[05] Sebuah tragedi

133 39 0
                                    

Diberitahukan kepada seluruh murid SMA Hello Future, bahwa setelah jam pelajaran kelima akan dilakukan razia. Juga, panggilan kepada pengurus OSIS dan MPK untuk segera ke pendopo. Sekian, terima kasih.” Pak Darwin mengakhiri pengumumannya. Hal itu membuat pelukan Alterio mengendur.

Bugh!

“Anjir, lo kok nonjok gue?!” kaget si lelaki saat Griselle melayangkan tinju mentahnya pada pipi tirus lelaki itu.

“Gue cuman bercanda kalo gue putus, santai saja—“

Bugh!

Argh—Selenia, lo kenapa?!” Lelaki itu makin heran. Benar, perkataannya bahwa ia diputuskan oleh sang pacar hanyalah sebuah kebohongan semata. Dia tidak mengira kalau Griselle akan menonjoknya begini.

“Gue doain lo putus beneran!” serunya, lalu berlari ke pendopo—meninggalkan Alterio yang masih mematung sambil memegangi sudut bibirnya yang sobek. Gadis kecil itu kuat juga. Apakah dia kesurupan Reog?

Mari tinggalkan Alterio, kini Griselle sedang rapat dengan anggota OSIS/MPK dan beberapa pembina. Mereka ditugaskan untuk merazia murid-murid. Griselle agak aneh, kenapa tidak dari hari Senin saja? Dan kenapa harus jam kelima? Dia ingin tidur di kelas.

“Cuman segini saja? Martha di mana?” tanya Pak Darwin setelah mengecek seluruhnya.

“Martha ulangan, Pak.” Sarah, selaku wakil ketua OSIS-nya, menjawab.

“Yaudah gak apa-apa, seadanya saja. Kami tadi dapat laporan dari guru BK, ada yang kedapatan membawa rokok. Jadi, kalian harus merazia sekarang,” ucap beliau lagi.

Tidak masuk akal kalau kata Griselle. Ia pun akhirnya mengangkat tangan, “maaf, pak. Izin bertanya, kenapa gak dari tim BK saja, Pak? Kita ‘kan juga sedang belajar.”

“Ikrar anggota OSIS dan MPK nomor 6, ‘mampu meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk kepentingan OSIS dan MPK SMA Hello Future’, kamu gak lupa ‘kan? Tinggal jalani saja kenapa protes?” Atmosfer di pendopo tiba-tiba mengerikan, semuanya menunduk—kecuali Griselle yang masih tegap dalam beraninya.

“Maaf sebelumnya, Pak. Saya kan gak protes, saya tadi hanya bertanya. Kalau dari Pak Darwin menghendaki seperti itu, kami akan melaksanakannya dengan ringan hati, Pak. Sekian, maaf kalau perkataan saya menyinggung.” Gadis itu menundukkan kepala singkat di akhir kalimatnya.

Mereka lalu dibagi menjadi beberapa kelompok. Karena jumlah kelas di SMA-nya ada 30 sedangkan mereka yang bisa berkumpul hanya berjumlah 15 orang, maka akan dibagi 5 kelompok. Satu kelompok berisi 3 orang dan merazia 6 kelas. Griselle kedapatan kelompok 4, di mana akan merazia kelas X/XI/XII MIPA 4 dan X/XI/XII IPS 3. Rekannya antara lain ; Farhan, sekretaris OSIS 1 dan Dinda, OSIS kelas XI.

Ketiganya berjalan beriringan menuju ke kelas X IPS 3 dulu. Setelah sampai, Farhan meminta izin dulu kepada guru yang sedang mengajar. Setelahnya mereka mulai merazia. Tidak ada yang menarik, semuanya murid baik-baik. Ya, entah ada yang menyembunyikan sesuatu atau tidak, masa iya mereka harus meraba sampai daerah itu.

Berlanjut ke kelas selanjutnya. Kelas X aman semua, keranjang mereka masih kosong. Berlanjut ke kelas XI, di tangga menuju ke kelas XI MIPA 4, mereka berpapasan dengan Jenandra. Aneh, sedang apa lelaki itu duduk di sana?

“Kak, tolong masuk kelas.” Griselle berucap dengan dingin, tidak seperti biasanya yang lemah lunglai di hadapan Jenandra.

“Iya, kak.” Nada itu, nadanya mengejek. Griselle tidak suka, bintang satu.

Memilih acuh, mereka kembali melangkah. Kali ini di kelas XI MIPA 4 sedang jam kosong, ricuh sekali hampir mengalahkan ramainya pasar. Griselle mengetuk daun pintu yang memang sudah terbuka. Beberapa dari mereka menoleh, lalu salah satunya maju dan bertanya, “ada apa nih?”

Sorai [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang