Obsesi Antagonis [ON GOING]

5. Sudut pandang yang mulai berubah

"percayalah, seseorang akan terasa sangat berarti saat dia pergi meninggalkan kita"

.

.

.

Theo POV

Kapan terakhir kali dia merasakan perasaan lain selain kehampaan dan kekosongan?

Atau

Sejak kapan rasa hampa ini muncul?

Sejak mamanya tiada?

Atau

Sejak ia menerima kekerasan dari pelayan pribadinya?

Ia rasanya ingin menyerah. Mama yang paling ia sayangi pergi begitu saja meninggalkannya seorang diri di dunia yang kejam ini.

Apa sang mama bahagia di atas sana?

Mengapa sang mama tidak mengajaknya?

Apakah karena ia anak yang nakal?

Ia penyebab sang mama pergi?

Apakah Mama membencinya

Semua pemikiran itu terus muncul berulang kali hingga Theo rasanya ingin menyerah. Apa salahnya? Mengapa semua ini terjadi padanya?

Ayahnya, satu satunya orang yang harusnya bisa ia andalkan malah acuh tak acuh padanya.

Theo ingat dengan jelas, peristiwa saat ia bermain dengan sang mama hingga menyebabkan sang mama meninggalkan nya untuk selama lamanya.

Itu sudah terjadi beberapa tahun lalu, namun Theo dengan jelas dapat sangat mengingatnya.

Saat itu, ia dan mama sedang bermain bola di halaman rumahnya. Namun ia tak sengaja menendang bola hingga keluar pagar rumahnya. Sang mama yang berniat mengambil bola tersebut malah tertabrak mobil yang sedang melintas. Alhasil tubuh sang mama terpental beberapa meter dari tempatnya tepat didepan mata Theo. Sang mama sempat sadar beberapa hari, sebelum ia meninggal tepat setelah merayakan anniversary bersama sang papa.

Theo marah pada dirinya sendiri.

Theo sedih kehilangan sang mama.

Theo kesepian saat sang papa mulai menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Theo kesepian tak memiliki seorangpun teman.

Apalagi saat pelayan pribadinya mulai menampakkan dirinya yang asli. Dia tak segan segan memukul saat Theo berbuat salah sekecil apapun. Dia tak segan segan melampiaskan amarahnya apabila sedang kesal. Terkadang tangannya secara tak sadar bergetar saat bersentuhan dengan lawan jenis. Bayang bayang tangan pelayan pribadinya yang memegangnya kemudian menyeretnya lalu menyiksanya selalu menghantuinya setiap bersentuhan dengan seorang wanita.

Ia takut.

Hanya saya ia tak tau harus bagaimana.

Ia tak tau harus meminta tolong pada siapa.