1. Prolog

3.8K 255 57
                                    

"Kakak sialan! Cepat buatkan aku makanan!"

Suara makian ini... Aku sudah lelah mendengarnya dari adikku.

"Iya, iya. Tunggu aku membeli bahan makanan dulu."

Tapi apalah dayaku, tidak mungkin aku melakukan tindakan buruk padanya.

Namaku adalah Kazuto Tomoe. Seorang pria yang dijadikan budak oleh adiknya sendiri. Aku tidak ingat sejak kapan dia membenciku, tapi kalau dipikir-pikir kurasa itu adalah ketika kami tahu bahwa kami bukan saudara secara biologis. Sejak saat itu dia mulai memandangku dengan cara tidak menyenangkan, selalu egois padaku, menyuruhku melakukan ini dan itu dengan seenaknya. Selain itu, karena orang tua kami jarang pulang dikarenakan bekerja di luar negeri membuat dia leluasa untuk mengendalikanku, dia bahkan membatasi kegiatan sekolahku sehingga kesulitan mengikuti kegiatan klub. Karena perlakuannya, terkadang aku harus menginap di rumah temanku.

Kalau boleh jujur ketabahanku dalam menghadapinya patut diapresiasi, kalian tahu. Apa kalian mengerti bagaimana rasanya dicerca setiap berhadapan muka dengannya? Orang lain mungkin akan marah jika hal itu dialami olehnya, namun aku selalu menyayangi adikku sebenci-bencinya dia padaku. Setidaknya ini adalah caraku berterima kasih pada keluarganya yang telah merawatku.

"Hmm? Aku tidak ingat bahwa akan ada pemberitahuan badai di saluran cuaca."

Melihat ke langit dimana bintang harusnya bertebaran dan memperlihatkan sinarnya, tetapi saat ini mereka malah ditutupi oleh gelapnya awan disertai hembusan angin yang kencang dan suara petir yang menggelegar.

"Sebaiknya aku segera kembali setelah belanja."

Pikirku saat melihat cuaca yang berubah terlalu signifikan. Tadi sore langit masih cerah seperti biasa tanpa awan terlihat, namun sekarang seluruh langit ditutupi olehnya di saat yang sama disertai dengan suara petir. Apakah akan ada raja iblis yang lahir disini?

Haha, itu adalah hal yang tidak mungkin bukan?

-Tarr!

"Uwah!"

Saat aku terus menghibur diri, sebuah sambaran petir hampir mengenai diriku. Itu benar membuat ku terkejut dan melompat mundur. Sambaran itu setidaknya 5 meter jauhnya dariku. Sungguh beruntung, jika berjalan lebih cepat aku akan menjadi ayam panggang.

-Tarr!!

"Akh!"

Keberuntungan tidak datang secara beruntung, aku harusnya tahu hal itu. Disaat kupikir semua sudah aman petir lainnya datang padaku. Seluruh otot sarafku menjadi kaku, dari tubuhku tercium bau gosong.

Ini sungguh menyakitkan! Tapi entah bagaimana aku masih hidup. Petir itu tidak akan mengenaiku lagi, kan?

-Tarr!!

-Tarr!!!

-Tarr!!!!

Tidak seperti yang kupikirkan, petir itu terus mengenai tubuhku dan itu terasa semakin kuat setiap kali tersambar.

"AHHHHHH!!"

Aku hanya mampu melontarkan rasa sakitku melalui teriakan. Namun sekuat apapun aku menjerit, rasa sakitnya tidak mungkin dapat hilang sepenuhnya.

.....
....
...
..
Setelah itu semua menjadi hening.

Semua suara menghilang dari telingaku. Pengelihatanku juga menjadi gelap, perasaan sadar juga perlahan-lahan menghilang seiring waktu berlalu. Ahh, jadi ini yang dinamakan di antara hidup dan mati? Semua inderaku tidak dapat digunakan dengan semestinya, rasa sakit itu juga hilang entah bagaimana.

Jika aku mati maka ya sudahlah. Aku tidak memiliki terlalu banyak penyesalan dalam hidup ini.

Karena masalah pada kemampuan sosialku yang kurang menyebabkan aku kurang pandai bergaul pada orang asing, dan aku hanya memiliki 1 teman saja. Itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Tapi aku juga ingin memiliki banyak teman seperti orang lain pada umumnya. Kurasa itu adalah penyesalan pertamaku.

Cinta? Tidak ada. Aku terlalu sibuk mengurus adikku selama ini, karena itu aku hampir tidak pernah memiliki hubungan dengan wanita. Tidak ada penyesalan mengenai hal ini. Omong-omong soal adikku, apa yang dia lakukan sekarang. Aku yakin dia akan marah karena tidak membuatkannya makan malam.

...

Haha... Di saat-saat terakhir aku masih saja memikirkannya.

Dengan pikiran itu dikepalaku, kesadaranku akhirnya terputus.

-----

Gelap... Rasanya sesak sekali.

Apa yang terjadi... Tubuhku tidak dapat bergerak, seolah rasanya aku telah dikunci. Tidak ada suara yang bergema dalam kegelapan tiada akhir ini. Secara naluriah aku mulai takut dengan semua ini. Terlalu gelap untuk dapat memahami situasi.

Dan seperti itu, waktu berlalu. Tanpa mengetahui berapa lama itu sudah berlalu. Pikiranku mulai terasa menggila. Jika terus seperti ini aku mungkin akan kehilangan akal.

Di saat aku sudah berputus asa dengan keadaanku, sebuah cahaya menyala dalam kegelapan. Aku melihat ke arah sesuatu yang sangat aku rindukan itu.

Titik cahaya itu perlahan menerangi semua tempat. Mataku menjadi silau hingga terasa seperti aku buta. Cahaya tersebut semakin terang dan terang. Diselubungi seperti itu, perlahan aku merasakan semacam perubahan. Lalu...

"Ah....... Akhirnya bangun."

Mmmm? Dimana ini? Apa yang terjadi? Mengapa bangunan ini terasa familiar? Aku masih tidak dapat bergerak maupun berbicara.

Banyak pertanyaan terlintas si benakku ketika akhirnya membuka mata setelah sekian lama.

Tunggu! Mengapa ada raksasa disini!?

Dua orang raksasa dengan penampilan dewasa sedang menatapku. Tunggu, aku kenal mereka. Mereka kan orang tua angkatku! Apa yang sebenarnya sedang terjadi disini!

"Ululu, jangan menangis Misaki sayang."

Ucap Ibu angkatku saat memainkan lenganku yang kecil. Eh? Bentuk tangan ini... Bukankah itu seperti bayi? Jangan-jangan aku telah bereinkarnasi kembali ke masa lalu? Itu menjelaskan mengapa tubuh mereka lebih besar dariku.

Baiklah, baiklah. Aku sudah mulai paham situasinya, tetapi mengapa Misaki? Mengapa dia mengatakan Misaki saat menatapku?

"Ibu, apakah Misaki sudah bangun?"

Seorang bocah laki-laki memasuki ruangan saat bertanya pada ibu tentang Misaki. Fitur wajah itu.... Bukankah itu adalah diriku ketika kecil!!?

Jangan-jangan......

"Dia sudah bangun. Coba lihat wajahnya yang lucu."

Aku adalah Misaki!!?

When I Was Dead I Just Being My Sister!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang