[14] Saling bantu basuh pilu

116 33 2
                                    

Hari ini Alterio dan Griselle berangkat bersama. Berboncengan menjamah jalanan kota dan menyapa arunika. Yang memegang kemudi tersenyum di balik kaca helm, sedangkan yang dibonceng menyandar ke punggung di depannya karena kantuk yang masih terbawa.

Alterio hobi berangkat mepet bel masuk, tapi kali ini malah pagi-pagi sekali sudah menghampiri Griselle yang bahkan baru bangun tidur. Terpaksa gadis itu mandi dan siap-siap secepat kilat, ia bahkan belum sarapan. Beberapa menit kemudian, keduanya sampai. Masih sepi, hanya ada pengurus OSIS yang sedang menata papan kelas untuk upacara bendera hari ini. Melihat Alterio bersama Griselle, adik kelas gadis tersebut banyak bersorak.

Beberapa dari mereka memang akrab dengannya dan suka menjodohkannya dengan Alterio. Lelaki itu tidak terganggu, malah meraih pundak Griselle dan menyandarkan kepala gadis itu ke bahunya. Maka hebohlah mereka.

“Al, ngapain?!” tanyanya lirih tapi penuh penekanan.

“Adek kelas lo suka tuh,” ucap Alterio beda konteks.

“Ya lo pikir gue suka gitu?” tanya Griselle sengit.

“Jadi lo gak suka?” Alterio balik bertanya tanpa mengubah posisi, tapi berhenti melangkah. Kini keduanya tepat berada di pinggiran lapangan, mempermudah adik kelasnya untuk mengambil foto yang nanti akan di bagikan ke grup chat gibah mereka.

“Lo diem, berarti lo suka. Ayo cepet, lo belum sarapan.” Dan lelaki itu kembali melangkah, sambil menyempatkan diri untuk tersenyum pada pengurus OSIS yang ada di sana.

Kelas masih sepi saat keduanya sampai. Hanya ada Tiara yang sedang bermain ponsel, Hani yang tidur di pojok kanan, dan Reno yang tidur di pojok kiri. Wah, tumben sekali Hani dan Reno berangkat pagi, biasanya mereka hampir terlambat setiap hari. Memilih acuh, Alterio dan Griselle duduk saja. Gadis itu membuka kotak bekalnya dan lekas makan. Dalam tiap suapan dan kunyahan, tak luput dari pandangan Alterio. Sebagian orang akan menganggapnya ingin makan juga, lalu sebagian lagi akan menganggap Alterio sedang jatuh cinta karena tatapannya dalam sekali.

Pun, dengan senyum itu.

Griselle berhenti di tengah makannya, hampir menyuapkan sarapannya lagi tapi merasa aneh saat Alterio menatapnya sambil tersenyum. Ia menghadapkan sendoknya pada lelaki itu dan bertanya, “mau?” Alterio tersenyum makin lebar, lalu memakannya—sukses membuat Griselle menatapnya kaget.

“Itu—bekas gue!” pekiknya.

“Kenapa?” Lelaki itu bertanya santai.

“Lo gak jijik?” heran si gadis.

“Buat apa?” Dan lagi-lagi lelaki itu bertanya santai, enteng seperti kapas.

“Lo kena virus? Gak kan?” Alterio tersenyum, berbalik dan mengambil bukunya. Sedangkan Griselle masih di posisinya, sampai tak sadar kalau yang barusan dimakan Alterio adalah suapan terakhir. Maksudnya, orang bucin pun tidak mau makan memakai sendok yang sama dengan pacarnya tanpa membasuhnya dulu.

Alterio ini, kenapa?

Memilih acuh, Griselle beralih menutup kembali kotak makannya lalu meletakannya di loker dan mengambil topi untuk upacara. Kelas kian ramai, pun dengan seluruh penjuru sekolah. Jenandra datang, dengan lebam yang masih kentara. Punya Alterio sudah hilang karena hanya pukulan kecil sebagai bentuk pembelaan diri dari Jenandra waktu itu. Griselle sebenarnya agak miris, mau menanyakan keadaan tapi malas.

Jenandra ini sulit ditebak dan tidak jelas hatinya akan dibawa ke mana. Dia mungkin tidak sadar kalau sudah menyakiti beberapa hati. Untuk kali ini dan seterusnya, mungkin Griselle akan menghindar saja. Alterio mempunyai rasa padanya, setidaknya ia harus mencoba menyukai balik lelaki tersebut.

“Ayo ke pinggiran lapangan, 10 menit lagi upacaranya mulai.” Griselle mengangguk dan membiarkan Alterio menggandeng tangannya ke luar kelas. Tidak peduli tatapan orang lain, Alterio dan Griselle sedang mencoba saling menyembuhkan luka. Keduanya bagai bulan dan bintang yang bekerja sama mencipta malam yang terang—membuat senyum banyak orang merekah-ruah.

“Griselle, nanti mau ke kantin bareng gak?” Jenandra datang, duduk di sebelah Griselle yang memang kosong. Alterio menatapnya sengit, sedangkan Griselle biasa saja.

“Hari ini gue mau ke perpustakaan sama Alterio,” jawab Griselle santai—padahal mereka tidak ada niat untuk ke ruangan itu.

“Yaudah gue ikut!” Jenandra antusias, lalu beranjak ke tengah lapangan karena upacara akan dimulai.

Alterio dan Griselle menghela napas berat bersamaan. Mereka memang bekerja sama mencipta malam yang indah, tapi lupa kalau bulan tak bisa bersinar tanpa bantuan matahari. Secara harafiah, selamanya akan begitu—tapi Alterio akan mencari penalaran lain, di mana Jenandra bukan seseorang yang pantas untuk Griselle andalkan pada hatinya.

Lelaki itu menggandeng tangan si gadis ke tengah lapangan, berbaris rapi dan khidmat melaksanakan upacara bendera hari ini. Setelah 45 menit, upacara selesai dan seluruh penghuni sekolah kembali ke tempat masing-masing. Biasanya Griselle akan mengambil papan kelas bersama dengan pengurus OSIS yang lain lalu tiduran dulu di ruang OSIS. Tapi, selain sudah lengser, dia juga sudah kelas XII. Masa iya hendak bolos terus.

Ya, walau pada jam pertama—gadis itu memilih tidur di kelas. Sama saja sebenarnya. Tolong, jangan ditiru. Mengantuk seperti apa pun, kau harus tetap memerhatikan yang diterangkan guru. Itu sebenarnya juga salah murid yang tidak tidur tepat waktu dan memilih begadang karena belum diucapkan selamat malam oleh ayang kan?

Kiranya begitu, bahkan sampai bel istirahat berbunyi—Griselle masih tenang dalam susuran mimpinya. Alterio membalikkan kursi, menidurkan kepalanya di meja dengan tangan yang menjadi bantal. Ia pandangi wajah damai di depannya, lalu ikut memejamkan mata bersama. Jenandra yang melihat mereka hanya membuang napas agak kesal, lalu pergi ke kantin bersama dengan Tiara.

Alterio kini tahu kalau bulannya ingin ditemani, bukan untuk dibantu bersinar. Saat malam gelap tanpa eksistensi bulan dan bintang—mungkin keduanya sedang asyik berpacaran. Sayangnya, Alterio dan Griselle tidak. Mungkin nanti.

Sorai.

Sorry for later update. Minggu lalu aku PTS, abis itu Tryout US, gak sempet buka wattpad:( dan ya, aku lupa kalo punya cerita yang belum usai huhu.

Sorai [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang