[Chapt 5] 🕊

3.3K 524 154
                                    

©Haruwoo_o present

The Truth Untold
[Hajeongwoo story]

.
.
.

"Bukan hanya satu, tapi setiap orang yang terlibat di dalamnya merasakan rasa sakit yang sama besarnya."

Happy reading, and don't forget to leave your support too~

//warn :: 1100+ word.

//warn :: 1100+ word

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You guys may kiss."

Kedua netra cantiknya memejam erat bersamaan dengan nafasnya yang ikut tercekat saat sang dominan meraih pinggangnya guna menuntun tubuh keduanya semakin mendekat. Bulir bening yang sedari tadi menumpuk pada pelupuk mata akhirnya tumpah begitu keningnya dikecup cukup lama.

Keduanya resmi menikah. Baik dihadapan Tuhan maupun Hukum. Sesuai dengan permintaan yang Jeongwoo ajukan sebelumnya. Bukan berdasarkan kata saling mencintai, tapi karena saling membutuhkan satu sama lain.

"Setelah ini aku akan mengenalkanmu pada Yedam. Tolong ikuti semua alur yang aku buat, Jeongwoo-ya." pinta Haruto pelan. Tepat setelah keduanya menuruni altar tempat mereka mengikat janji suci.

Mendengar ucapan Haruto, Jeongwoo lantas mengangguk tanda mengerti sebagai respon cepat. Tak lupa mengukir satu senyum terbaiknya untuk sang atasan--ralat, untuk seseorang yang baru saja sah menjadi suaminya.

"Tentu, Tuan Muda. Tapi sebelumnya, apa saya bisa pergi ke toilet sebentar?"

Tanpa berniat menunggu balasan dari Haruto, pemuda Park yang saat ini resmi mengganti marganya itu segera melangkah menjauh. Kedua tungkainya melangkah tergesa bersamaan dengan air matanya yang kembali lolos.

Pergi ke toilet hanya alasan belaka agar dirinya bisa menjauh dari Haruto. Sesak yang merayap menggerogoti rongga dadanya tak bisa ditahan lagi.

Menyesal? Jeongwoo bahkan tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Sakit tentunya, tapi melebihi rasa sakitnya, Jeongwoo justru memilih tertawa. Menertawakan takdirnya yang menyedihkan.

"Kenapa rasanya sangat sakit?" lirihnya pelan.

Meremat kuat ujung jas putih yang dikenakannya, Jeongwoo berusaha dengan kuat untuk menahan suara isakannya. Mencoba mengendalikan dirinya yang semakin hanyut ke dalam rasa sakitnya.

"Menangislah, itu lebih baik ketimbang kau menahannya begitu."

Seseorang bertubuh lebih tinggi darinya datang dengan senyum teduhnya. Berdiri tepat di hadapannya dengan sebuah sapu tangan yang diulurkan padanya.

"Butuh pelukan?"

Saat kedua tangan itu terbuka lebar di hadapannya, Jeongwoo segera merengsek masuk ke dalam rengkuhan hangat pria di hadapannya. Tubuh mungilnya bergetar kuat seiringan dengan isakannya yang semakin pecah tanpa bisa dicegah lagi.

The Truth Untold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang