[15] Lukisan abadi

124 37 0
                                    

“Ngapain lo?” Griselle melayangkan tanya pada Alterio yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Kelas mereka mendapatkan giliran foto album hari ini. Kini semua murid XII MIPA 5 sudah di bis, Alterio berangkat paling akhir padahal dia ketua kelas.

Hari ini, dia tampan sekali. Rambutnya tertata rapi, tubuhnya dibalut kemeja hitam dan memakai celana berwarna ivory. Lelaki itu menjatuhkan kepalanya ke pundak Griselle, membuat si gadis mengernyit. Hampir menyingkirkan kepala sang lelaki, sebelum si empu kepala berucap, “bentar saja, gue ngantuk.”

Bis pun melaju ke studio, di belakang kursi mereka—itu tempat Jenandra dan Tiara. Lelaki itu sulit sekali ditebak. Kemarin mendekatinya, sekarang menempel lagi pada nenek sihir itu. Lelaki seperti Jenandra ini memang pantas untuk dihindari.

“Al, lo tidur ‘ya?” Tidak ada jawaban, padahal Griselle sangat kesepian.

“Yaudah deh gue juga mau tidur bentar,” ucapnya setelah lima menit.

Keduanya tertidur saling sandar, tidak sadar pada kobaran api di belakangnya. Perjalanan sekitar satu jam itu tidak terasa bagi Griselle dan Alterio yang terlelap dalam mimpi. Untung ada Rendi yang membangunkan mereka, kalau tidak—ya mungkin akan seperti itu terus.

“Dandan dulu sana, gue tungguin.” Alterio berucap pada Griselle yang memang tidak memakai apa pun pada wajahnya.

“Ya emang harus ditungguin, lo ‘kan kelompok fotonya sama gue!” timpal si gadis, lalu masuk ke ruang ganti.

Sebenarnya Griselle agak malas untuk foto album per kelompok ini. Soalnya, selain sekelompok dengan Jenandra—ia juga bersama dengan Tiara. Harusnya dengan Alterio dan dua teman akrabnya yang lain saja, tapi Jenandra malah mengisi list sekalian dengan Tiara. Kalau kata Griselle, “bucin tolol.”

Beberapa menit kemudian, Griselle keluar dari ruang ganti. Memakai rok batik, kemeja hitam, dan rambut yang dikepang. Wajahnya terlihat lebih segar dengan sedikit riasan. Gadis itu tidak terlalu menyita atensi karena dewi di kelasnya adalah Tiara. Jadi, ya biasa saja.

“Cakep amat.” Alterio mendorong kepala Griselle dengan jari telunjuknya, pelan tapi membuat Griselle terusik juga.

“Sakit, bodoh!” umpatnya.

“Tapi Sel, kalo lo cakep gini mending gak usah foto!” ucap si lelaki, keduanya sedang duduk di sofa menunggu giliran.

“Emang kenapa? Gue aneh ya?” Griselle mengambil kaca, membenahi apa yang sebenarnya tidak perlu dibenahi.

“Gak, lo cantik, yang paling cantik. Kecantikan lo ‘kan cuman buat gue, masa lo pamerin gini sih!” Alterio melayangkan gombal, membuat Griselle teringat pada pernyataan lelaki itu tempo hari.

“Dasar gak sadar diri. Udah tuh ayok jangan membual doang kerjaan lo!” seru Griselle sambil melangkah masuk ke ruang fotonya.

Saat fotografernya mengatur posisi agar simetris, Griselle malas sekali. Ya, karena harus duduk berdampingan dengan Tiara dan Jenandra yang ada di belakangnya. Album foto angkatannya pasti aneh sekali. Griselle malas, malas sekali. Ia ingin cepat-cepat selesai dan pergi dari sini.

“Mbak yang sebelah kanan, senyum mbak!” Instruksi dari si fotografer membuat Griselle berdeham singkat dan berusaha tersenyum manis walaupun hatinya menggondok.

Setelah kurang lebih 15 menit, sesi foto mereka selesai. Keempatnya keluar studio, Griselle duduk di sofa—tiba-tiba Jenandra datang dan menempatkan diri di sebelahnya. Ah, itu sukses membuat Alterio hampir menendang meja.

“Gris, foto bareng yuk!” ajak Jenandra. Sebelum menjawab, Griselle menoleh pada Alterio dulu. Lelaki itu hanya duduk sambil memainkan ponsel. Griselle pikir, tak ada salahnya mengambil satu atau dua foto dengan mantan gebetan bajingannya.

Sorai [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang