Matahari telah menyinari kota ini lebih dari setengah hari sungguh panas hari ini. Ditambah dirinya harus duduk pada sebuah kursi dipinggir lapangan basket menyaksikan beberapa orang di depan sana sedang asik bermain basket.
Argio telah memaksa Aneisha untuk menunggunya jika dirinya ingin pulang, namun lagi-lagi Aneisha harus merasakan bosan tatkala ia menunggu Argio yang berada di depan sana sedang bermain basket bersama beberapa temannya.
Aneisha akui teknik Argio untuk bermain basket sangat bagus, walaupun dirinya tak bisa bermain basket namun hanya dengan melihat saja itu sudah cukup keren bagi Aneisha.
Rasa bosan mengelilingi diri Aneisha, sudah satu jam Aneisha menunggu Argio di pinggir lapangan. Tak ada rasa kasihan kah Argio padanya? Yang harus menunggu disini berteman dengan cuaca terik yang menusuk kulitnya. Aneisha beranjak dari tempat duduknya berniat untuk membeli sesuatu di kantin untuk mengisi perutnya. Namun seseorang menghentikan dirinya yang baru saja akan melangkah.
"Duduk" ucap seseorang itu.
Aneisha menoleh ke arah sumber suara tersebut dan ia melihat Galih yang sudah duduk di samping tempat duduknya dengan beberapa makanan dan minuman yang ia bawa. Aneisha segara mendudukkan dirinya kembali dirinya di samping Galih.
"Mau ke kantin kan? Lapar, mau beli camilan. Duduk aja disini udah gue bawain yang lo butuhin" ujar Galih tanpa melihat ke arah Aneisha, netranya fokus melihat Argio yang sedang bermain basket di depan sana.
"Peka banget, makasih ya" Aneisha tertawa kecil sembari mengambil satu roti dan mineral untuk dirinya makan.
Hening. Tak ada obrolan antara Galih dan juga Aneisha. Aneisha tak begitu mengenal dekat seorang Galih, ia hanya tau karena Galih adalah sahabat dari Argio. Dan tak jarang selalu menjadi orang ketiga antara dirinya dan Argio. Menurut Aneisha Galih itu anaknya pendiam ,tapi bukan cuek ataupun tak peduli namun begitulah sikap Galih. Dia diam tapi sangat peduli dengan hal sekitar melalui tindakan bukan ucapan.
"Lo gak usah heran dengan permainan basket yang di mainkan Argio. Asal lo tau, Argio itu kapten basket di SMA dulu" ucap Galih dengan fokusnya masih pada permainan basket di depan sana.
Aneisha tersedak saat mendengar penjelasan dari Galih lalu menatapnya dari sisi samping Galih.
Apa katanya?
Kapten basket?
"Biasa aja, gak usah kaget" ucapnya lagi.
"Argio itu idola semasa SMA. Lo pasti udah kenal sama kembarannya Argio"
"Reyhan?" Jawab Aneisha dan Galih hanya menggangguk.
"Dia juga idola di SMA dulu. Kita punya komplotan-
Aneisha memotong penjelasan dari Galih soal masa sekolahnya.
"Tunggu, kita? Maksudnya, kamu juga?"Galih menoleh melihat kearah Aneisha yang sudah kepalang penasaran dengan ceritanya.
"Ya menurut lo? Gue ganteng gini gak masuk diantara mereka?Aneisha hanya bergidik ngeri dengan jawaban Galih yang menurutnya sangat memuja diri sendiri.
"Sialan" umpat Galih saat melihat respon geli yang ia dapatkan dari Aneisha.
Aneisha tertawa melihat wajah Galih yang seperti menahan amarah tapi sadar lawannya adalah perempuan. Aneisha baru tau jika seorang Galih bisa mempunyai sifat humor yang menurutnya sangat lucu jika terus menggodanya.
"Oke oke lanjut, komplotan apa?" Tanya Aneisha.
Galih menghela napasnya pelan mencoba sabar menghadapi cewek gebetan sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) EMBUN SENJA - (END) ✔
أدب المراهقينJika setitik embun pagi tak bisa bertahan lebih lama, maka biarkan langit senja yang memberikan keindahan untuk mengucapkan selamat tinggal... Hanya langit senja yang tau, bagaimana cara berpamitan dengan cara yang benar... #EmbunSenja- on start : 3...