"Jika menjadi Ayah untuknya gagal aku jalankan, biarkan aku menyimpan sebuah nama yang telah aku berikan untuk putraku. Aulian Gavin Syailendra"
-Tendriano Syailendra-
🍃🍃🍃🍃
Sore menjelang, setelah menyelesaikan obrolannya dengan tiga sosok Ayah yang masing-masing mempunyai permasalahan
tentang anak. Sosok pria ini berdiri tegak dengan kedua tangannya membawa dua buket bunga Lily berwarna putih, netranya menatap ke arah bawah pada sebuah gundukan tanah yang telah tertutup dengan rumput-rumput kecil dengan batu nisan yang bertuliskan sebuah nama, Reni Farida.Pria yang bernama Tendriano Syailendra itu mulai bersimpuh menatap batu nisan tersebut. Menyunggingkan senyum, teringat akan kelakuan seorang wanita yang telah tidur panjang di dalam tanah.
Hatinya masih terasa sakit jika mengingat kejadian belasan tahun lalu, tapi untuk terus menyalahkannya ia sadar semua tak akan berguna. Beliau sudah berhadapan dengan Tuhan, biarkan beliau bertanggung jawab di hadapan Tuhan.
Tendriano meletakan satu buket bunga Lily itu diatas pusaran. Lalu memejamkan mata, memanjat doa-doa untuk seorang wanita yang bernama Reni Farida. Tak lama kemudian ia membuka matanya kembali setelah selesai memanjatkan doa.
Menatap kembali batu nisan itu, lalu mengusapnya pelan.
"Ibu masih ingat dengan saya?" Tendri menyunggingkan senyum."Ibu apa kabar? Saya Tendriano, apa masih ingat?"
Sakit hatinya menjalar begitu cepat saat ia memanggil dengan sebutan Ibu. Sejak dulu Tendriano menganggap Reni sebagai ibunya sendiri dan selalu menghormatinya, sekalipun sakit hati yang sering ia dapatkan mengingat rasa cinta dan perjuangan untuk mendapatkan restu atas hubungan dengan Tiarani Agnes tak pernah mendapatkan lampu hijau dari sang Ibu. Perjuangan dan rasa sayangnya selalu di pandang rendah oleh sang Ibu dari Tiarani Agnes.
"Bu.. saya sudah bertemu dengan putra saya, cucu ibu yang ibu buang dulu. Apa Ibu tau? Dia tumbuh dewasa dengan baik, tampan dan dia calon dokter masa depan. Saya harus bersyukur, anak saya ditemukan oleh orang yang tepat, dia tumbuh dalam keluarga yang menyayangi dia layaknya anak kandung. Dia mendapatkan kasih sayang dari orang tua yang lengkap"
"Tapi...." Tendri menjeda kata-kata sejenak. Ia menunduk menahan rasa sesaknya , meremat rumput-rumput kecil yang tumbuh pada gundukan tanah itu.
"Tapi cucu Ibu sudah meninggal" Ten menitikkan air matanya. Rasa sesal itu selalu datang, ia selalu berfikir seandainya dia tak meminta waktu pada saat itu, semua ini tak akan terjadi.
"Dia mengalami kecelakaan, bu.. dan banyak cerita yang datang setelah cucu ibu pergi"
"Nama cucu Ibu Aulian Gavin Syailendra, itu nama yang saya berikan untuk dia. Tapi, orang tua angkatnya memberikan nama yang sangat indah. Ibu mau tau siapa namanya?"
"Reyhan Embun Arundaya" Tendri tersenyum.
"Apa Ibu sudah bertemu dengannya disana?"
"Semoga Ibu tak membencinya lagi jika bertemu dengan dia. Reyhan anak baik, Bu... Reyhan sosok laki-laki yang lembut, penyayang dan sopan. Jangan sakiti dia, jika Ibu bertemu dengan Reyhan"
"Cukup Reyhan merasakan sakit karena ulah kedua orang tua kandungnya, dan... ulah neneknya. Ibu tau? Kisah percintaan Reyhan membuat banyak orang terluka, itu karena kesalahan ibu"
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) EMBUN SENJA - (END) ✔
Genç KurguJika setitik embun pagi tak bisa bertahan lebih lama, maka biarkan langit senja yang memberikan keindahan untuk mengucapkan selamat tinggal... Hanya langit senja yang tau, bagaimana cara berpamitan dengan cara yang benar... #EmbunSenja- on start : 3...