"Aku bertanya, jika kamu mendapatkan kenyataan pahit, padahal rasa manis telah kamu genggam lama... Jika marah pun tak bisa kamu lakukan, lalu apa yang akan kamu lakukan?"
-Argio Langit Senja-
*
*
*
🌿🌿🌿🌿
Bagi Tuhan, meminta umat-Nya untuk pulang ke tempat yang abadi adalah cara terbaik untuk menjauhkan umat-Nya dari rasa sakit yang ia rasa dan menjauhkan dari segala dosa yang selalu hidup berdampingan dengan manusia.
Tuhan tau, kehilangan dan kematian adalah hal terburuk untuk manusia. Tak semua manusia bisa berkata ikhlas secara lahir batin dalam kurun waktu yang singkat. Perihal merelakan, sudah pasti semua akan rela karena semua sudah rencana Tuhan, tapi untuk mengikhlaskan memang sangat membutuhkan waktu untuk meyakinkan diri bahwa dia benar-benar ikhlas secara lahir dan batin.
Dua orang pemuda dengan usia yang terbilang masih muda harus merasakan sakitnya kehilangan dan kematian. Kehilangan orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya, tak mudah untuk menyembuhkan luka itu. Sepahit apapun obat dari dokter terbaik di negeri ini tak akan bisa menyembuhkan luka menganga di hati mereka berdua.
Argio menatap keluar melalui jendela mobil milik Sandi yang di kemudikan oleh sang pemilik. Menatap nanar jalanan yang terbilang tak terlalu ramai, hatinya sepenuhnya belum sembuh dari luka itu sekalipun berkali-kali dirinya berucap "Aku baik-baik saja" tapi nyatanya senyum palsu itu selalu tercipta di bibirnya. Lubang dalam hatinya masih menganga lebar dan dalam, entah bagaimana cara untuk menutup lubang luka itu hanya Argio sendiri yang tau caranya.
Sandika sangat paham, sebab dirinya pernah berada di posisi Argio. Belum sepenuhnya sembuh dari luka itu, namun Tuhan kembali memberikan luka untuk hidupnya. Berpura-pura untuk baik-baik saja, nyatanya tak sebaik itu untuk kewarasan Sandi. Sandi sadar, Argio sedang berada di titik rendahnya, sekalipun keadaan sama tak baiknya, Sandi selalu berusaha untuk tetap ada saat Argio membutuhkan dirinya.
"Argio" panggil pelan Sandi. Argio masih saja terdiam menatap kosong keluar, padahal mobil milik Sandi sudah berhenti di depan garasi besar yang berada dirumah Argio.
Tak ada jawaban dari Argio, lalu Sandi mengeluarkan ponselnya dan menelpon nomor Argio.
Bunyi dering telfon mengagetkan Argio yang tengah melamun. Lalu terdengar suara gelak tawa dari Sandi yang merasa Argio bereaksi lucu saat terkejut.
"SANDI" sentak Argio.
"Hahaha maaf.. maaf. Lagian lo, udah gue panggil dari tadi gak nyaut-nyaut. Ini udah sampai rumah juragan"
Argio menghela napasnya saat Sandi masih saja menertawakan reaksi terkejutnya. Tiba-tiba netra Argio terfokus pada sebuah mobil berwarna merah yang terparkir di sebelah mobil Jean ,berada tepat di depan mobil milik Sandi.
"Sudah pulang ya" gumam Argio tapi masih bisa di dengar oleh Sandi.
Sandi menepuk dahinya sendiri karena kepalang gemas dengan Argio.
"Iya atuh akang.. kan dari tadi saya juga sudah bilang, ini sudah sampai rumah""Bukan, bukan itu" respon Argio. Sandi mengenyritkan dahinya tak paham dengan ucapan Argio.
"Lo gak hafal sama mobil merah itu, San?" Tunjuk Argio pada mobil merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) EMBUN SENJA - (END) ✔
Fiksi RemajaJika setitik embun pagi tak bisa bertahan lebih lama, maka biarkan langit senja yang memberikan keindahan untuk mengucapkan selamat tinggal... Hanya langit senja yang tau, bagaimana cara berpamitan dengan cara yang benar... #EmbunSenja- on start : 3...