[18] Perihal Luka

110 23 0
                                    

(Part ini agak panjang, maaf ya kalo bosen.)

....

"Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2022."

Ponselnya jatuh, pun dengan air mata yang sebenarnya tidak ingin ia keluarkan. Griselle meraih ponselnya di lantai kamar yang mendingin, lalu mematikan benda tersebut. Ia menutup wajahnya, meredam hati yang remuk, mencoba tetap tenang walau nyawanya meredup.

"Gue gak boleh nangis. Tenang, Griselle. Semuanya bakal baik-baik saja, masih ada SBMPTN, ujian mandiri, atau-"

Kalimat sugestinya tidak rampung, tangisnya pecah tak terbendung. Dari awal memang Griselle tidak berharap lebih pada SNMPTN, tapi rasa sakit ketika tidak lulus seleksi tetaplah ada. Sore itu, dengan hangat senja yang mengintip dari fentilasi kamar, Griselle dedikasikan untuk menangis sampai tertidur.

Saat hari telah menggelap, kepalanya terasa berat untuk diangkat. Agak kaget ketika melihat para pelayannya berbaris di depan kamar saat ia beranjak untuk melihat keadaan. Jam menunjukkan pukul 10.00 PM., perutnya nyeri sampai ke ulu hati. Maagnya kambuh lagi.

"Ada apa?" Sial, suaranya serak sekali.

"Nona belum keluar kamar dari tadi sore, kami khawatir." Salah satunya menyuara.

"Bikinin aku makanan dong. Sekalian sama obat maag, ya?" Pelayannya mengangguk, lalu beranjak. Griselle menuruni tangga, berjalan menuju ke pintu utama lalu duduk di kursi teras. Di jam ini, duduk di depan rumah-sambil menatap kosong halaman depannya.

Ya, semoga saja ia tidak kerasukan setan.

Ayah dan ibunya tidak pulang malam ini, sepertinya. Ya setidaknya ia tidak perlu hancur dua kali. Griselle tidak bisa membayangkan apa yang akan orang tuanya katakan atau apa yang akan mereka lakukan kalau tahu hasil seleksinya.

"Nona Griselle kenapa di sini? Sudah malam, dingin juga. Nanti Nona masuk angin," ucap Kepala Pelayan dengan nada khawatir yang kentara.

Griselle hanya tersenyum tipis dan beranjak. Mencoba tetap tegap dalam pijakannya, ia mendudukkan diri di kursi ruang makan. Ada sepiring nasi goreng, segelas air putih, dan obat maag.

"Aku mau makan malam, kenapa kalian masak menu sarapan?" tanyanya dingin.

"Tapi Nona biasa makan-"

"Siapa yang nyuruh ngebantah?" Gadis itu menyela, membuat pelayannya langsung menunduk takut.

"Bahkan kalian saja masakin aku makanan yang gak aku harapkan! Bikinin aku makanan yang lain!" finalnya.

Gadis itu menundukkan kepala di meja. Ia menghela napas, menyesali marahnya pada para pelayan yang bahkan tidak salah. Ia sangat menyukai nasi goreng hingga tidak bosan memakannya bahkan dari sarapan sampai makan malam. Tapi kali ini, ia malah marah-marah tidak jelas hanya karena pengumuman seleksi.

Memang seharusnya ia tidak bertemu dengan orang lain lebih dulu. Mungkin besok Griselle akan mengurung diri di kamar saja sambil belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi SBMPTN.

Beberapa menit kemudian, pelayannya selesai masak. Kali ini Griselle tidak lagi protes, hanya memakan apa yang sudah dimasak. Setelah itu meminum obatnya dan beranjak tanpa kata. Ia rebahkan lagi tubuhnya yang rapuh sehabis dihantam kenyataan.

Sorai [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang