©Haruwoo_o present
The Truth Untold
[Hajeongwoo story].
.
.Fast up again!
Lagi gatel banget buat lanjutin ini, jangan bosen ya!Leave your support too, bby.
Meringis pelan, kedua netranya perlahan mulai terbuka dengan rasa pening yang langsung menghantam kepala bagian belakangnya. Bilah bibirnya yang mulai memucat kembali melontarkan ringisan pelan disaat dirinya mencoba mengubah posisi tidurnya menjadi duduk menyandar pada kepala ranjang.
Tepat pukul 12 malam, semua orang di rumah pasti sudah terlelap. Begitu pikirnya.
Rasa haus yang ikut datang tak bisa lagi ditahannya, maka dari itu tak ada pilihan lain selain pergi ke dapur guna mengusir dahaganya. Mengingat gelas di atas nakas di samping tempat tidurnya telah kosong.
Melangkah perlahan, kedua tungkainya dibawa menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati. Begitu sampai pada lantai satu, senyum tipisnya terukir bersamaan dengan langkahnya yang terhenti. Dirinya harus mengatur nafasnya terlebih dulu agar lebih baik sebelum kembali melanjutkan langkahnya lagi.
"Sayang, sebentar ya. Mommy haus, nanti kita tidur lagi." kekehnya pelan karena merasakan pergerakan di dalam perut besarnya. Tak lupa telapak halusnya juga memberikan usapan lembut disana.
Begitu nafasnya tak terasa berat lagi, Jeongwoo kembali melangkah menuju ke arah dapur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ruang keluarga tempatnya berdiri sekarang. Senyumnya merekah sempurna begitu berhasil berdiri tepat di depan lemari pendingin.
Hendak mengambil salah satu botol air dingin berukuran kecil, Jeongwoo harus mengurungkan keinginannya itu karena sebuah suara sudah lebih dulu menghentikannya.
"Tidak ada air dingin di malam hari, Jeongwoo-ya."
Tubuhnya dibalik lembut, membuat pandangannya langsung bertemu dengan si pemilik suara yang belakangan ini jarang sekali berbicara dengannya.
"Hyung belum tidur?" bukannya memberikan respon pada kalimat sebelumnya, Jeongwoo malah memilih mengajukan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.
"Kenapa turun ke bawah sendiri?" enggan menjawab pertanyaan darinya, suaminya malah kembali mengajukan pertanyaan untuknya sembari menuntun Jeongwoo untuk duduk pada salah satu kursi meja makan.
"Aku haus. Gelas di kamar juga sudah kosong." ujar Jeongwoo menjawab. Setelahnya tak ada lagi percakapan karena Haruto memilih sibuk membelakanginya. Entah apa yang pria itu cari di dalam kulkas.
"Hyung, boleh aku bertanya?"
Suara Jeongwoo kembali terdengar memecah keheningan yang selama beberapa menit menyelimuti. Membuat Haruto yang tadinya sibuk membungkuk kembali berdiri tegak kemudian membalikkan tubuhnya. Menatap Jeongwoo yang sudah berdiri tepat di belakangnya.
Tak ada satu katapun yang terlontar dari bilah bibir Haruto. Sosok yang sudah hampir genap sepuluh bulan menjadi suaminya itu hanya menatapnya dengan pandangan seolah memberinya ijin untuk kembali bersuara, menanyakan apa yang ada pada pikirannya sekarang.
"Kenapa terus menghindar dariku?"
Diam. Haruto masih setia mengatupkan bilah bibirnya, bahkan setelah hampir lima menit lamanya pertanyaan tadi Jeongwoo lontarkan. Membuat yang lebih muda hanya bisa menghela nafasnya pelan dengan senyum tipis yang mulai terukir pada wajah manisnya.
"Tak apa, tidak perlu dijawab. Tapi apa boleh aku meminta sesuatu darimu hyung?" sambung Jeongwoo kembali mengajukan pertanyaan pada akhir kalimatnya.
Masih setia mematung. Haruto sama sekali tak memberikan balasan apapun untuknya.
"Diam artinya setuju. Aku ambil kesimpulan seperti itu ya, hyung."
Jeongwoo memalingkan wajahnya sejenak, menarik nafas panjang sebelum kembali menjatuhkan pandang pada Haruto. Kali ini menatap tepat pada netra kelam suaminya. Dengan senyuman yang semakin terukir sempurna pada wajahnya.
"Sebentar lagi semuanya akan selesai, hyung. Hanya tinggal menunggu waktunya tiba saja. Tepat setelah putrimu lahir, aku akan langsung menjauh."
Air mata yang sejak tadi sudah menumpuk pada pelupuk matanya segera mengalir begitu kalimat tadi terlontar dari bilah bibirnya.
"Berdansa denganku sekali ini saja, peluk aku untuk yang terakhir kalinya. Tolong katakan padaku kalau hari esok akan lebih baik lagi. Setelah ini aku tidak akan meminta apapun lagi. Aku berjanji."
Tepat pada detik selanjutnya, Haruto menyanggupi permintaannya. Mulai berdansa dengannya dengan pandangan yang terkunci pada netra satu sama lain. Membuat senyuman miliknya kembali terukir disela air matanya yang masih setia mengalir.
Malam ini, ditemani oleh cahaya yang berasal dari lemari pendingin yang terbuka juga cahaya bulan yang mengintip malu-malu, keduanya berdansa. Dengan sesak pada relung masing-masing sebagai pengiring lainnya.
Diakhiri dengan sebuah pelukan sesuai permintaan yang lebih muda sebelumnya. Namun tanpa kalimat yang terlontar dari bilah bibir yang lebih tua.
Tak apa. Semua ini sudah cukup untuknya. Karena Jeongwoo sendiri pun tau kalau untuk ke depannya tak akan ada kata baik-baik saja untuk hari esoknya.
"Terimakasih karena sudah menjadi suami yang baik untukku. Terimakasih karena berkat perjanjian ini, aku bisa merasakan kasih sayang orang tua lagi. Terimakasih untuk semua yang kau berikan pada Junghwan."
Pelukan keduanya terlepas dengan Jeongwoo yang mengambil langkah mundur beberapa langkah. Senyuman masih setia terukir pada wajah manisnya. Netranya pun masih terkunci pada netra kelam suaminya.
"Saat hari dimana putrimu lahir ke dunia nanti, kalau aku masih bernafas setelah itu, tolong katakan pada semuanya kalau aku sudah tiada termasuk pada Junghwan. Aku akan pergi jauh dari sini, titip Junghwan ya. Tolong jaga dia sebagai bayaran terakhir seperti apa yang kau katakan padaku sebelumnya."
"Jeong--"
Belum sempat Haruto memberikan balasan, Jeongwoo sudah lebih dulu berbalik kemudian melangkah menjauh darinya. Meninggalkannya dengan sesak yang semakin menjalar memenuhi dadanya.
Putrimu.
Suami yang baik.
Suara itu terus mengiang memenuhi pendengarannya. Membuat deru nafasnya kian memberat. Hingga suara yang tak asing terdengar guna menariknya kembali dari lamunannya.
"Apa pernah Ayah mengajarkanmu untuk menjadi bajingan seperti sekarang, Watanabe Haruto?"
===== To Be Continue =====
Dapet gak feelnya? Jujur aku sendiri ngetiknya sambil nahan mewek 😭
Semoga kalian yang baca juga dapet ya, huhu.Oiya, udah pada vote + comment kan? Wajib itumah.
See you in next part, babe.
Big love from me, H.
Luv you selir-selirku~❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold ✔
FanfictionEnd. || Hiraeth (Sequel of this story) Pdfnya ready ya. Yang berminat bisa langsung cek part terakhir. || Semakin rasa itu tumbuh, maka tubuh akan semakin didera rasa sakit yang sama besarnya. [Hajeongwoo story] [Mpreg] Ft.Yedam //note : hanya sebu...