24

53 6 3
                                    

Suara itu membuat Sanna merinding, dan makin ketakutan. Karena suara itu terdengar mendekat kearahnya.

Rupanya Fazel tahu, jika Sanna hanya berpura-pura.

Sanna hanya bisa beristighfar dalam hati, memohon pertolongan dari yang maha kuasa.

"Sanna..."

Sanna merinding kesekian kalinya.
Dan tiba-tiba...

"WOY!" Salah seorang rekannya segera menahan Fazel yang ingin mengelus rambut Sanna.

"Apa?"

"Jangan lo berlebihan, dia cewek. Cukup nyulik aja jangan diapa-apain." Ucapnya.

"What's wrong bro? Dia udah diculik, dan sekarang dia bersama kita. Artinya, dia mau gak mau harus ngikutin perintah gw dong!" Bantah Fazel.

"Bro, dia cewek. Dia juga punya masa depan, jangan egois! Kalau dia trauma gimana, hah?"

"Bukan urusan lo Gal! Buat apa Lo peduliin dia? It's up to me!" Tandas Fazel sebelum berlalu dari hadapan Galang dan Firzo dengan emosi.

Galang hanya menatap malang gadis yang ada di depan matanya ini. Sungguh, mengapa ia yang harus bertemu dengan Fazel brandal itu.

Sedangkan Firzo, menatap bingung ke arah Galang yang sedari tadi tak memutuskan pandangannya dari Sanna.

***

"Bagaimana Pak?" Tanya Rey panik.

"Kami sudah berhasil melacak lokasi mobil mereka. Tetapi belum dapat dipastikan jika mereka ada di lokasi yang sama."

"Baik, lalu bagaimana?"

"Oleh karena itu, kami akan mengecek terlebih dahulu lokasi mobilnya, tetapi kami akan mengajak para saksi, serta mas untuk andil dalam pencarian mba Sanna. Apakah bersedia?"

"TENTU! Kami sangat bersedia pak! Mba, Mas, ayo kita ke kantor sekarang."

Dalam perjalanan, Rey tak henti-hentinya berdzikir dan berdoa. Berharap jika Sanna ada disana.

Sesampainya di lokasi bersama polisi, Rey dibuat bingung dan cemas melihat gudang tak terpakai ini.

Pikirannya terus menerus bertanya, apakah Sanna disini?

"Mari," aba-aba dari polisi sebagai tanda mereka akan mengecek lokasi.

Hingga tiba saatnya mereka untuk mendobrak pintu lapuk ini tetapi masih cukup kuat jika ini adalah tempat persembunyian.

BRAK!

Kosong...

Tak ada siapapun...

Rasanya Rey ingin menangis saja, tak melihat tanda adanya Sanna disini.

Cukup lama polisi memeriksa tempat ini, tetapi tak ditemukan hal atau bukti yang menunjukkan ini adalah tempat penyekapan.

"Mas, kita akan mengecek lebih detail lagi, seluruh cctv di kota hingga luar kota akan kami cek. Untuk saat ini, sepertinya mereka kabur tanpa meninggalkan tanda." Jelas pak polisi sebelum mereka keluar dari bangunan.

Tersisa Rey dan mbak Nita, yang terus membujuk Rey agar keluar dan segera berkumpul dengan polisi.

"Yasudah mba, Ayo!" Pasrah Rey sembari berjalan perlahan keluar dari gudang.

"MAS REY! ADA SUARA!" Teriak Mba Nita yang sedang menghentakkan kecil kakinya di lantai yang dilapisi karpet.

Rey segera membalikkan badannya dan melempar karpet ke-asal arah. Terdapat ubin lantai yang berbeda dengan yang lainnya. Aneh.

Rey segera berteriak memanggil polisi untuk mengecek kebawah. Betapa kagetnya ternyata ini adalah pintu menuju bawah tanah. Rey sangat berharap ada Sanna disini.

"Biar kami tangani!" Cegat para polisi.

Mereka perlahan membuka pintu misterius tersebut. Anehnya, tak terlihat apapun, hanya ruangan kosong dengan cat berwarna abu-abu.

Tetapi, tunggu... salah seorang polisi menyadari akan suatu keanehan.
Tanpa aba-aba ia menuruni satu persatu anak tangga tersebut.

Ia seperti sedang mengecek akan sesuatu yang ada di balik dinding itu.

BRUK!

Pak Polisi mencabut papan kayu berwarna dinding tersebut yang ternyata berhubungan dengan jalan masuk ke dalam ruangan lain.

Betapa kagetnya Rey beserta personil personil lainnya, tanpa berlama-lama Rey segera turun menuju ke arah ruangan tersebut.

Dibawah sana, mereka berkelahi
melawan beberapa anak buah sang penjahat yang membekap Sanna.

Terlihat banyak anak buah penjahat yang tumbang hingga...

"STOP! DIAM LO SEMUA ATAU? CEWEK INI.. MATI DI TANGAN GUA!" Ucap Fazel dengan emosi memuncak dan memposisikan pisau tajamnya tepat di leher Sanna.

"gak... stop... lepasin pisau lo." lirih Rey.

Rey perlahan berjalan mendekat ke arah Sanna. Tepat di posisi nya, Fazel mengencangkan cengkeramannya pada Sanna, hingga tiba tiba..

"AAKH KAKI GUWE!"

Sanna menginjak kencang kaki Fazel dan dia berhasil kabur menuju Rey dan polisi. Dia memeluk Rey kencang dan menangis.

"Cewe syalan bukannya kaki lo udah gua ikat hah!" teriak Fazel tak terima hingga akhirnya matanya tertuju pada tali yang berada di tangan kiri Rey.

"Oh jadi, lo!" Fazel ingin memberontak, namun polisi lebih cepat darinya dan memborgol tangan Fazel.

"Hahohao aje lo," ledek Rey.

Fazel, Galang, Firza, dan anak buah lainnya berjalan beriringan dibawa ke mobil polisi. Saat Galang melewati Sanna, dia menatapnya dengan penuh kekhawatiran dan... entahlah, mungkinkah itu perasaan yang dirasakan oleh Rey juga?.. Sanna menatap Galang dengan tersenyum.

Tanpa disadari, Rey menatap lirikan mata mereka... Galang termasuk komplotan penjahat, namun kenapa Sanna memberikan senyuman? Ada sesuatu kah?? Seposesif ini.

***
Ingfo, maap jarang bgt nulis skarang kemungkinan bentar lagi tamat ya, maaf dan makasih sebelumnya semua!

KHAYALAN KITA (Bersama Hingga Akhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang