[ Hoshi ]
• • •
Gue nggak mengira ini akan terjadi sebenarnya.
Gue yang emang tadinya membayar cowok lurus untuk memuaskan gue dengan merealisasikan fantasi gue yang ingin bermain di dalam mobil pun harus gue urungkan.
Karena pada akhirnya, cowok yang udah gue kasih uang muka sebelum main, diusir sama Bang Jer yang terlihat marah yang tentu saja gue nggak menyangka dirinya menangkap basah gue yang hampir saja melakukannya.
Gue ikutan marah karena Bang Jer mengusirnya. Bahkan gue sempat mendorong tubuhnya memintanya menjauh setelah penolakan yang dia lakukan.
Bukannya gue marah karena Bang Jer nggak mau main sama gue semalem. Ada sih dikit, dan itu pun gue berniat meminta maaf padanya setelah pulang nanti.
Ya...gue bersikap seperti tadi pagi karena gue merasa penolakan itu menyakitkan. Gue nggak pernah ditolak saat gue menginginkannya sebelumnya, baik sesama belok maupun cowok lurus. Jadi ya, gue sakit hati yang berujung kesal sehingga gue mengabaikan dan enggan bertatap muka dengannya.
Tapi tanpa gue duga, Bang Jer malah bersedia menggantikan cowok yang udah gue bayar setengah. Bang Jer dengan mudahnya menarik tangan gue menuju mobilnya lalu menyuruh gue masuk ke kursi belakang yang luas.
Gue bingung sebenarnya, tapi nggak bisa gue pungkiri kalo gue juga antusias sehingga senyum lebar yang gue keluarkan tak terelakkan.
Berbeda dengan eskpresi wajah Bang Jer yang mengeras dengan pelipisnya yang bergerak-gerak. Dia masih kesal akan fakta dimana gue yang hampir saja dimasukin orang lain yang gue bayar.
"Cepet buka celanamu. Kita main sekarang." ucap Bang Jer setelah menutup pintu mobil dengan dirinya yang duduk di samping gue sekarang.
"Bang Jer langsung mau nyolok gue? Tanpa pemanasan?" tanya gue padanya. Bang Jer mengangguk.
"Nggak perlu, Hos. Abang udah keras sekarang." ungkapnya.
Gue nggak percaya, sehingga tanpa ragu, gue meletakkan tangan gue ke bagian tengah selangkangannya dengan gue yang bisa merasakan betapa besar benda miliknya yang saat ini sudah mengeras.
Gue pun memasang wajah speechless menatapnya.
"Kok bisa langsung keras gini, Bang? Lo udah jadi homo ya sekarang? Atau jangan-jangan lo sebenernya mau nyolok gue semalem, cuma lo malu buat ngakuinnya." tuduh gue sambil menunjuk wajahnya.
Bang Jer mengalihkan pandangannya, yang membuat gue yakin kalo tuduhan gue itu benar. Dan ya, gue bertambah antusias dan semangat walaupun rasa sange belum muncul kepermukaan.
Tapi perlahan gue merasakannya, gue yang saat ini mengelus benda miliknya yang masih terbungkus kain, perlahan membayangkan apa yang pernah gue rasakan saat benda itu berada di dalam tubuh gue. Yang membuat lubang bagian bawah gue kembang kempis, berkedut menginginkan perasan itu lagi.
Gue menjadi nggak sabar. Begitu juga Bang Jer yang saat ini memegang tangan gue mempercepat elusan tangan gue pada benda miliknya.
Dan karena udah nggak tahan ingin merasakannya, gue pun menyuruh Bang Jer untuk membuka celana serta dalamannya. Bang Jer menurutinya, sehingga kini bisa gue lihat benda panjang juga besar, berdiri tegak minta dimanjakan.
Gue menyentuhnya. Menggenggamnya untuk gue pijat sebentar sebelum akhirnya gue gerakan tangan gue naik-turun memulai pemanasan.
Desahan kecil Bang Jer keluarkan. Yang membuat gue menoleh padanya yang kebetulan dirinya sedang menatap gue dengan ekspresinya yang sudah berubah dan nggak mengeras seperti menahan amarah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [END]
General FictionKetika sebuah kebetulan menjadi kebiasaan hingga akhirnya membuat sesuatu yang awalnya biasa saja, menjadi sebuah ketergantungan yang sulit untuk dihindarkan. • • • R21+