Aku Harus Apa?

249 40 4
                                    

Ada yang masih ingat cerita saya tentang Operamini?

Kalau nggak ingat, ya nggak apa-apa. Cuma tanya, dan calon penjawab punya hak untuk tak menjawab.

Ini ceritanya hampir mirip dengan cerita tentang Operamini. Bedanya, ini soal tampilan, bukan perdebatan tentang kebutuhan dan keinginan.

Kira-kira seminggu yang lalu, saya ditanyai sama anak tetangga yang beda usianya 7 tahun lebih muda dari saya. Sebut saja namanya Nining.

"Ta, emangnya si Itu kalau di rumah kerudungan terus, ya?" tanyanya.

"Nggak juga, sih. Setahuku dia kalau di rumah pakai baju lengan panjang sama celana panjang. Tapi nggak kerudungan terus."

"Oh, ternyata dia nggak kerudungan terus kalau di rumah. Tapi kok bisa ya, emaknya bilang seolah-olah anaknya kerudungan terus. Emaknya ngomong ke emakku."

Sebentar, sebentar. Sebelum menghujat emaknya si Itu karena ngomong sebagaimana yang dibilang sama si Nining, saya kasih ilustrasi dulu biar tahu gimana posisi saya juga. Hahaha.

Si Nining ini pakai pakaian terbuka. Sewaktu dia curhat di atas motor, saat itu dia pakai baju lengan pendek terusan dengan bagian bawah sebatas atas lutut. Ya bisa dibilang dia pakai daster yang panjangnya di atas lutut. Setengah panjang paha. Dan emang gitu tampilan sehari-harinya.

Oke, kalau udah tahu posisi saya di mana, sekarang saya lanjut isi curhatnya.

"Emangnya emak si Itu ngomong apa ke emakmu?" tanya saya yang belum nemu apa titik darurat kondisi yang Nining alami.

"Anak saya sekarang kalau pakai pakaian terbuka udah malu. Jadi sekarang nggak pakai baju atau celana pendek. Gitu kata emaknya si Itu sewaktu ngomong ke emakku."

Sampai di titik itu saya belum nemu apa masalahnya. Kan emang anaknya sendiri yang diomongin. Lagian enggak ada menyinggung pakaian si Nining gitu. "Ya terus apa salahnya ngomongin penampilan anak sendiri? Daripada ngomongin penampilan anaknya orang, kan?"

"Ya bener, sih. Tapi kan anaknya juga belum sempurna, masak ngomong gitu ke emak?"

Eh? Gimana, gimana? Saya belum mudeng, dong.

Tetangga kami punya anak yang nggak mau pakai pakaian terbuka karena udah malu pakai begituan. Ngomongin tentang anaknya sendiri ke tetangga yang "kebetulan" sehari-harinya pakai pakaian terbuka.

Oh, jadi ceritanya, emaknya si Nining ini tersinggung apa gimana? Atau secara serampangan menyimpulkan bahwa tetangga kami itu menyindir penampilan anaknya? Atau gimana?

Seriusan, ini saya masih mikir keras. Karena di sepanjang cerita si Nining, tetangga kami yang ngomongin anaknya itu nggak ada bahas penampilan Nining sama sekali. Yang ada cuma usaha Nining untuk menggiring pikiran saya biar menyimpulkan bahwa tetangga kami menyindir emaknya Nining. Tapi untungnya saya nggak terpengaruh, makanya masih mikir keras sampai sekarang.

Kalau memang iya ibunya Nining tersinggung, alasannya apa, ya, kira-kira? Kalau memang dugaan saya benar, maunya emak si Nining dan Nining apa, dong?

Dari curhatan ini, saya ngerasa bahwa problematika di kampung saya kok makin aneh. Ngomongin anak sendiri dibilang pamer, nyindir, dan nyinggung. Ngomongin anak orang lain, katanya nyinyir, sok-sokan mencampuri hidup orang lain, sok suci, sok jadi manusia paling bener sejagad.

Kayaknya emang paling bener diem aja. Nggak usah ngomong, nggak usah bikin status di medsos kayak saya selama ini. Hahaha.

Rahasia Cewek!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang