[ Jerhemy ]
• • •
Secara tiba-tiba, Hoshi melepaskan ciumannya yang membuatku mendesah kecewa karena sedang menikmati setiap inci dari bibir miliknya.
"Kayaknya gue harus mandi dulu deh, Bang. Gue takut bool gue bau tai, terus bikin lo jijik sebelum lo mau jilat lubang gue nanti." ucapnya, yang saat ini berada di atas tubuhku yang membuatku bisa melihat jelas wajahnya.
Aku tersenyum menatapnya, menaruh satu tangan ku di wajahnya untuk ku gunakan mengelus pipinya pelan sebelum akhirnya membalas.
"Nggak usah. Abang tau kamu bersih kok. Wangi juga. Nih, Abang cium ketekmu aja nggak ada baunya." ucapku, yang segera mengangkat kepala ku untuk mengendus ketiak miliknya yang sedikit terbuka.
Hoshi tertawa kecil sambil menjauhkan kepala ku dari tubuhnya.
"Apaan sih lo, Bang. Cium-cium ketek segala." ucapnya.
"Emang kenapa? Nanti juga Abang bakal ciumin lubang kamu. Apa bedanya sama nyium-in ketek kamu?" ujarku.
"Ya...nggak ada sih. Tapi tetep aja lah. Gue harus mandi. Emang Bang Jer mau nanti tiba-tiba lubang gue ada serabut-serabut tai yang nempel di pinggirannya, terus nggak sengaja ke jilat sama Bang Jer?" aku langsung membayangkan apa yang Hoshi katakan.
Namun dari se-pengalaman ku bermain dengannya. Aku tidak pernah melihat hal yang Hoshi deskripsikan walaupun kondisinya ia baru saja terbangun dari tidurnya. Jadi dengan begitu, aku menggelengkan kepala ku untuk kemudian tersenyum dan berkata.
"Nggak usah. Abang nggak masalah. Abang percaya kamu bersih kok. Lagian, kamu bisa rasain kan sekeras apa punya Abang sekarang?" ucapku, yang dengan sengaja menggesekkan benda milikku yang ada di balik celana pada benda milik Hoshi yang mengeras juga.
"Hmm, oke. Kalo gitu kita pindah ke kamar aja ya. Nggak nyaman di sini. Sempit." ucapnya, lalu bangkit dari posisinya setelah sebelumnya mencium bibirku kilat.
Aku mengikutinya, dan berjalan menuju kamarnya dengan satu tangan ku yang membawa baju kami berdua. Dan sesampainya di kamarnya, Hoshi menarik tangan ku kuat lalu mendorong tubuhku yang membuatku terhuyung jatuh tepat di atas kasurnya.
Baju yang ku bawa tadi sudah hilang entah kemana. Digantikan dengan sosok Hoshi yang membuka celana miliknya sehingga kini memperlihatkan benda miliknya yang sudah mengeras.
Hoshi turut naik ke atas kasur juga. Dan dengan tubuh yang merangkak, dirinya mendekat hingga akhirnya ia kembali berada di atas tubuhku dengan bibir yang saat ini saling bertemu dan melumat satu sama lain dengan bibirku.
Aku memejamkan mataku, ingin menikmati setiap lumatan yang aku maupun Hoshi berikan. Namun sayangnya, itu tidak berlangsung lama.
Hoshi kembali melepaskan ciuman itu, untuk ia gantikan dengan mengecup hidung ku lalu dengan cepat beralih ke leherku dan bermain cukup lama di sana yang membuatku mengejang merasakan perpaduan antara geli juga nikmat atas apa yang Hoshi lakukan di sana.
Aku ingin menyudahinya, karena aku juga ingin melakukan hal yang sama pada dirinya. Namun Hoshi menahan tubuhku, agar tetap pada posisiku sehingga dirinya bisa leluasa memuaskan ku yang saat ini merasakan gigi Hoshi yang menggigit pelan puting ku sambil sesekali menjilatinya.
Itu benar-benar terasa nikmat. Apalagi Hoshi melakukannya secara perlahan, membuatku merasakan sensasi yang berbeda yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.
Aku pun akhirnya mendesah. Merasakan lidah Hoshi yang menjilati tubuhku yang ia lakukan dari bagian tengah dada ku dan turun ke area perutku yang ia jilat serta ia kecup cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [END]
General FictionKetika sebuah kebetulan menjadi kebiasaan hingga akhirnya membuat sesuatu yang awalnya biasa saja, menjadi sebuah ketergantungan yang sulit untuk dihindarkan. • • • R21+