Setelah kejadian yang menimpa Griselle saat melakukan razia, anggota OSIS dan MPK tidak diperbolehkan untuk merazia lagi. Yang diperkenankan hanya seksi bidang budi pekerti luhur, di mana salah satu program kerjanya adalah melakukan razia setiap hari Senin.
Pak Darwin yang sempat dan memang sering berdebat dengan Griselle pun sampai datang ke rumahnya dan mengucapkan permintaan maaf walaupun beliau tidak melakukan kesalahan apa pun. Griselle cukup terharu, karena di saat seperti ini masih banyak orang yang peduli padanya.
Keesokannya, Griselle masih berangkat sekolah seperti biasa. Ia tetap menaiki bus dan kemarin juga masih tetap datang ke penerbitan untuk bekerja. Lukanya ringan walau yah—agak dalam, tapi setidaknya ini bukan tusukan, iya kan? Gadis itu turun di halte depan sekolah. Seperti biasa, Pak Totok selaku satpam—menyapanya. Beliau kenal sekali dengan Griselle karena gadis itu sering lembur bersama anggota inti yang lain.
Dalam susuran koridor, banyak murid yang menatap lengannya. Ia menyesal kenapa tidak memakai jaket atau setidaknya kardigan tadi. Ia bergerak kikuk menutupi perban itu, langkahnya yang ringan tiba-tiba berat dan tidak percaya diri. Griselle jadi merasa seperti korban pelecehan seksual.
Grep!
Gadis itu menoleh, mendapati Jenandra yang tengah tersenyum setelah menyampirkan jaketnya pada gadis itu. Keduanya berhenti di pertigaan koridor samping tangga, Griselle menaikkan alisnya karena bingung. Sebenarnya dia gugup sekali, hampir meleyot.
“Dingin,” ucapnya singkat sambil melepas tas Griselle, lalu memakaikan jaketnya pada gadis itu.
“Makasih,” jawab Griselle sambil tersenyum menunduk. Tasnya bahkan masih dibawakan oleh Jenandra, lelaki itu tidak mengizinkan Griselle untuk membawanya.
Kini bukan tatapan kasihan lagi, para murid sekarang sedang menatap keduanya dengan sorot iri. Lagi-lagi Griselle merasa mereka semua sedang bersorai untuk menangnya hati melawan luka kemarin. Di emperan kelasnya, ada Tiara. Griselle agak terkejut, tapi tetap menyapanya—begitu pula dengan Jenandra. Gadis itu menunduk sambil tersenyum, ia merasa menang melawan cinta pertama gebetannya.
Wah, apakah sorai yang akan ia serukan adalah bahagia?
“Selenia, katanya lo ditusuk?!” seruan dari Alterio, membuat seisi kelas menjadi ramai dan memenuhi bangkunya. Jenandra bahkan sampai tidak kelihatan. Ah iya, kemarin saat di UKS, ia tertidur sampai seluruh murid sudah pulang. Berakhirlah ia diantar pulang oleh Jenandra.
Berboncengan dengan gebetan, disaksikan jalanan kota yang ramai penghuni, juga matahari yang menunduk iri. Bagus sekali, bintang 5.
“Alay lo ah, gue cuman kena sayat.” Griselle menjawab santai, ia bahkan belum melepas jaket milik Jenandra yang manusianya entah di mana.
“Makanya, Sel, gak usah jadi OSIS. Gini ‘kan jadinya!” ungkap Alterio, yang mana disetujui oleh semua yang sedang berkerumun di bangkunya. Anggota OSIS di kelasnya memang hanya dia, miris.
“Jangan salahin OSIS, ini salah gue kok.” Dan begitulah Griselle, yang selalu membela organisasinya. Tapi di sini, memang bukan salahnya yang menjadi anggota OSIS. Murid laki-laki itu saja yang aneh.
Mereka semua lalu berbincang ria, menanyakan keadaannya, perasaannya, dan kronologi kejadiannya. Bagas, yang memang bercita-cita menjadi jaksa itu menyeru bahwa kejadian ini bisa dipidanakan. Griselle tentu tertawa, dia dan si pelaku hanya murid SMA biasa. Griselle tidak suka sesuatu yang rumit, kejadian seperti ini—ia anggap sebagai kelalaian saja.
Bel tanda mulainya pelajaran pun berbunyi, Jenandra tampak masuk kelas bersama Tiara. Oh, jadi lelaki itu keluar menghampiri gadis tersebut. Griselle tidak terlalu memikirkannya, walau hatinya agak terganggu. Jam pertama adalah mata pelajaran kimia, sebenarnya Griselle tidak terlalu suka kimia—tapi karena sang guru baik hati dan menerangkan materi dengan jelas, ia jadi suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai [✔]
Teen Fiction[R 15+] [COMPLETED] [●] Perayaan Patah Hati #2 ; Lee Jeno ft. Park Xiyeon local fanfic. Dalam lingkup kesendirian, Griselle Selenia mengaku jatuh cinta pada sekali pandang. Lelaki pendiam dan apa adanya itu, berhasil memikat hatinya yang bagai batu...