“ASTAGA, NYEBUT LO GRISELLE! DIA PUNYA PACAR!”
“Tapi—AAAAAAAARGGHHH KENAPA HARUS ‘THE MOON LOOK SO CUTE’ SIH?!!”
Para pelayan di rumah Griselle sebenarnya tidak heran kalau nona mudanya itu tiba-tiba histeris. Namun, kali ini tidak biasa. Itu terjadi sejak ia pulang jalan-jalan bersama seorang lelaki malam Kamis kemarin, dan sampai hari ini—Minggu—masih suka teriak-teriak tidak jelas.
“Nona, sarapannya sudah siap,” ucap salah satu pelayannya. Griselle mengangguk singkat, berjalan riang menuruni tangga sambil bersenandung. Itu hal yang aneh di rumah walaupun sudah biasa ia lakukan di sekolah.
Griselle di rumah beda dengan Griselle yang di sekolah. Ia cenderung lebih diam dan tidak suka keluar kamar, gadis itu juga jarang pulang karena sibuk organisasi, ekstrakurikuler, dan bekerja. Jadi tidak ada pelayan yang akrab dengannya, mereka semua segan karena Griselle kelewat dingin. Makanya tingkah gadis itu yang kali ini, cukup membuat mereka saling pandang terheran-heran.
Gadis itu memakan sarapannya dengan mengangguk-anggukan kepala riang. Tak lupa pula mengirim foto sarapannya pada Alterio yang memang sedang bertukar pesan dengannya. Gadis itu terkikik melihat foto selfie yang lelaki itu kirimkan padanya. Kenapa ia baru sadar kalau Alterio itu tampan sekali?
Sarapannya habis, ia lalu kembali ke kamarnya untuk memakai baju—gadis itu hanya terbalut bathrobe tadi. Griselle itu tomboy, tapi ia suka mengoleksi dress-dress lucu. Lemarinya sudah seperti toko pakaian. Gadis itu mengambil satu dress putihnya. Ah iya, rata-rata warnanya putih, karena menurutnya itu bagus, mirip dengan gadis kerajaan.
Setelah selesai dengan pakaian, gadis itu beralih ke meja rias. Memoles sedikit wajahnya dengan perias, lalu menata rambutnya. Griselle tersenyum sejenak, mengambil music box-nya, dan berjalan riang ke halaman belakang yang dipenuhi bunga hydrangea biru—bunga favoritnya.
Ia sambungkan ponselnya dengan music box, lalu memainkan lagu-lagu kasmaran di playlist spotify-nya. Para pelayan mengintip dari pintu dan jendela, melihat bagaimana nona mudanya yang jarang bicara dan bertingkah—lalu sekarang sedang menari riang di tengah hamparan bunga—cukup membuat mereka lagi-lagi terheran-heran.
“Selenia, the moon look so cute.” Gadis itu terkikik setelah mengulang kata-kata Alterio malam itu. Ia menjatuhkan diri di rumput—berguling-guling sambil terus mengulang kata-kata tersebut dan senyum-senyum sendiri.
Persis orang gila.
“Psikiaternya nona Griselle kayaknya harus dateng deh,” bisik salah satu kepada kepala pelayannya.
“Diem. Nona Griselle tuh lagi kasmaran,” timpal kepala pelayan.
“Sama yang ngajak jalan itu? Padahal jemput dan pulangnya cuman sampai depan gang, gak depan pagar.” Yang lain menimpali dan menyetujui.
Ya, bukan salah Alterio sebenarnya—karena Griselle yang meminta hal itu. Dia punya rahasia, yang mana tidak mau kalau Alterio atau siapa pun tahu. Walaupun waktu itu Pak Darwin nekat ke rumahnya.
Griselle masih merebahkan diri di rumput, sambil berfoto-foto ria. Ia sesekali terkikik saat mengingat ucapan Alterio, lagi. Itu hanya kalimat sederhana, tapi kenapa pipinya terus merona dan darahnya terus berdesir, oh jangan lupa pula kupu-kupu dalam perutnya itu. Ah, sangat membuatnya hampir gila.
Dalam kubangan kasmaran, Griselle lupa pada perasaannya terhadap Jenandra.
×××
“Lukanya belum sembuh?” tanya Jenandra saat Griselle menyerahkan jaketnya, lengan gadis utu masih terbalut perban.“Udah mending. Makasih, ‘ya?” jawabnya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai [✔]
Teen Fiction[R 15+] [COMPLETED] [●] Perayaan Patah Hati #2 ; Lee Jeno ft. Park Xiyeon local fanfic. Dalam lingkup kesendirian, Griselle Selenia mengaku jatuh cinta pada sekali pandang. Lelaki pendiam dan apa adanya itu, berhasil memikat hatinya yang bagai batu...