[13] Bahaya

91 29 0
                                    

"Ada temen gue di RO, jangan pada kaget ya? Dia cuman-ya gitu lah," ucap Griselle pada panitia yang lain, setelah tadi laporan dulu kepada Martha.

Acara sudah selesai, mereka sedang berfoto sekarang ini. Setelahnya, membersihkan tempatnya kembali. Griselle dan yang lain masuk ke ruang OSIS, begitu pula dengan para peserta yang akan mengambil tas, ponsel, dan souvenir LDK.

"Kenapa mata lo sembab gitu?" tanya Alterio kala Griselle menghampirinya.

"Nangis lah udah purna cuy!" jawab Griselle sambil membereskan tasnya.

"Kenapa nangis? Dulu 'kan lo bilang kalo pengen cepet purna, males ketemu ketos, males rapat, males koordinasi sama guru, pengen sertifikat doang, gak suka tugas, terus-"

"Alterio Beaufort! Lick your lips!" Griselle membungkam mulut lelaki itu-walaupun sulit karena dia tinggi sekali-lalu menatap para peserta dan panitia yang terdiam sambil memandang keduanya.

"Oh Griselle, jadi lo...?" Martha menyuara dengan tak percaya.

"Gak gitu, beneran deh." Gadis itu putus asa, lalu menangis lagi.

"Oy! Ngapa nangis lo?!" Alterio menyeru, lalu memeluk Griselle di hadapan semuanya. Oke, itu membuat beberapa jantung ketar-ketir. Apalagi Anargya yang tidak sadar sudah meremas papan namanya.

Griselle masih menangis, sedangkan yang lain lebih memilih untuk kembali pada kegiatan masing-masing agar cepat selesai dan pulang. Dan ya begitulah, tepat pukul 08.00 PM., panitia inti baru pulang karena tadi membereskan ruang OSIS dulu. Griselle tentu diantar Alterio. Lelaki itu hebat sekali, dia mengendarai mobil dan memang tidak mabuk tadi.

"Tidur aja kalo capek, nanti gue bangunin pas udah sampe." Ia melirik sebentar gadis di sebelahnya.

"Emang lo tahu rumah gue?" tanya Griselle dengan suara paraunya.

"Gang mawar 1, rumah nomor 23, cat abu-abu, pagar tinggi warna hitam, ada pohon kelengkeng di halaman depan, kamar lo di lantai dua-"

"Lo penguntit ya?!" kaget si gadis, karena demi apa pun-Alterio belum pernah ke rumahnya selama ini.

"Bukan, gue tahu semua tentang lo. Dipikir gue langsung pulang pas lo bilang sampe depan gang saja? Enggak, Griselle. Gue khawatir lo gak sampe rumah, jadi gue ikutin sampe lo masuk rumah. Dan tentang orang tua lo, gue juga tahu. Ibu gue pramugari-pernah gak sengaja liat poto lo di tas pilotnya yang jatuh." Alterio bercerita sambil terus fokus pada jalanan kota yang lumayan ramai.

"Lo juga tahu mama gue?" tanya gadis itu.

"Awalnya gak, gue baru tahu baru-baru ini pas per kelas diminta ngumpulin KK. Lo yang terakhir, jadi gue gak sengaja lihat. Maaf kalo itu ganggu privasi lo, gue beneran gak maksud." Alterio menatap Griselle sebentar, lalu kembali pada fokus awalnya.

Griselle hanya mengangguk, lagi pula-tidak terlalu penting juga. Ia lalu memejamkan matanya, lelah sekali hari ini-wajahnya pasti berantakan. Alterio melihatnya, tersenyum tipis-lalu memelankan laju mobilnya. Hebat sekali lelaki ini, habis mematahkan satu hati-lalu mengantar pulang gadis lain.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai. Pagar dibuka setelah Alterio bilang kalau ia membawa nona muda mereka. Lelaki itu menggendong Griselle pelan-pelan, walau ia yakin kalau gadis itu tak akan bangun-kelelahan soalnya. Memasuki kamar si gadis, lelaki tersebut merebahkan Griselle di ranjang. Melepas sepatu, kaus kaki, ID card, tali rambut, dan jas OSIS-nya.

"Gantiin seragamnya dong, pelan-pelan jangan sampe bangun." Alterio bicara pada beberapa pelayan, yang mana langsung diangguki. Lelaki itu beranjak ke balkon, ketika tirai di sekitar ranjang Griselle tertutup.

Selang beberapa menit, mereka selesai. Griselle masih terlelap dengan balutan baju tidur dan selimut tebal bergambar kartun Mickey Mouse. Alterio mendekatinya, duduk di tepian ranjang sambil membelai surai gadis itu. Sudah lama, sekarang ia baru sadar kalau yang ia cintai adalah Griselle Selenia-bukan pacarnya. Tapi Griselle cinta Jenandra, lelaki brengsek yang ia pukuli tempo lalu.

Sekarang, Alterio hanya perlu menyadarkan Griselle dari kebodohannya yang mencintai Jenandra, lalu membuat gadis itu balik mencintainya. Mungkin memang tidak mudah, tapi Alterio mengaku menyanggupinya.

"Al?" Lelaki itu tersadar, melihat pada si gadis yang sudah membuka mata.

"Eh? Gue ganggu ya? Tidur lagi saja," ucapnya.

"Gak, gak apa-apa." Gadis itu mendudukkan dirinya.

"Gue laper, lo juga gak?" tanyanya dan diangguki Alterio tanpa pikir panjang.

Griselle lalu menekan bel, bicara bahwa ia butuh makanan dan minuman untuk dua orang, lalu beberapa menit kemudian para pelayan datang dengan apa yang ia minta tadi. Alterio hendak terkagum-kagum, tapi ia juga biasa seperti itu di rumahnya. Keduanya makan dengan tenang, kadang bicara seperlunya.

Setelah selesai, mereka terdiam. Alterio tak tahu harus bilang apa dan Griselle yang entah kenapa agak canggung. Walau bagaimana pun, lelaki di sampingnya ini menyatakan cinta beberapa jam yang lalu. Lelahnya sudah hilang, jadi ia bisa memproses segalanya.

"Sel-"

"Al-"

"Duluan saja-"

Keduanya beralih terdiam lagi setelah tadi berucap bersamaan. Sedetik kemudian, mereka terkikik. Tidak biasanya kedua orang itu canggung seperti ini. Makanya, agak aneh-aneh sekali.

"Tadi gue putusin pacar gue. Karena-gue rasa gue udah gak punya perasaan sama dia. Dari pada gue nyakitin dia, jadi gue putusin saja," ucap Alterio mengawali pembicaraan.

"Jadi maksud lo ngomong kayak gitu di ruang OSIS tadi itu...apa? Gue beneran pelarian lo?" tanya Griselle.

"Bukan, gak gitu, beneran gak gitu, Sel. Selama ini pacaran sama dia, gue gak pernah ngerasain apa yang gue rasa saat sama lo." Alterio menatapnya dalam.

"Contohnya?" Griselle menatapnya datar sedangkan Alterio bergerak menuntun tangan gadis itu, menempelkan telapaknya pada dada si lelaki. Berdebar, berisik sekali sampai jantung Griselle juga ikut terusik.

"Berisik banget, Sel. Jantung gue baperan kalo sama lo, gampang berdebar." Griselle gelisah, Alterio membuat resah.

"Al, gue suka Jenan-"

"Gak masalah, gue bakal bikin lo suka sama gue. Deal?" Matanya berharap sekali.

"Al, gue-"

"Selenia, i love you." Griselle makin gelisah, debaran Alterio makin menjadi, pula dengan debaran jantungnya. Ini bahaya, Alterio bahaya sekali.

Sorai.

Sorai [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang