End.
|| Hiraeth (Sequel of this story) Pdfnya ready ya. Yang berminat bisa langsung cek part terakhir. ||
Semakin rasa itu tumbuh, maka tubuh akan semakin didera rasa sakit yang sama besarnya.
[Hajeongwoo story] [Mpreg]
Ft.Yedam
//note : hanya sebu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keningnya mengerut pelan bersamaan dengan kedua kelopak matanya yang mulai terbuka. Kosong. Sisi di sampingnya kosong, Haruto tidak bisa menemukan afeksi suami manisnya yang biasanya akan selalu menyambut paginya dengan senyuman hangat favoritnya.
"Sayang?" panggilnya pelan dengan suara khas bangun tidurnya.
Mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih sedikit tersisa di alam kapuk, Haruto sesekali memanggil nama Yedam sembari mengubah posisinya menjadi terduduk di atas tempat tidur.
Beberapa menit menunggu dan hasil dari setiap panggilannya tadi masih nihil, pria kelahiran Jepang itu memutuskan untuk mencari Yedam di lantai bawah rumahnya. Netra kelamnya melirik sekilas ke arah jam yang terpasang apik pada salah satu sisi dinding kamarnya.
Pukul enam pagi. Tidak biasanya Yedam bangun sepagi ini.
Melangkahkan kedua tungkainya menuruni anak tangga, Haruto sesekali menguap pelan karena rasa kantuk masih sedikit menguasainya. Begitu kakinya berhasil berpijak pada lantai satu rumahnya, aroma yang baunya sangat menggoda berhasil membuat sudut bibir sang dominan sedikit terangkat ke atas.
Punggung sempit juga tubuh mungil yang terbungkus piyama putih bersih adalah pemandangan pertama yang menyambutnya ketika sampai di dapur. Maka tanpa berpikir dua kali, Haruto segera melingkarkan kedua lengan kekarnya memeluk erat tubuh mungil yang berdiri membelakanginya.
"Morning." sapanya lembut. Netranya kembali terpejam bersamaan dengan dagunya yang kini bertumpu sempurna pada pundak yang lebih pendek.
Tak ada balasan, Haruto pun tidak mempermasalahkan hal itu. Semakin mengusakkan wajahnya ke dalam ceruk leher sosok yang tengah dipeluknya, netra sang dominan kembali terbuka dengan sempurna begitu menyadari kalau aroma tubuh yang kini didekapnya erat bukanlah milik Yedam.
"Tak apa, hyung. Biarkan saja begini." balas yang lebih muda dengan salah satu tangannya yang beralih menahan pergerakan lengan sang dominan.
Haruto yang masih larut dengan rasa terkejutnya, semakin terkejut saat Jeongwoo memperbaiki posisi kedua lengan kekarnya agar semakin mengeratkan pelukannya pada perut rata yang lebih muda. Tidak berhenti sampai situ, Jeongwoo bahkan sesekali mengelus lengannya dengan lembut.