Tiga bulan sudah Reyhan merasakan beratnya menjalani hubungan jarak jauh, namun Reyhan telah mengerti makna berjuang untuk sebuah rasa sayang. Ia harus tetap terlihat baik-baik saja walaupun rasa rindu selalu menggodanya untuk bertemu sekuat tenaga Reyhan akan tetap menunggu hingga Nanda kembali dan berdiri di depannya.
Sore ini Reyhan sedang membantu Mamanya mengurus harta kesayangan sang Mama yaitu Tanaman. Tanaman hias ataupun tanaman biasa seperti pohon-pohon kecil hingga yang sudah tinggi yang ditanam di depan rumah. Fani memang sangat suka dengan tanaman, semua tanaman yang berada di rumah ini sangat terawat dan Fani sendiri yang turun tangan untuk merawatnya.
"Rey. Tolong siram pohon-pohon yang deket tembok itu yaa"
"Siap Mama" Reyhan segera mengambil selang air dan memasangkan pada kran lalu menghidupkan kran itu dan segera menyiram pohon-pohon itu. Pohon cemara yang sudah tumbuh belum terlalu tinggi.
Saat Reyhan sedang sibuk menyiram tanaman tiba-tiba saja terlintas sebuah memori tentang dirinya dengan Nanda yang pernah juga membantu Fani untuk merawat tanaman yang ada di halaman bagian belakang rumah.
Reyhan ingat saat itu Nanda sedang berkunjung kerumah ini lalu tiba-tiba Fani datang mengajak Reyhan serta Nanda untuk membantunya merawat tanaman di halaman belakang. Begitu dekatnya Nanda dengan Mamanya sama dekatnya Reyhan dengan Tia, Bunda dari Nanda. Jika Reyhan berada di rumah Nanda, Reyhan merasakan nyaman seperti berada di rumah sendiri. Apalagi jika sudah bersama Tia, rasa nyaman akan selalu muncul.
Berkali-kali Fani memanggil Reyhan namun tak ada respon dari Reyhan. Fani melihat Reyhan menyiram tanaman itu hingga banjir, airnya meluap kesegala arah membuat tanah menjadi lumpur namun Reyhan tetap saja tak menghentikannya. Fani tau Reyhan pasti sedang melamun hingga ia tak sadar kakinya sudah basah dan kotor terkena air berlumpur akibat cara menyiraminya yang berlebihan.
Fani mematikan laju air pada kran membuat Reyhan tersentak karena merasakan selang air yang lebih ringan tak menyemburkan air.
"Lhoo kok mati?"
"Ma, airnya habis nih" ujar Reyhan kemudian membalikkan badannya dan melihat Mamanya sudah berada di dekat kran tersebut sambil melipat tangan di dadanya.
"Maa... Airnya-
Belum selesai Reyhan bicara ,Fani sudah memberi kode lewat jari telunjuknya yang dihadapkan kebawah. Segera Reyhan melihat ke arah bawah dan betapa terkejutnya dia bahwa dibawah sana sudah penuh air berlumpur hasil kelakuannya yang menyiram sambil melamun.
"Waduh" Reyhan hanya menyengir kudu melihat ke arah Fani yang sedang menghela napasnya.
"Reyhan melamunin apa?" Tanya Fani, Reyhan hanya menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.
"Nanda?" Tebak Fani. Reyhan hanya tersenyum tipis.
Fani mengusap lengan kanan Reyhan pelan.
"Rey... Sibuk kan dirimu yaa. Jangan terpaku pada satu hal yang nyatanya saat ini sedang tak bisa kamu genggam. Berapa tahun pun itu kalo memang takdir Nanda adalah kamu, dia pasti kembali dengan hati yang sama seperti saat dia pergi"
Reyhan mengangguk dan tersenyum.
TTTIIIIIIINNNNN~
"heh curut lo gak bisa diem ya" omel Argio pada Sandi saat Sandi memencet klakson mobil padahal Sandi berada di kursi penumpang karena di kursi depan sudah ada Aneisha di samping Argio. Sandi hanya tertawa karena terus menggoda Argio sejak tadi.
"Keluar lo" pinta Argio pada Sandi, lalu Sandi juga Aneisha keluar dari mobil setelah itu Argio pun keluar juga.
"EH CURUT LO NGAPAIN JADI OBAT NYAMUK?" Teriak Reyhan saat melihat Sandi keluar dari mobil Argio.
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) EMBUN SENJA - (END) ✔
Novela JuvenilJika setitik embun pagi tak bisa bertahan lebih lama, maka biarkan langit senja yang memberikan keindahan untuk mengucapkan selamat tinggal... Hanya langit senja yang tau, bagaimana cara berpamitan dengan cara yang benar... #EmbunSenja- on start : 3...