Pagi telah tiba. Aku tidur dengan nyenyak karena terlalu lelah kemarin, tapi aku mampu bangun seperti biasanya.
Dan suatu keanehan telah terjadi pagi ini.
"Onii-chan?"
Aku menemukan Kazuto bangun lebih pagi dari biasanya. Mimpi apa yang dia alami sampai dia seperti ini. Maksudku, dia setidaknya akan bangun saat aku pergi membangunkannya dengan susah payah.
"Selamat pagi."
Jawab dia dengan santai seolah semua ini adalah hal yang biasa.
Tidak, tidak. Jangan mengatakan selamat pagi seperti itu. Setidaknya jelaskan mengapa kau bangun sepagi ini.
"Apa? Apakah aku tidak boleh bangun di jam ini dan ikut joging bersama adik ku?"
Melihat kebingungan yang tersirat jelas di wajahku dia pun menjelaskan.
"Tidak salah juga sih..."
Aku tidak dapat berkomentar banyak mengenai apa yang tidak dapat dilakukan olehnya.
Dan aku baru sadar bahwa dia mengenakan pakaian training untuk berolahraga.
"Baiklah, haruskah kita lari sekarang?"
Tanya dia dengan mata cerah.
Dia terlihat sangat bersemangat untuk berlari bersamaku.
"Apakah Onii-chan bodoh? Kita harus pemanasan dulu baru berlari."
Jawabku saat merenggangkan tubuhku dan berjalan keluar rumah.
"Hahaha, benar juga."
Kazuto terkikik sebentar sebelum mengikutiku keluar untuk pemanasan.
Aku bingung mengapa dia menjadi seperti ini, tapi itu perubahan yang bagus. Memiliki teman berlari juga tidak buruk.
Setelah pemanasan sebentar, kami pun mulai joging mengelilingi area perumahan.
"Ternyata menyenangkan juga melakukan joging dipagi hari."
Ucap Kazuto saat berlari disampingku.
Kami hanya berlari santai sambil menikmati udara segar pagi hari, sampai kami melewati rumah nenek Himiko.
Seperti biasa, dia sedang menyapu halaman rumahnya.
Kamipun berlari menyapanya.
"Selamat pagi, Obaa-san."
"Ohh, kalau bukan Misaki siapa lagi. Tapi mengejutkan melihat Kazuto juga kali ini."
Ucap nenek Himiko dengan nada ramah.
"Adik kecilku pagi ini datang membangunkanku, lalu mengatakan "Onii-chan, kumohon temani aku berlari karena aku merasa kesepian setiap pagi harus melakukannya sendiri" dengan tatapan memohon, jadi aku terpaksa mengikuti permohonannya sebagai kakak yang baik."
"Siapa yang mengatakan itu, hah!"
Aku segera memukul perutnya dengan ringan saat mendengarnya. Berhentilah membuat cerita konyol dengan aku sebagai bahannya.
"Hahaha, maaf, maaf."
"Fufufu, senangnya melihat masa muda."
Nenek Himiko menatap kami dengan mata hangat saat kami saling bertengkar ringan. Nah ini bukanlah pertengkaran dan sudah biasa terjadi sih.
"Kalau begitu Obaa-san, kami pergi dulu. Maaf telah mengganggu aktivitasmu."
Mengucapkan kalimat perpisahan, kami segera melanjutkan joging kami sampai kembali ke rumah, mencuci tubuh kami lalu memakai seragam.
Sekarang aku hanya perlu membuat sarapan dan bento (kotak bekal). Tapi... Tanganku masih terasa sakit. Bahkan saat terkena air tadi rasanya sangat perih. Sungguh, itu terasa menyakitkan.
"Tidak apa-apa memaksakannya sedikit kurasa."
Kataku saat menuju dapur.
Tapi saat di pintu masuk, aku menemukan kakakku telah berdiri didalam sambil mengenakan celemek disana.
"...Nii-chan, apa yang kau lakukan disini? "
Aku sedikit terkejut akan keberadaannya didapur.
"Apa lagi? Tentu saja membantumu memasak. Tanganmu masih sakit bukan?"
Dia mengatakannya seolah itu hal yang jelas.
Sudah bertahun-tahun aku bertugas memasak di dapur, bahkan sejak aku kecil. Kazuto memang kadang membantuku tapi tidak banyak. Palingan, dia hanya membantuku memasukkan bahan-bahan setelah itu menonton di sisi lain, dan itu hanya terjadi saat makan malam. Dia tidak pernah membantu disaat pagi hari.
"Biar aku yang membantumu memotong sayuran."
Ucapnya saat memegang pisau.
Tapi pertama-tama kau harus mencuci sayuran itu.
Karena Kazuto tampaknya benar-benar berniat membantuku maka aku dengan senang hati menerimanya. Kami membagi tugas, dimana Kazuto dibagian mengupas dan memotong sementara aku bagian merebus dan menggoreng. Dan dia tidak terlalu ahli sehingga potongannya tidak terlalu rata.
Tapi memang, pekerjaanku menjadi lebih mudah jika dibantu seperti ini.
Dengan begitu kami sarapan setelah itu. Berkat tangan kananku yang terluka, aku mengalami kesulitan untuk menggunakan sumpit hingga akhirnya Kazuto membantu dengan menyuapiku. Dan setelah itu kami bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"? Ada apa Onii-chan?"
Di pintu keluar, Kazuto menatapku dengan mata berbinar seolah mengharapkan sesuatu dariku.
"Apa kau tidak ingat yang kau ucapkan kemarin padaku?"
Tanya dia dengan seringai di wajahnya.
Aku merasakan firasat buruk saat melihatnya seperti itu.
"Kau mengatakan, jika aku membantumu saat pagi hari kau akan memberikanku ciuman, bukan begitu?"
!! Mengapa ingatanmu yang bagus itu digunakan di tempat yang tidak tepat!
Selain itu, aku hanya mengatakan hal itu secara spontan karena merasa kesal!
Dan jangan terus menatapku dengan seringai jahat itu!
Pantas saja pagi ini aku merasakan hal yang tidak biasa darinya yang membantuku, ternyata dia memiliki niat terselubung semacam itu.
Aku tidak bisa melarikan diri dari kata-kataku sendiri, karena aku merupakan orang yang memegang kata-kata nya.
"Ugh.. Baiklah. Menunduklah sambil menutup mata."
Ucapku sambil menghela nafas.
Tinggi kami sangat berbeda sehingga aku harus mengangkat kepala untuk melihat wajahnya.
"Baiklah."
Menuruti kata-kataku, dia segera menunduk dan menutup matanya.
*Chuu..
Aku segera memberikan dia kecupan pada dahinya sebelum melarikan diri menuju pintu keluar.
"Kakak yang kunci pintu, ya!"
Ucapku saat melarikan diri.
"Heii! Tunggu aku!"
Memberikan kecupan semacam itu adalah hal yang biasa antara saudara, bukan? Tapi cukup aneh rasanya melakukan hal itu pada diriku sendiri.
Dengan begitu, kami memulai pagi kami menuju sekolah.
--
Maaf untuk chapter minggu ini agak pendek, namun minggu depan akan sedikit lebih panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was Dead I Just Being My Sister!!
RomanceKazuto Tomoe yang kehidupan remajanya selalu ditindas dan diperbudak oleh adiknya sendiri, membuat dirinya tidak dapat menikmati kehidupan SMA nya. Namun suatu hari ketika dia pergi berbelanja, sambaran petir mengenai dirinya beberapa kali sebelum a...