(Penjelasan)
"Ya siapa lagi kalau bukan kamu. Jangan pernah kembali ataupun muncul di hadapan aku." Ujar Sanna sebelum berlalu dan pergi keluar dari ruangan di ekori oleh Fazel.
Rey menatap punggung Sanna yang telah hilang di balik pintu. Kemudian Rey beralih menatap mamih yang ternyata juga sedang menatap dirinya.
Seakan dapat membaca isi kepala Rey, mamih tiba-tiba berkata,
"Masih bukan waktu yang tepat."
Baiklah, Rey masih harus bersabar sampai ada waktu yang tepat bagi mamih menceritakannya. Walau ia sudah sangat penasaran tapi, mau berbuat apa?
Rey membalas perkataan mamih dengan anggukan tak lupa dengan senyum sopannya.
"Rey, kamu pulang aja."
"T-tapi, mamih gk ada yang jaga-"
"Udah, pulang Rey! Nanti kalau ada apa-apa mamih kan bisa panggil suster."
"O-oke mih, jaga diri. Rey duluan, Assalamu'alaikum." Ucap Rey kemudian mencium punggung tangan mamih lalu pergi dari ruangan.
***
Waktu menunjukkan pukul 23.43 yang menandakan sudah larut malam. Namun, Rey masih tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan perkataan mamih dan juga sikap Sanna yang berubah drastis.
"San, San... Entah kebohongan apa yang Fazel ceritain ke kamu, sampai-sampai kamu jadi marah banget bahkan gamau ketemu sama aku lagi," Gumam Rey.
Rey tertawa kecil. Menertawakan dirinya karena tidak bisa menjaga Sanna dengan baik, dan tentu saja ada rasa kesal karena dirinya masih belum bisa menemukan jalan keluar.
Rey tertawa meratapi nasibnya sendiri.
"Baru beberapa hari San kita kayak gini, tapi aku disini kangen sama kamu... Kamu kangen juga gak ya?"
"Hh, enggak lah. Gak mungkin juga kita udah kayak gini bahkan kamu udah benci aku masa kangen sih?"
"Andai kamu tau, kata-kata kamu tadi bikin aku sakit hati, San. Tapi aku gak bisa marah, gak bisa nolak. Karena aku belum punya bukti supaya masalah selesai."
"Sakitnya masih ke rasa, San. Aku gak bisa bayangin gimana kita kalau ketemu terus kamu cuekin. Terus kamu nanti jalan sama Fazel... Dan... Apa... kamu juga masih mikirin aku ya?"
"Hh, tapi aku harap mamih bisa jelasin apa yang terjadi." Sepatah kata terakhir yang Rey ucapkan sebelum ia masuk ke dalam mimpinya.
***
Hari ini, mamih sudah diperbolehkan pulang. Sanna sedang mengemaskan baju-baju miliknya dan mamih untuk dibawa pulang kembali. Sedangkan mamih, sudah tidak mengenakan peralatan perawatan apapun.
Ketika sedang sibuk mengemas, Sanna teringat sesuatu.
"Mih, Fazel gabisa datang buat bantuin angkat barang." Ucap Sanna tanpa berhenti menyelesaikan aktivitasnya.
"Hm. Mamih udah bilang ke Rey buat datang."
Sanna terdiam, tak melanjutkan mengemas. Ia bangkit dari duduknya,
"Mih, mamih kenapa si? Mamih tega sama anak mamih sendiri? Udah disakitin kayak gini tapi mamih masih sayang juga sama dia?"
"Belum saatnya kamu tau."
"Terserah mamih, intinya sekarang Sanna udah benci. Sebenci-bencinya Sanna sama seseorang, tapi Sanna lebih benci sama orang yang Sanna cintai tapi malah jadi pengkhianat!"
Sanna berlalu dari hadapan mamih, dan bergegas menuju toilet yang ada di dalam ruangan.
BRAK!
Sanna membanting keras pintu toilet seakan ia ingin mamih tau jika ia sangat tidak suka dengan tanggapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAYALAN KITA (Bersama Hingga Akhir)
Teen FictionKu tahu semua akan berakhir.. Bisakah kita mengulang semua kembali? Apakah kita akan berakhir menyedihkan? Aku tidak mau itu terjadi... Aku tidak mau melihat kita berakhir menyedihkan dan saling berpaling wajah satu sama lain Duhai waktu, bisakah ka...