(TOPI)
Perlahan Rey menggapai handphone di meja samping nya dengan malas. Rey kemudian membaca nama kontak yang menelpon dirinya.
Sontak Rey membulatkan matanya melihat nama kontak yang memanggilnya,
Sinta
"Sinta?"
"Ngapain nelfon sih," Rey menghela nafasnya kasar sebelum ia mengangkat telpon dari Sinta.
"Hai Rey? Eum, aku cuma mau bilang minta maaf ya. Aku salah soal tadi pagi, kamu mau kan maafin aku Rey. Maafin ya please, please."
"What? Bilang itu doang? Cih, pake nada manja lagi. Geli bgt gw." Kesal Rey sembari menjauhkan handphone dari mulutnya.
"Rey? Hai? Kamu marah ya? Yaudah aku tutup! Semoga kamu bisa maafin aku, nanti aku bawain makanan kesukaan kamu deh supaya kamu gak marah lagi. Okey babay, aku tutu-"
"Diem Lo! Harusnya lo minta maaf sama Sanna, bukan gw! Oh ya, jangan sekali-kali beliin apapun untuk gw. Buang buang uang lu aja karena gw gak akan terima pemberian barang dengan tujuan begini doang!"
Tuut... Tut...
Rey segera meletakkan hp nya kembali di meja samping nakas. Kemudian melanjutkan tidurnya.
***
Hari ini adalah hari Senin, dimana setiap pagi di hari Senin seluruh siswa-siswi beserta guru-guru wajib mengikuti upacara lengkap dengan atributnya.
"Hah?! Topiku mana?" Gumam Sanna dengan nada panik.
Rey yang baru saja bersiap untuk upacara dengan topi di kepalanya karena baru datang, ikut panik melihat Sanna.
"San, kenapa?" Tanya Rey.
"Topiku gak ada! Tadi sebelum bel aku rencananya mau ke lapangan duluan biar gak berdesakan, tapi tiba-tiba aku pengen BAK jadi aku tinggalin topi ku di meja. Pas balik udah gak ada!" Jelas Sanna sembari mengacak laci mejanya dan meraba celah celah buku di dalam tasnya.
Namun hasilnya nihil, Sanna tetap tak dapat menemukan topi wajib yang harus digunakan ketika upacara.
"San, pakai topi ku aja!" Rey melepaskan topi di kepalanya dan menyodorkannya pada Sanna.
Sanna menggeleng keras melihatnya, jika ia tidak menggunakan topi maka akan dihukum berbaris di panas matahari selama upacara. Tetapi jika Rey juga memberikan topinya pada Sanna, maka Rey yang akan dijemur di teriknya matahari. Itu sebabnya Sanna menggeleng keras dan menolak.
"Gak, gak, gak, gak mau! Nanti kamu yang dijemur! Aku pokoknya gamau, gapapa biarin aku aja yang baris di panas." Tolak Sanna tak terima.
"San, kamu gak boleh capek! Biarin aku yang baris, aku gpp kok."
"Rey!"
"San!"
"Iiih Rey!"
"Saaannn!"
"Hey! Kenapa kalian masih di kelas? Cepat ke lapangan 3 menit lagi upacara di mulai!" Celoteh pak Farhat, salah satu guru pengawas yang sedang memergoki murid-murid yang masih di kelas.
"Eh, iya baik pak! Kami segera kesana!" Seru Rey dan Sanna kompak.
"Cepat! Keluar!"
Rey dan Sanna saling menatap satu sama lain, tidak tau harus berbuat apa sekarang.
"Kenapa masih diam? Ayo! Tunggu, kenapa yang satu ini belum memakai topi? Cepat pakai! Atau kamu memang tidak bawa?" Tanya pak Farhat sembari menunjuk Sanna.
Sanna tertunduk malu, tidak tau harus bagaimana lagi. Melihat hal itu, topi yang berada di tangan Rey segera ia pakaian kepada Sanna.
"Maaf, bukan pak. Ini topinya Sanna bukan saya. Saya yang gak bawa topi."
Ucap Rey yang membuat Sanna kaget tak percaya Rey akan berkata seperti itu."Yasudah, cepat ke lapangan. Dan kamu, karena gak bawa topi ikut saya ke barisan!"
Mereka berdua berjalan beriringan dibelakang pak Farhat.
Sesampainya di gerbang lapangan, Sanna dan Rey harus berpisah barisan, karena Rey harus mendapatkan hukuman berbaris di terik matahari. Sedangkan yang menggunakan topi berbaris di bagian yang teduh.
"Rey..." Lirih Sanna sebelum berjalan ke barisannya.
"Gakpapa San... Bye!" Rey memberikan senyum manis nya pada Sanna. Membuat wajah Sanna yang semula masam ikut tersenyum.
Akhirnya mereka berpisah dan berjalan ke barisan masing-masing.
"Upacara bendera hari Senin tanggal 13, bulan Oktober, tahun 2020, akan segera dimulai. Persiapan kepada masing-masing pemimpin barisan upacara."
Upacara sedang dilaksanakan, ketika yang lain sedang fokus mengikuti upacara, berbeda dengan Sanna. Matanya tak henti-henti menatap Rey sedang berbaris di ujung lapangan di terik matahari.
"Maafin aku Rey..." Gumamnya.
Bagh!
Secara tiba-tiba bahu Sanna terdorong pelan ke belakang, seseorang telah mendorongnya dengan sengaja. Untung saja tidak menimbulkan keributan.
Sanna mendongakkan kepalanya, terdapat wajah Sinta yang sedang menatapnya ganas. Karena saking fokusnya memerhatikan Rey, ternyata Sanna tidak menyadari Sinta berada tepat disampingnya.
"Sinta?"
"Ya, ini gue. Jawab jujur! Ini topi bukan punya lo kan?!" Bisik Sinta dengan nada tinggi.
"Bukan,"
"Terus ngapain lu masih disini? Kenapa gak baris disana?" Tunjuk Sinta pada orang-orang yang berbaris di ujung lapangan.
Sanna menatap Sinta dengan tajam.
"Ini topi punya Rey! Dia yang kasih ke aku, aku udah bilang aku aja yang berbaris disana. Tapi dia maksa!""Halah, alesan lo!" Sinta mengambil paksa topi yang digunakan Sanna dan menarik Sanna ke arah pak Farhat yang sedang mengawasi siswa-siswi agar tertib.
"Pak, ini bukan topinya dia pak! Coba bapak baca namanya, R-E-Y. Dia ngambil punya Rey, sampai Rey dijemur pak!" Ucap Sinta membuat Sanna mengelak.
"Maaf pak, bukan seperti itu. Saya han-"
"Apa? Jadi kamu merelakan teman aku dijemur supaya kamu gak kepanasan? Cepat tukeran! Lewat belakang dan panggil teman kamu itu. Suruh dia tukar posisi barisan mu dengan dia!" Perintah pak Farhat tanpa mendengar penjelasan dari Sanna.
Hal itu membuat Sinta terkekeh kecil, memperhatikan Sanna yang berjalan tertunduk menuju barisan Rey untuk bertukar posisi.
"Rey... Ambil topimu..." Sanna langsung memakaikan topi yang digenggamnya pada kepala Rey lalu mengganti posisi Rey untuk berbaris.
Rey menatap Sanna bingung dan heran. "Loh, San? Kenapa?"
"Kamu balik aja ke barisan!" Jawab Sanna tanpa menoleh sedikitpun pada Rey dibelakangnya.
Melihat guru-guru memandangi mereka berdua, Rey merasa canggung dan berlalu meninggalkan Sanna dengan siswa-siswa lain yang tak memakai topi.
Sanna tertunduk di barisannya karena merasa malu diperhatikan siswa-siswi yang berbaris disampingnya.
"Hahahh... Rasain lo San!"
Gimana? Lanjut??
Spam komen dong:>Jangan lupa vote biar makin semangat!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAYALAN KITA (Bersama Hingga Akhir)
Teen FictionKu tahu semua akan berakhir.. Bisakah kita mengulang semua kembali? Apakah kita akan berakhir menyedihkan? Aku tidak mau itu terjadi... Aku tidak mau melihat kita berakhir menyedihkan dan saling berpaling wajah satu sama lain Duhai waktu, bisakah ka...