Malam akhirnya tiba. Ini biasanya waktu yang sepi karena jalanan yang gelap, dan jarang orang untuk beraktivitas di waktu ini.
Namun, itu merupakan pengecualian untuk malam ini.
Di kaki bukit, tepatnya di depan gerbang menuju arah kuil. Cahaya lentera menyala menerangi langit malam dan sekitarnya. Orang-orang berkerumun saat stan-stan yang berada di pinggir menjual hingga membuat semacam permainan berhadiah. Semua orang dengan riang melakukan kegiatan mereka sendiri yang wajah-wajah mereka dipenuhi dengan senyuman yang mekar.
Ini adalah malam festival diadakan.
"Paman, permen apelnya 2!"
Dan Misaki, yang saat ini mengenakan yukata hijau dengan motif bunga berwarna putih, sangat bersemangat karena ini merupakan malam yang dinantikan. Rambutnya yang disanggul memperlihatkan lehernya, dan dia tampak sangat cocok untuk mengenakan yukata itu. Meski dia masih merasa tidak nyaman untuk bergerak karena baru pertama kali mengenakannya.
"Ohh, Misaki. Lama tidak melihatmu, sudah berapa lama kau di sini?"
Tanya paman itu saat menyerahkan pesanannya. Misaki cukup mengenali orang-orang yang berasal dari desanya, jadi dia tidak terlalu gugup dengan kerumunan sebanyak ini karena dia hampir mengenali semua orang di sekitar. Dan paman ini adalah orang yang sering berbisnis dengan kakeknya untuk membeli hasil panen yang dia miliki karena memiliki toko. Jadi dia akrab dengannya. Dan karena dia orang yang bersemangat dan sering berbicara keras, itu menjadi cara mudah untuk mengenalinya meski dia mencoba berbicara dari jarak yang jauh.
"Kami baru 2 hari di sini. Liburan musim panas mungkin akan membuat kami menetap di sini selama 2 minggu."
Misaki menjawab pada saat menerimanya dengan senang hati.
"Hahaha, baguslah kalau begitu. Suasana kota pasti membuat kalian stres, jadi pastikan kalian menikmati waktu kalian di sini. Ahh, sebagai hadiah selamat datang, akan kuberi diskon dengan membayar 1 permen saja."
Paman itu berkata dengan ramah saat terus tersenyum memperlihatkan gigi-giginya.
"Ini uangnya kalau begitu."
Dirinya sedikit terkejut saat menerima uang dari orang lain yang berada di sisi Misaki. Dia tidak mengenalinya untuk sesaat, tetapi akhirnya sadar itu adalah saudara Misaki.
"Astaga, Kazuto? Apakah itu kau? Hahaha! Aku hampir tidak mengenalimu. Astaga, anak-anak tumbuh dengan cepat, hanya dalam 1 tahun kau sudah tumbuh setinggi itu."
Kazuto tersenyum masam sedikit saat mengeluarkan tawa kecil.
"Nah, aku hampir sedih karena tidak dikenali paman."
"Maaf untuk itu, bagaimanapun kau mengejutkanku."
Setelah sedikit bercakap-cakap, mereka pamit darinya.
"Nikmatilah festivalnya sebanyak mungkin!"
Itulah yang dikatakan ketika Misaki dan Kazuto membelakanginya.
"Paman itu tidak pernah berubah."
"Hihi, benar. Nada bicaranya membuatku bingung mengapa dia tidak pernah mengalami serak."
Mereka sedikit terkikik saat membicarakannya karena ada orang yang seperti itu. Tapi, menyenangkan untuk berbicara dengannya karena tidak akan pernah merasa bosan, apalagi, dia adalah paman yang ramah.
"Mari berkeliling lagi?"
"Ayo!"
Misaki dan Kazuto melanjutkan jalan-jalan mereka di sekitar area festival.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was Dead I Just Being My Sister!!
RomanceKazuto Tomoe yang kehidupan remajanya selalu ditindas dan diperbudak oleh adiknya sendiri, membuat dirinya tidak dapat menikmati kehidupan SMA nya. Namun suatu hari ketika dia pergi berbelanja, sambaran petir mengenai dirinya beberapa kali sebelum a...