23

91 9 5
                                    

(Pasrah)


"Apa barang bukti yang anda temukan?" Tanya polisi.

Tanpa berbasa-basi Rey segera mengeluarkan handphonenya dan memperlihatkan rekaman cctv juga plat mobil yang sudah ia simpan.

"Apakah hanya ini saja?"

"Ya benar pak. Bagian cctv lain sepertinya telah disabotase oleh pelaku." Pikir Rey.

"Baik, silahkan bagi siapa yang menjadi saksi mata dan menjelaskan kronologi nya."

Serentak, Mba Nita dan Mba Tami mengacungkan tangan mereka.

"Baik, bapak-bapak silahkan keluar terlebih dahulu. Karena kami akan memulai menginterogasi mereka."

Rey dan Pak Samsul segera keluar dari ruangan dan menunggu di luar berharap kasus ini cepat ditangani.

"Baik, siapa yang pertama kali melihat korban bersama sang pelaku?" Tanya pak polisi memulai interogasi.

"Kita pak!" Ucap mba Nita dengan bahasa nya.

"Iya mba, yang saya tanyakan siapa yang pertama kali melihat sosok kedua orang, diantara kalian berdua." Sepertinya pak polisi tidak paham dengan maksud Mba Nita.

"Oalah, pak polisi ndak paham ya. Kita itu maksudnya aku lho pak. Aku yang pertama kali dapa lia mereka berdua," ucap Mba Nita.

"Baik, jelaskan!"

Mba Nita pun menjelaskan dari awal kejadian seperti persis apa yang ia lihat dengan matanya sendiri, tanpa dilebih-lebihkan dan tanpa dikurang-kurangi.

"Baik, terimakasih. Silahkan Mba," Setelah Mba Nita, tibalah giliran Mba Tami.

Mba Tami sama halnya dengan Mba Nita, menjelaskan dari awal tanpa dibuat-buat.

"Ya, baik. Terima kasih atas kesediaan dari kedua saudari. Kami akan segera melacak lokasi pelaku kemana membawa korban. Secepatnya kami akan menghubungi pihak keluarga. Terima kasih, kembalilah dengan hati-hati."

"Iya, mari pak." Ucap Mba Nita dan Mba Tami sebelum keluar dari ruangan.

Suara decitan pintu membuat Rey dan Pak Samsul sontak melihat ke suara asal.

"Gimana mbak?" Tanya Rey panik.

"Udah ah yok pulang! Udah diurus itu kasusnye." Kata mba Tami.

"Kalo aku ikut mereka bisa ga ya Mba... Mas..." Lirih Rey.

"GILA KAMU! Yagabole lah dek, jangan ambil resiko! Itu udah tugas polisi dek! Jangan ya... Nanti kalo Mbaknya udah ketemu trus kamu nya gak ada, gimana nanti dia?" Pekik Mba Tami.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Rey setuju untuk kembali ke rumah sakit bersama mereka.

Sepanjang perjalanan, Rey masih dengan suasana hati yang kacau. Ia sibuk memikirkan apa yang akan ia katakan pada mamih tanpa membuatnya khawatir? Dan, lagi lagi Sanna. Bagaimana keadaannya...

***
Adzan Maghrib telah berkumandang. Mamih segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tiga raka'at di musholla Rumah Sakit. Tak lupa dengan Sholat Shunah Ba'diyah Maghrib dua raka'at.

Perasaan mamih saat ini benar-benar campur aduk. Mamih menangis dalam doanya. Mendoakan putrinya serta orang-orang yang berusaha menolongnya agar selalu diberi kemudahan dan diberi keselamatan.

Seusai sholat, mamih pergi ke taman rumah sakit. Tenang saja, taman di rumah sakit ini sangat ramai dengan para pengunjung yang juga sedang bersantai menunggu waktu berkunjung dibuka kembali. Jadi mamih tidak sendiri.

***
"AHAHAHA!"

Suara berisik itu membangunkan Sanna dari obat yang bereaksi padanya. Terlihat tidak jelas dari matanya, namun ia melihat sosok pria yang tak lain lagi adalah Fazel.

Uhuk!

Sontak Fazel dan kedua rekannya melihat ke arah Sanna, yang masih tertidur pulas...

Rupanya Sanna tidak ingin ketahuan jika ia sudah terbangun. Jadi ia berpura-pura masih dalam tidurnya.

"Lil girl, don't act like this."

Suara itu membuat Sanna merinding, dan makin ketakutan. Karena suara itu terdengar mendekat kearahnya.

Rupanya Fazel tahu, jika Sanna hanya berpura-pura.

Sanna hanya bisa beristighfar dalam hati, memohon pertolongan dari yang maha kuasa.

"Sanna..."

Sanna merinding kesekian kalinya.
Dan tiba-tiba...

KHAYALAN KITA (Bersama Hingga Akhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang