Bagaimana rasanya berpura-pura?
Bagaimana caranya bersikap baik-baik saja seakan kamu siap dengan segala pilihan kamu? Yang nyatanya itu hanya pelampiasan.
Argio berpikir akan kah ia bisa melewati masa kuliahnya dengan baik, dengan sikap berpura-pura nya?
Apakah nilainya tidak akan bermasalah, karena ini hanya pelarian rasa kecewanya?
"Gio, gue ikut kerumah Galih ya" pinta Reyhan yang berdiri diambang pintu kamar Argio, melihat Argio yang membelakanginy sedang membereskan buku-buku yang akan ia bawa kerumah Galih.
"Tapi jangan ganggu gue, gue mau fokus. Masih banyak yang belum gue pahami" jawab Gio tanpa menoleh.
"Iya lah, beres"
Sudah dua minggu ini Argio rajin bertamu ke rumah sahabatnya, Galih. Untuk apa? Untuk bertemu dengan Arjuna, memintanya untuk menjadi mentor dunia hukum.
Reyhan selalu melihat Gio fokus dalam belajarnya, kadang Reyhan merasa kasihan pada Argio, dia benar-benar berjuang sendiri diwaktu yang sangat singkat. Reyhan takut jika pilihan Gio ini membuatnya kecewa lagi jika tak sesuai dengan harapannya. Dengan kata lain, Argio tidak diterima masuk Hukum.
Mobil berwarna putih membawa Reyhan dan Argio keluar dari cluster tempat tinggal mereka. Membelah jalanan yang tak begitu ramai.
Waktu masih menunjukan pukul sepuluh pagi, Argio punya waktu dua jam untuk melakukan pembelajaran perihal dunia hukum.
"Gio" panggil Reyhan pada Gio yang netranya fokus pada jalanan.
"Kalo lo mau bahas soal pilihan gue, gue males buat jawab" tebak Gio cepat, membuat Reyhan membulat kan matanya tak percaya dengan sikap Gio yang tiba-tiba dingin kepadanya.
"Lo masih marah sama gue?"
"Reyhan, please jangan pancing emosi gue. Gue udah bilang kan beri gue semangat, itu udah cukup buat gue. Lo harus percaya sama gue, gue serius dengan pilihan gue." Bohong Gio. Gio tak ingin Reyhan mengetahui bawah ia masih kecewa dan memilih hukum sebagai pelariannya.
Reyhan menghela napasnya pelan.
Oke, kali ini Reyhan harus percaya dengan Argio, tapi tak bisa dipungkiri hati Reyhan masih diselimuti rasa aneh jika membahas soal Gio dan pilihannya. Reyhan merasa Gio tak mungkin secepat itu memilih sesuatu di waktu yang singkat, apalagi ini menyangkut masa depannya. Tapi melihat keseriusan Gio, Reyhan harus menepis semua keraguannya.
Mobil berwarna putih itu tiba di kediaman Galih, setelah Reyhan membuka pintu pagar yang tak terkunci itu Gio segera memarkirkan mobilnya di halaman rumah Galih.
"Sepi banget" ucap Reyhan saat melihat sekeliling rumah Galih yang tampak sunyi.
Gio mengetok pintu dan tak lama seorang laki-laki membuka pintu untuk mereka.
"Waahh Upin Ipin nih" Sapa Arjuna dan Reyhan hanya tersenyum
"Galih pergi ya kak? Motornya gak ada"
"Lo kesini mau ketemu gue ,atau mau ketemu Galih?" Tanya Arjuna tanpa menyuruh mereka masuk.
Gio hanya menampilkan tawa salah tingkahnya.
"Ayo masuk"
"Langsung aja ,Gi. Waktu lo gak banyak, gue jam satu siang ada kelas"
"Tugas yang kemarin kakak kasih udah selesai?"
Gio berkutat dengan segala materi Hukumnya dengan Arjuna, Reyhan hanya menyaksikan itu tanpa menggangu ataupun sekedar bertanya. Reyhan benar-benar hanya diam memperhatikan keseriusan Argio belajar perihal dunia hukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) EMBUN SENJA - (END) ✔
Teen FictionJika setitik embun pagi tak bisa bertahan lebih lama, maka biarkan langit senja yang memberikan keindahan untuk mengucapkan selamat tinggal... Hanya langit senja yang tau, bagaimana cara berpamitan dengan cara yang benar... #EmbunSenja- on start : 3...