VEREINEN

117 24 6
                                    

Warning!!!!!

NC ALERT!!!!!!

QUEEEN SERIUS KALAU YANG DIBAWAH 18 TAHUN SKIP AJA DEHHH





Pintu kamar di tutup, ia hanya berdiri di sana dengan manik yang terus mengitari sekitaran ruangan. Bibirnya tidak berhenti tersenyum. Semua ornamen yang ada di sini berwarna ungu, putih, dan hitam saja. Tidak ada warna lain. Itu adalah warna kesukaan ia dan Jimin.

Zielle menyukai warna ungu dan putih, sementara Jimin menyukai warna hitam dan putih. Sesuai dengan pakaian yang sering Jimin gunakan. Bahkan jubah pria itu berwarna hitam dengan bordir berwarna putih.

Satu dehaman singkat kini membuyarkan semua lamunan Zielle. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan melihat sosok Jimin yang berdiri cukup jauh di belakangnya dengan dua tangan yang di arahkan ke belakang. Pria itu tengah menatapnya tanpa ekspresi.

Zielle perlahan melangkah mendekat ke arah Jimin dan berdiri tepat berhadapan dengan pria itu. menatap manik Jimin yang juga tengah menatapnya lantas menguarkan senyumannya. Ia ingin memeluk Jimin, hanya saja kenapa ia merasa secanggung itu. ia tidak pernah melakukan skinship berlebihan dengan Jimin sebelumnya. Jadi, ia masih butuh waktu untuk beradaptasi.

"Kau suka dengan kamarnya?" tanya Jimin.

Zielle mengangguk senang. Maniknya sampai menutup mengungkapkan perasaan senangnya. Zielle itu tidak pernah bisa menyembunyikan apa yang tengah ia rasakan. Mau sebagaimana kerasnya ia mencoba untuk menutupi perasaannya, tetap saja orang-orang bisa mengetahuinya. Jadi, Zielle bukan sosok yang sulit di mengerti.

"Saya sangat menyukainya, terima kasih yang mulia Raja," ucap Zielle yang tersenyum lagi.

Jimin yang terus diserang dengan senyuman yang Zielle perlihatkan itu benar-benar tidak bisa berkutik. Ia jadi seolah tengah terserang banyak sekali anak panah. Pipinya memerah bukan karena darah, melainkan karena serangan senyuman Zielle. Jantungnya juga bergetar hanya karena melihat senyumn Zielle.

Kenapa senyum Zielle itu indah sekali?

"Yang mulia Raja?" panggil Zielle.

"Ada apa?"

Zielle tidak langsug melanjutkan. Ia menjeda perkataannya yang sudah ada di ujung lidah. Kembali berpikir supaya tindakannya tidak akan mempengaruhi banyak hal. "Bolehkah saya memeluk yang mulia Raja? Sayang sekali jika tubuh itu tidak saya rengkuh."

Serangan yang lebih besar ternyata kini kembali menyerang Jimin. Ia sudah dewasa, usianya hampir menginjak 30 tahun. Tapi kenapa ia bisa merona dan berdebar hanya karena sebuah permintaan dari istrinya yang baru menginjak umur 20 tahun itu?

Jimin tanpa segan langsung meregangkan tangannya dan memberikan Zielle tempat agar istrinya itu bisa memeluknya.

Zielle juga tersenyum sesaat sebelum ia kini memeluk tubuh Jimin dengan erat. Meletakkan sebelah pipinya di dada bidang Jimin.

"Lain kali tidak perlu izinku untuk melakukan hal seperti ini. Kau bisa langsung melakukannya asal masih tahu tempat di mana kau bisa melakukannya," papar Jimin yang kini mengelus surai istrinya dengan lembut.

"Ugh! Kenapa benda-benda ini selalu menghalangi?" tanya Zielle yang kini menjauhkan wajahnya dan menatap talikur dan juga benda-benda yang memang harus Jimin gunakan setiap hari itu. Mendengar Zielle yang mengeluh seperti itu membuat Jimin kini terkekeh kecil. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang istrinya. Menahan agar istrinya tidak kabur.

FALLACIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang