11.PERMULAAN

103 93 177
                                    

Heyoo Selamat Malam.Yang baca wajib komen ya xixixi

Selamat membaca semoga kalian suka sama cerita Bunda^^

***

''Kamu apa-apaan si mas!" Teriak wanita paruh baya itu.

Wanita itu sudah terlihat sangat kacau, air matanya sedari tadi tidak berhenti turun sehingga membuat matanya sembab. Bisa di lihat wanita itu sudah terlihat begitu lelah dan capek, sungguh rapuh dirinya.

"Kita cerai." Ujarnya.

Dua kata itu mampu membuat Clara lemas. Walaupun dirinya sering berantem dengan suaminya ini, namun di benak Clara dia tidak memikirkan sedikitpun untuk bercerai. Bagaimana nasib Nathan dan Nayla nanti? Diusianya yang masih muda mereka harus kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Bahkan selama ini hanya Clara yang menyempatkan waktu untuk mereka.

"Kamu ngomong apa si mas?! Cerai kamu bilang."

"Kenapa? Kamu gak bisa hidup tanpa harta aku kan!"

Wanita paruh baya itu menggeleng. "Apa si mas? Aku gak pernah mikir kayak gitu. Kamu gak kasihan sama anak kita, Nathan sama Nayla."

Tanpa mereka sadari seseorang sedang mengintip dibalik dinding mendengarkan apa yang telah mereka lalukan. Tubuhnya bergetar hebat karena dia menahan isak nya sedari tadi. Dia hanya ingin memiliki keluarga yang harmonis seperti orang lain. Apakah dirinya salah?

Tiba-tiba ada sebuah tangan mengelus kepalanya lembut. Sontak membuat Nayla berbalik dan mendongak.nTatapan lembut Nathan mampu membuat Nayla tenang, gadis itu lalu menghambur ke dalam pelukannya.

"Hiks bangggg," Lirihnya.

Nathan mengelus kepala sang adik. "Cup cup cup. Udah Nay gak papa masih ada abang disini," Ucapnya menenangkan.

"Gue cuma mau kayak orang lain banggg, kenapa semesta jahat banget si sama kita hiks hiks."

"Semesta gak jahat Nay, ini semua sudah diatur sama yang Maha Kuasa. Kita gak bisa ngelawan takdir."

Bohong jika Nathan sekarang baik-baik saja. Dirinya juga sama seperti Nayla, dia menginginkan harapan seperti adiknya ini. Ingin sekali dirinya menangis. Namun niat itu ia urungkan,ia harus bisa kuat agar bisa menjadi penopang buat Nayla dan Bunda-nya.

"Kalau kamu mau kamu bisa ambil dua anak itu, aku benar-benar tidak peduli. Dan yah satu lagi kalian tidak dapat sepeser pun harta dari ku!"

Hans mendorong tubuh Clara dengan kasar membuat wanita itu terjatuh ke lantai. Nathan dan Nayla yang melihat itu tak hanya tinggal diam, mereka menghampiri Clara dan membantunya berdiri. Clara menatap kedua anaknya itu dan menarik sudut bibirnya keatas.

Clara tau, cepat atau lambat ini semua akan terjadi. Waktulah yang sekarang mengabulkannya. Clara menyayangi Nathan dan Nayla sepenuh hati, entah kenapa suaminya selalu berpikiran negatif tentang dirinya dan berakhir dengan pertengkaran. Sungguh, sekarang Clara sudah tidak kuat lagi.

"Maafin Bunda," Hanya itu yang mampu Clara ucapkan kepada mereka.

"Bunda gak perlu minta maaf, Bunda gak salah," Ujar Nayla lalu menghampur memeluk tubuh wanita itu.

Nathan menghampiri pria berpakaian rapi itu. Ia yakin pria itu baru saja pulang dari kantor dan langsung memarahi Clara. Tangan Nathan sudah mengepal sejak tadi jika melihat wajah pria yang Bernotabe Ayah. Pria itu tidak pantas disebut dengan sebutan itu.

Bahkan pria itu selama ini tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang Ayah. Pria itu memakai waktunya hanya untuk bekerja dan bersenang-senang tanpa memikirkan keluarganya.

Bukan Fans [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang