Chapter 10

237 18 0
                                    

Day 8!

Brian'

"Bosen ga sih seharian dirumah?" tanya Rebecca yang sedari tadi lagi ngikir kukunya. Gue ngelirik dia sebentar lalu kembali pada laptop yang sedang berusaha menyelesaikan essay.

"Mau kemana lagi? Udah selesaikan perkenalan ekskulnya?" tanya Adel tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya. Tangannya juga masih menari-nari di keyboard.

"Kemana kek. Shopping kek, dugem kek, main, atau karokean. Lagi liburan juga ini. Pokoknya gue bosen dirumah!" teriak Rebecca yang masih dicuekin sama yang lain.

"Kalo lo mau jalan, ajak Alex gih Bec. Dia juga ga ada kerjaan. Mungkin lagi nonton bokep sendirian dikamar," celetuk gue yang disambut 'euh' oleh ketiga cewek itu.

"Ogah deh gue ngajakin dia. Adanya gue sial mulu kalo deket dia!" kata Rebecca menunjukkan wajah jijiknya.

Gue, Adel da Bianca ketawa. Gue mengerti banget malah sama Rebecca yang selalu dijailin tiap hari sama Alex. Mungkin kalo gue jadi cewek juga takut sama dia. Salut deh sama Rebecca yang masih kuat ngadepin dia.

"Eh, si Alvano juga mana? Tumben ga nongol udah siang gini," celetuk Bianca mengalihkan pandangannya dari laptop ke gue. Matanya yang serba hitem itu natap gue dalam-dalam. Ngeri juga liat dandanannya.

"Engga tau tuh. Tadi katanya juga ngerjain essay," jawab gue cuek. Bianca angkat bahu lalu kembali ke aktifitasnya. Kami hening dalam kegiatan masing-masing.

"Ha! Gue tau!" teriak Rebecca yang sukses buat gue kaget. Ternyata Adel dan Bianca pun begitu.

"Nanti malam kita adain pesta di restorannya si Helena! Tenang, gue jamin kita dapat VIP!" katanya berusaha mengacuhkan pandangan kesal kami karena udah dibuat kaget olehnya. Tadi dia nyebut-nyebut Helena, salah satu anggota cheersnya.

"Helena? Helena yang punya restoran bintang lima di Bandung ini?" tanya Bianca meluruskan maksud Rebecca. Rebecca mengangguk berulang-ulang. "Gue bakal telfon dia bilang kita bakal ke restorannya. Jadi, nanti malam, gue engga mau tau, kalian berdua," Rebecca nunjuk Adel dan Bianca, "harus tampil cantik!"

"No!" jawab mereka kompak.

***

Bianca'

Ini baru pukul empat dan kami baru mau pergi pukul tujuh, tapi Rebecca sudah berdiri didepan Adel dengan sekotak makeupnya yang entah darimana dia dapatkan. Oh ingatkan gue pada si miss dandan ini yang ga bakal lupa bawa alat make up kemanapun dia pergi.

"Sejak kapan lo bawa koper yang itu?" tanyaku sambil merubah posisi jadi tengkurap dengan siku di kasur dan telapak tangan menopang dagu. Menonton cara kerja Rebecca yang termasuk lihai dalam mendandani.

"Apa?" Rebecca menoleh kepadaku sebentar lalu beralih ke koper ungunya dan kembali ke Adel. "Oh, itu cuma gue tarok di mobil aja. Jaga-jaga kalo kita bakal kepesta kaya sekarang ini."

Oh ya, ingatkan aku lagi dengan mobil si miss dandan yang bisa diisi apa aja didalamnya. Mungkin kalau aku mengacak-acak isinya cuma gaun-gaun pesta, sepatu dengan model bermacam-macam, tas branded dan makeup yang bertebaran dimana-mana. Oke pikiranku ngelantur sekarang.

"Siap!" teriak Rebecca sambil menepuk tangannya bangga. Ini anak hobi banget teriak ya!

Adel bangkit dari duduknya lalu menghadap kaca yang dari tadi dibelakanginya. Hitungan detik, dia kaget sendiri.

"Kacamataku mana?" tanyanya sambil meraba meja rias. Elah, ternyata belum bisa liat toh.

Rebecca menepuk jidatnya lalu menarik Adel untuk menghadapnya lagi. Membuka kotak putih kecil dan mengeluarkan sesuatu yang aku perkirain itu adalah contact lens. Dan perkiraanku tepat ketika Rebecca meminta Adel mendongak dan membuka kelopak mata Adel lebar-lebar. Ketika kedua contact lensnya sudah terpasang rapi, Rebecca minta Adel berputar balik dan menghadap kaca.

SIX!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang