bisa melewatinya."

Tersenyum getir, Jeongwoo segera menghapus kasar air matanya yang perlahan mulai lolos dari pelupuk mata indahnya. Berbagai macam pemikiran yang merendahkan dirinya sendiri mulai mendatangi, dan Jeongwoo benci itu.

"Berhenti menangis seolah-olah kau korbannya disini. Kau yang menerima ini, Park Jeongwoo. Kau memang menjual tubuhmu sendiri demi uang."

Tak ingin terus menerus larut dalam rasa sesaknya yang semakin menghampiri, Jeongwoo memilih untuk bangkit dari tidurnya. Tubuh mungilnya sudah terbalut piyama maroon yang entah milik siapa. Tapi Jeongwoo yakin kalau Haruto yang memakaikan piyama ini.

Bibir plumnya sesekali meringis karena demi apapun, sekujur tubuhnya rasanya lemas. Di setiap langkahnya, Jeongwoo merasakan nyeri yang bukan main rasanya. Terutama pada bagian bawahnya.

Tujuannya hanya satu sekarang. Dapur. Jeongwoo ingin membuat sarapan untuknya sendiri karena perutnya mulai meronta minta diisi.

"Astaga, rasanya lapar sekali." gerutunya yang mulai membuka lemari pendingin, berniat melihat bahan apa saja yang bisa diolahnya menjadi sarapan sederhana. Toh hanya dirinya saja yang ada di rumah sekarang.

Dan pilihannya jatuh pada dua lembar roti tawar, sebutir telur juga keju dan selada. Membuat roti isi seadanya saja, mungkin sudah cukup untuk membuat cacing di dalam perutnya diam.

The Truth Untold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang