Adel-
Day 1!
Aku menarik koperku yang cukup berat menuju taksi yang sudah berdiri menunggu penumpang di terminal. Aku mempercepat langkahku ketika aku melihat ada orang lain yang berusaha menuju taksi yang ku incar. Dan untunglah, aku lebih cepat dan waspada daripada ibu-ibu itu.
Aku tutup pintu taksi lumayak keras. Si supir taksinya langsung tanya aku menuju kemana. Lalu aku menyebutkan alamat villa bu Mona yang di berikannya kemarin saat pembagian rafor semester genap.
Aku merutuki kepala sekolahku itu sepanjang perjalanan. Shit! Fuck! Bastard! Apa-apaan yang dia rencanakan ini? Kalau aku tidak bertanggung jawab dengan ekskul ekskakku, mungkin aku tidak akan berada di Bandung saat ini. Oh oh bukan, bahkan ini sudah tidak daerah Bandung lagi. Aku sudah tidak tau. Yang pasti ini pinggiran Bandung. Aku sedikit cemas berharap supir taksi ini baik dan tidak salah alamat mengantarku atau berbuat jahat padaku. Oke, hapus pikiran negatifmu Adel!
Akhirnya aku sampai disebuah rumah besar. Tepat, ini villa bu Mona. Omong-omong, baik sekali guru itu meminjamkan villanya pada kami.
Aku turun setelah membayar uang ongkos taksiku sesuai argo. Didepanku sudah ada dua mobil dan satu motor. Pastilah ini milik siswa-siswa yang akan berbaur denganku selama 2 minggu kedepan.
Aku masuk ke dalam gerbang dan benar saja lima orang siswa langsung menolehkan kepalanya kepadaku. Aku tau beberapa dari mereka. Misalnya, Biancca, cewek cantik yang suka dandan dan pakai baju seksi itu, mantan ketua cheers. Brian, cowok tampan berbadan tegap dan macho, mantan ketua basket. Alex, brandalan sekolah, banyak fansnya, dan jelas-jelas troublemaker, nah aku tidak tahu dia ekskul apa.
Cewek yang berhawa horor dan cowok cupu itu aku tidak tau. Jelas sekali mereka tidak terkenal.
"Kalian menungguku?" tanyaku cemas-cemas ketika berada didepan mereka.
"Yang benar saja, siapa lo? Gue lagi nungguin pak Kadi penjaga villa ini. Ambil kunci villa."
Aku agak kaget mendengar ledekan Biancca. Langsung menusuk dan pedas sekali. Aku jadi malu juga.
Kutarik koper menjauhinya dan duduk disebelah cewek horor itu. Mungkin dia cukup baik.
"Hai, aku Adel. Maaf aku lupa nama kamu." Oke, aku berusaha untuk pura-pura lupa. Jelas aku tidak mengenalnya, hanya agar dia tidak tersinggung.
Cewek itu menoleh dan menyipitkan matanya yang diberi efek hitam. Dia terlalu banyak menggunakan eyeshadow hitam sepertinya.
"Bianca. Panggil saja Bian. Dan tidak usah basa-basi. Aku tau kau tidak mengenalku sama sekali."
Holy shit! Kenapa semua orang disini mengesalkan!
Aku berusaha menarik ujung bibir untuk tersenyum.
"Kamu dari ekskul apa?"
"IT."
"Ooh, aku dari eskak."
"Oh."
Aku hening. Ya Tuhan! Sepertinya dalam waktu dekat aku akan gantung diri!
Beberapa setelah memilih untuk diam, seorang bapak-bapak berbadan kurus berlari tergopoh kearah kami. Yang lain segera bangkit dan menunjukkan wajah lega. Aku langsung mengerti bahwa ini adalah pak Kadi.
"Maaf ya nak, bapak ambil kunci kerumah dulu," ujar si bapak langsung menuju pintu dan membuka kunci. Pintu pun terbuka dan sang juru kunci langsung mempersilahkan kami masuk.
"Baiklah, saya akan menjelaskan sebentar tentang villa ini."
Aku mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru villa. Villa ini terkesan mewah dengan nuansa putih abu-abunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIX!
Teen FictionSaling tidak mengenal, saling tidak peduli, dan saling tidak acuh. Lalu apa yang terjadi jika mereka diharuskan berkumpul dalam satu tempat yang benar-benar hanya ada mereka saja? Apakah akan terbentuk satu hubungan baru? Pertemanankah? Persahabatan...