[ Hoshi ]
• • •
"Akh...ahhh..mmhh..shhh..ahhk"
Hanya itu yang bisa gue keluarkan dari mulut gue selama merasakan sesuatu yang memenuhi lubang bagian gue yang terasa amat nikmat yang membuat gue menggelinjang merasa keenakan akan benda seorang pria yang saat ini terus merajam lubang milik gue yang sudah terjadi hampir setengah jam lamanya.
Gue terus mendesah hebat. Goyangan yang pria itu berikan sungguh membuat gue merasakan nikmatnya surga dunia setiap kali benda panjang miliknya menyentuh sesuatu yang ada di dalam tubuh bagian bawah gue.
"Yeahh, babyhh, ituuhh enakkh, iya ituhh enakh. Mmhh.." ucap gue memintanya terus menyentuh sesuatu itu sehingga gue terus merasa enak.
Saat ini gue sedang dalam posisi menungging, dengan tubuh gue yang terus bergerak akibat genjotan yang pria itu berikan. Tapi beberapa menit kemudian, pria itu menghentikan pergerakannya. Menarik benda miliknya yang sontak saja membuat gue mendesah kecewa karena tadi sedang dalam kondisi enak-enaknya.
"Kamu lagi lah yang goyang. Masa saya terus. Kan saya yang bayar kamu." ucap pria itu. Gue nggak tau namanya, tapi dia cukup tampan dengan uang yang berlimpah.
Buktinya dia berani bayar gue mahal.
"Oke. Abang tiduran aja. Biar gue yang kerja, gue jamin lo puas, bang." ucap gue padanya.
Pria itu menurutinya, dan kini ia mengambil posisi telentang dengan kaki yang sedikit terbuka sehingga benda miliknya berdiri tegak yang membuat gue sangat tergiur untuk segera memasukkannya ke dalam lubang milik gue.
Tanpa berbasa-basi, gue langsung mengambil posisi jongkok di atas tubuh pria itu. Memegang benda miliknya, untuk kemudian gue arahkan menuju lubang bawah gue lalu gue masukkan secara perlahan sehingga kini kembali gue rasakan bagian bawah gue yang terasa penuh dengan benda milik pria itu yang panjang, besar, juga keras.
Ini memuaskan. Gue sangat jarang mendapatkan pelanggan yang memiliki benda seperti ini yang sangat membuat gue terpukau. Bahkan kalo dia nggak ngebayar gue, gue rela, asalkan nafsu gue tersalurkan dengan benda pamungkas yang sangat gue idam-idamkan.
"Nngghh...aahhh." desah gue yang sudah mulai menggerakan tubuh gue naik turun memberikan pelayan yang oke pada pria yang saat ini sudah berkeringat seluruh tubuhnya dengan kedua tangan yang meraba tubuh gue dan sesekali memilin puting milik gue.
Ya, emang sih, pria itu nggak terlalu tampan. Tapi siapa yang perduli selama dia punya benda yang sangat kokoh kayak gini?
Cewek-cewek ataupun cowok-cowok homo kayak gue udah pasti kegirangan dan merasa puas setiap harinya kalo aja gue menjadi pendamping hidupnya.
Sayangnya, dia bilang, dia udah menikah, dan memakai gue hanya karena penasaran rasanya lubang pria yang sebelumnya ia digoda oleh temannya yang pernah mencobanya juga.
Gue mempercepat pergerakan gue memuaskannya. Membuat desahan gue dan dirinya saling bersahutan. Sampai gue menyadari di akan mencapai klimaks. Gue segera menarik lepas benda miliknya agar cairan yang keluar nggak mengendap dan mengotori lubang gue yang istimewa.
Sebenarnya gue udah meminta untuk menggunakan pengaman. Tapi pria yang nggak gue ketahui namanya ini, berani membayar gue mahal sehingga gue pun menyetujuinya. Ya, tentu saja dengan syarat keluar di luar.
"Kamu enak. Lubangmu sempit, bener-bener jepit punya saya. Kami yakin ini bukan pertama kalinya buat kamu?" tanya pria itu, terlihat lemas dengan napas yang sedikit ngos-ngosan.
Gue yang udah turun dari atas tubuhnya, cuma terkekeh pelan. Gue belum mencapai klimaks, walaupun tadi gue terus keenakan. Gue nggak masalah, karena tujuan gue memuaskannya.
"Gue mah rajin, bang. Tiap hari gue perawatan supaya lubang gue rapet dan memuaskan." balas gue merasa bangga. Setelahnya, gue merebahkan tubuh gue di sampingnya.
Tapi pas gue melakukannya, pria itu malah bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang gue yakini membersihkan diri. Nggak lama sih, karena beberapa menit kemudian, pria itu kembali dan mulai mengenakan pakaian yang tadi ia kenakan sebelum melakukan hubungan intim.
"Mana rekeningmu. Biar saya transfer aja. Saya nggak bawa cash soalnya." ucapnya. Gue yang mendengar itu, tersenyum sumringah. Setelahnya gue mengucapkan nomor rekening gue agar mendapat uang bayaran atas tubuh gue yang memuaskannya.
Nggak perlu waktu lama. Gue menerimanya, tapi gue mengerinyit, begitu melihat jumlah uang yang dikirimkan berjumlah dua kali lipat dari yang dijanjikan. Dan itu membuat gue menatapnya, lalu bertanya.
"Bang. Ini nggak kebanyakan?" tanya gue padanya. Pria itu menggeleng.
"Enggak. Itu pas kok. Soalnya sekarang teman saya lagi menuju kemari untuk memenuhi rasa penasaran yang sama. Kamu bisa kan ngelayanin satu pria lagi? Kalo kurang, kamu bisa minta tambah lagi. Tapi sama yang kamu layanin nanti." ucapnya, menjelaskan.
Gue yang mendengar itu mengangguk mengerti.
"Bisa lah, bang. Satu dua cowok mah gampang. Asal bayarannya lancar." ucap gue, dengan kedua alis yang gue naik turunkan.
Pria itu terkekeh pelan, lalu kemudian pamit setelah berpesan agar gue membersihkan diri dan mempersiapkan lubang gue untuk dirajam yang kedua kalinya.
Gue menurutinya, dan langsung merapikan kasur yang berantakan untuk tamu selanjutnya. Setelahnya gue menuju kamar mandi dan mulai membersihkan diri yang gue mulai dari lubang milik gue, benda milik gue, lalu seluruh tubuh gue yang akhirnya memakan waktu cukup lama agar pelanggan selanjutnya puas dan pantas dengan bayaran yang gue terima.
Ya, itu niat awal gue untuk ekstra kerja keras agar gue bisa dipercaya dan selalu dipake sama orang-orang berduit kayak pria barusan.
Tapi begitu tamu selanjutnya datang. Gue merasakan perasaan campur aduk melihatnya.
Gue kaget, malu, dan ingin sekali menghilang dari dunia seketika.
Gimana enggak coba? Kalo ternyata tamu selanjutnya adalah Abang Ipar gue sendiri!
Pria yang menikah sama Kakak gue tahun kemaren dan sekarang dia ada di hadapan gue dengan tujuan untuk memenuhi rasa penasaran yang ingin menusuk lubang gue yang notabenenya seorang cowok, sama sepertinya.
Mati gue!
• • •
end of prolog.
Note :
Cerita ini ratingnya 21+ ya ges.
Bagi kalian yang masih dibawah umur atau nggak nyaman dengan banyaknya adegan echi. Plis, kalian bisa tinggalkan lapak ini sekarang tanpa harus komen ini-itu yang ngebuat mood nulis aku ancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [END]
General FictionKetika sebuah kebetulan menjadi kebiasaan hingga akhirnya membuat sesuatu yang awalnya biasa saja, menjadi sebuah ketergantungan yang sulit untuk dihindarkan. • • • R21+