FAIBLE

120 26 5
                                    

Okeee bagaimana yang kemarin habis ekhem nih?

Udah siap dengan chapter ini? Haha

JANGAN LUPA VOTE ya Queen!!!!

Happy reading!!!!




Suara kicauan burung pagi terdengar nyaring. Apalagi suara benda-benda kecil dari batuan dan juga emas terdengar saling beradu. Suara-suara itu membuat kini Zielle membuka matanya karena cukup mengganggu rungunya.

Zielle mengerjapkan maniknya beberapa kali sambil memposisikan dirinya untuk duduk. Saat netranya sudah mampu menyesuaikan cahaya, Zielle langsung menutup matanya kembali kala melihat sosok Jimin yang kini tengah menggunakan sebuah ikat pinggang. Tubuh bagian atasnya masih belum ditutupi sehelai kainpun. Apalagi dengan rambutnya yang masih basah dan menitikkan air ke bagian dada.

Jimin yang menyadari jika istrinya itu sudah bangun hanya diam saja sambil fokus pada ikat pinggangnya. Zielle masih belum mengenakan apapun di tubuhnya dan hanya di tutupi oleh selimut yang kini istrinya tarik sampai leher sambil menutup matanya.

"Y-yang mulia raja? Kenapa tidak meminta bantuan pelayan atau bangunkan aku?" tanya Zielle yang kini masih menutup matanya.

Pakaian Jimin sudah diantarkan dengan beberapa baki yang kini ada di sebuah meja di kamar mereka. Mungkin saja pelayan tadi mengantarkan pakaian Jimin. tapi kenapa pria itu tidak meminta bantuan para pelayan? Bukankah biasanya seperti itu?

Jimin yang kini sudah selesai dengan urusan ikat pinggangnya itu melangkahkan kaki mendekat ke arah Zielle yang masih saja menutup matanya sambil memalingkan wajah. Terlihat jelas bahwa istrinya ini masih tidak bisa melihat dirinya yang seperti ini meski semalam adalah malam yang menakjubkan.

Jimin kini bertekuk lutut di depan Zielle yang masih terduduk di kasur. Jimin terkekeh kecil lalu berucap, "Pelayan hanya mengantarkan pakaian kita, aku tidak mungkin meminta mereka masuk dan membiarkan mereka melihat Ratu baru mereka yang masih terlelap tanpa sehelai kain di tubuhnya."

Jawaban dari Jimin membuat bulu kuduk Zielle meremang. Apalagi Zielle menyadari keberadaan Jimin di dekatnya. Bayang-bayang semalam kini kembali menggerayangi pikiran Zielle. Birainya kini mendadak tersenyum spontan, namun maniknya masih tertutup.

"Kau tidak mau membantu suamimu untuk memakai pakaian?" tanya Jimin yang menyadarkan Zielle, "Kenapa juga tidak membuka mata? Bukankah Ratuku ini sudah melihat semuanya bahkan tanpa kain semalam? Kau bahkan menyentu—"

Perkataan Jimin kini terpotong kala kini jemari Zielle sudah membungkam bibirnya. Ia menatap manik berwarna ungu terang itu dengan pipi yang merona.

Ia tersenyum, melepaskan bungkaman jemari Zielle dari bibirnya dan beralih untuk mengecup punggung tangan istrinya. Membuat Zielle semakin malu dan semakin salah tingkah namun tetap merasa bahagia.

Seperti ini rupanya rasanya menikah. Mungkin karena mereka baru menikah dan sebelum ini keduanya sama-sama belum pernah menjalani hubungan yang seintens ini, debaran itu masih sangat terasa.

"Yang mulia Raja tidak akan pernah bisa berhenti menggoda saya sepertinya mulai hari ini," ungkap Zielle yang kini menyentuh puncak rambut Jimin dengan tangan yang sedang tidak digenggam oleh Jimin. Ia sudah memastikan sebelumnya agar selimut yang tengah ia gunakan tidak terlepas dan malah mempertontonkan hal yang seharusnya tidak boleh ia perlihatkan pagi-pagi seperti ini.

Jimin menikmati elusan telapak tangan istrinya yang kini berada di kepalanya. Tersenyum sebelum akhirnya ia meraih belakang leher Zielle dan mendekatkan wajah Zielle ke arahnya. Namun, Jimin mendapat penolakan. Zielle kini menggunakan kedua tangannya untuk menahan di dua bahu Jimin. menyembunyikan kedua belah bibirnya ke dalam rongga mulut juga.

FALLACIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang