20. Midnight 01.00 am

537 53 0
                                    

"Jika menunggu adalah sebuah perjuangan, maka aku akan melakukannya hingga Tuhan menyuruhku untuk berhenti"

-Reyhan Embun Arundaya-

🌠🌠🌠🌠

Berjam-jam lamanya Reyhan berada di kamar milik Nanda sedari sore hingga malam ia tak sadar sudah terlelap di kamar ini. Terlalu nyaman untuk Reyhan hingga ia memejamkan mata.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan Reyhan baru saja tersadar dari tidurnya. Pelan-pelan ia menggeliat melenturkan otot-otot nya yang terasa kaku. Reyhan membuka matanya mencoba berteman dengan cahaya lampu dikamar ini yang menyilaukan mata.

Reyhan tersentak lalu bangun dan terduduk diatas ranjang.

"Astaga, gue ketiduran kah" Reyhan melihat sekelilingnya dan ia tersadar, benar dirinya terlelap di kamar ini kamar milik Nanda.

Reyhan melirik jam dinding yang berada diatas pintu kamar dan waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Reyhan bergegas untuk keluar dari kamar ini namun sebelumnya ia masuk ke kamar mandi lebih dulu guna mencuci wajahnya. Setelahnya Reyhan keluar dari kamar Nanda lalu berjalan menuruni tangga, sesampainya di lantai bawah Reyhan melihat Mang Aris yg tertidur di ruang tengah dengan televisi yang masih menyala. Pelan-pelan Reyhan mengambil remote televisi yabg berada di genggaman tangan Mang Aris lalu mematikan televisi.

"Mang, maaf ya. Reyhan malah ketiduran, Reyhan pamit dulu Mang" ucap Reyhan pelan-pelan agar tidak menggangu Mang Aris yang masih terlelap.

Pelan-pelan Reyhan keluar dari rumah itu, mendorong motornya hingga keluar dari halaman rumah dan menutup pagar hitam itu. Menghidupkan motornya lalu meninggalkan rumah itu.

Jalanan malam begitu sepi, seperti hati Reyhan yang begitu sepi tanpa hadirnya seorang kekasih. Entah harus berapa lama lagi Reyhan menunggu Nanda, yang jelas Reyhan harus tetap terlihat baik-baik saja walaupun jujur dalam hati Reyhan ia sungguh tak mampu. Setiap kali Reyhan menghubungi Nanda selalu yang ia dapatkan adalah senyum Nanda yang begitu cantik, senyum yang selalu Reyhan rindukan. Masihkah senyum itu milik Reyhan seorang? Itu yang selalu Reyhan tanyakan pada diri sendiri. Reyhan tak ingin memulai permasalahan dengan bertanya akan hal itu kepada Nanda.

Reyhan tak ada niat untuk membawa motornya menuju rumah. Reyhan membawa motornya lagi berputar-putar tak bertujuan. Tujuan Reyhan hanya ingin sedikit melupakan sesak dalam dadanya, sesak selama tahun ini ia tahan. Sungguh Reyhan bertahan demi hubungan ini, Reyhan sangat menyayangi Nanda.

Motor Reyhan kini berhenti di depan sebuah Cafe dengan keadaan masih ramai pengunjung. Cafe milik keluarga sahabatnya, Shaka Putra Dewangga. Setelah Reyhan memarkirkan motornya ia berjalan menuju pintu kaca Cafe itu, dari luar pun Reyhan bisa melihat Shaka yang sedang membantu melayani beberapa pengunjung disini. Reyhan membuka pintu kaca itu lalu berjalan menuju ke arah Shaka berdiri.

"Shaka" panggil Reyhan pelan. Shaka yang merasa mendengar namanya di panggil segera menoleh ke arah suara tersebut.

"Hey... Tumben lo jam segini kesini"

Reyhan tersenyum.
"Udah mau tutup ya?" Tanya Reyhan.

Shaka mengangkat tangan kirinya melihat jam pada arloji di pergelangan tangannya.

"Santai aja masih empat puluh lima menit lagi" Shaka menepuk pundak kanan Reyhan.

Lalu Shaka melirik ke arah belakang Reyhan, dan Reyhan mengikuti arah pandang Shaka, ia ikut menoleh ke belakang mencari tahu siapa yang Shaka lihat.

"Cari siapa lo?" Tanya Reyhan.

"Ngomong-ngomong lo sendirian?" Reyhan mengangguk.

"Oke" jawab Shaka singkat. Shaka pikir Reyhan dan Argio sedang terlibat permasalahan lalu Reyhan pergi sendiri.

(1) EMBUN SENJA - (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang