[04] Salah paham

136 44 0
                                    

“Gimana kalo pulang sekolah kita makan bareng, Gris?” Gadis yang ditawari itu hanya mampu diam dengan napas yang ia tahan.

Berdeham untuk menetralkan emosinya, Griselle beranikan bicara, “gak deh, lain kali—ah, kayaknya lain kali juga gak usah deh.” Dia menolaknya, membuat Alterio yang ada di sebelah gadis itu mengernyit bingung.

“Kenapa?” tanya si lelaki, heran. Selama ini Griselle tidak pernah menolak ajakannya. Entah untuk sekadar menemaninya membeli kertas folio.

“Gue sibuk ngurusin seleksi,” jawabnya tanpa menatap sang lawan bicara.

“Seleksi bukannya udah rampung?” heran Jenandra.

“Seleksi kandidat ketos.” Ketus sekali, Alterio bahkan menganga lebar saat mendengar jawaban dan nada bicara yang dimuntahkan oleh Griselle. Gadis itu kenapa?

Jenandra mengangguk saja, lalu kembali ke bangkunya. Alterio menatap keduanya bergantian, merasa ada yang aneh tapi malas untuk sekadar bertanya. Dia putuskan untuk main game saja, tapi nahas karena bel masuk berbunyi tak lama setelahnya meraih ponsel di meja. Ia menghela napas pasrah, lalu pamit pada Griselle untuk kembali ke bangkunya.

Jam pertama adalah fisika, mata pelajaran yang Griselle sukai tapi ia malas mengakuinya. Gadis itu biasanya antusias, tapi kali ini hanya diam dan menyimak—sesekali mencatat. Dari bangkunya, Alterio mengamati. Memang ada yang aneh dengan gadis itu. Beberapa hari yang lalu juga seperti itu, banyak diam dan lebih sering berkencan dengan laptopnya—menulis cerita.

Ting!

Ponsel Griselle berbunyi, ia lirik sebentar lalu beralih melirik Alterio yang sedang menatapnya sambil mengisyaratkan untuk membuka pesan. Gadis itu menghembuskan napas pasrah lalu membuka apa pesan yang dikirim temannya itu.

________________________________


Angin
Napa lo?


Sel
Ya emng kenapa?


Angin
Diem saja, diajak makan mas crush masa gak mau? Napa lo? Tipes?


Sel
Sibuk


Angin
Bohong


Sel
Gak.


Angin
Bohong, bilang lo kenapa?


Sel
Gue bilang, sibuk.


Angin
Gue bilang, bohong!

________________________________


Belum sempat Griselle membalas, ponselnya dirampas oleh Pak Richard—selaku guru fisika di kelasnya. Beliau menatapnya sengit dari balik kacamata. Sial, ia akan kena masalah setelah ini. Sial, sial sekali.

“Kenapa main ponsel?” tanya beliau, kelas yang sudah sepi kini terasa lebih menegangkan lagi.

“Sa–saya–“

“Apa ini lebih menarik daripada pelajaran saya?” tanya Pak Richard lagi.

“Enggak, Pak.” Griselle menjawab sambil menunduk dalam.

“Lalu kenapa kamu asyik main ponsel saat saya sedang serius menerangkan materi? Menyepelekan sekali kamu! Inget, kamu udah kelas XII! Jangan main-main terus! Keluar kelas saya sekarang dan kerjakan tugas halaman 127 sampai 130!” Griselle mengangguk saja, lalu pergi dari sana dengan buku tulis dan buku paketnya. Ponselnya bahkan belum dikembalikan.

Sorai [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang