Chapter 4

571 30 0
                                    

Author balik dengan six! abal2 ini. Sedih juga yang vote masih sedikit. Jadi malas lanjutinnya. Tapi kata orang sih, dikit2 jadi bukit. Nah siapa tau ada yang suka kalau udah dilanjutin. Iya ngga?
Author langsung post tiga part deh supaya ada yang tertarik. Buat sementara, My A author tahan dulu. Engga tau aja mau buat ini aja, mau rasain lagi gimana masa SMA hihi
Happy reading guys!!

Rebecca-

Day2!

Gue mengerjapkan mata sekali lagi, baru menyadari bahwa hari sudah terang dan sekarang nggak berada dikamar gue biasanya. Gue memutar memori mengingat apa yang sedang terjadi. Oh ya, gue berada dikamar kecil di villa kepala sekolah.

Gue menoleh ke dinding sebelah kiri yang bergantung jam dinding disana. Dan, apa? Sudah pukul 8 pagi? Super sekali! Gue nggak pernah tidur senyenyak ini sampai bangun ke siangan kaya gini. Biasanya jam segini gue udah balik dari jogging keliling komplek. Mungkin aja gue kelelahan memeras otak untuk membuat essay sialan itu. Oh my god!

Gue bangkit dan mengambil handuk serta bathrobe. Gue ggantikan baju dengan bathrobe menutupi tubuh gue yang indah. Keluar kamar dan menuju kamar mandi, berharap cowok berandalan yang tidur disebelah kamar gue belum bangun.

Gue melangkah cepat. Dan untunglah kamar mandi tidak terkunci. Tandanya gue yang memakai kamar mandi duluan.

Gue menuju westafel yang di atasnya tertempel cermin besar. Terpampanglah wajah wanita cantik di cermin itu. Hem, gue adalah wanita tercantik di sini. Ngga ada bandingnya dengan dua cewek yang ikut kesini bersama kami itu.

Gue sedang membuka bathrobe dan menuju shower ketika pintu kaca berembun shower bergeser dan terbuka. Refleks gue teriak dan menutup kembali tubuh gue asal-asalan.

Cowok itu maju satu langkah dan sudah menutup mulut gue dengan tangannya. Lalu dengan langkah besar dia maju-membuat gue mundur- sehingga punggung gue membentur tembok.

Matanya mengunci mata gue dengan telak. Hitam tegas. Di kelopak matanya ada segaris luka.

"Lo jangan berteriak!" kata cowok itu.

Gue melirik ke bawahannya yang untungnya masih makai handuk. Handuk itu melilit sempurna di pinggangnya.

Gue berusaha melepaskan tangannya, cowok itu malah mengambil tangan gue dan menguncinya dalam satu tangannya yang bebas. Ditekankannya di perut gue yang anehnya ngerasa sesuatu berterbangan disana.

Gue memberikannya tatapan setajam mungkin supaya dia mau lepasin gue.

"Janji jangan teriak! Kalau lo teriak gue bekap pake bibir gue!"

Gue mengangguk secepat mungkin.

Cowok itupun melepaskan tangannya dari mulut gue. Gue yang mendapat udara segar langsung menarik nafas panjang-panjang.

"Alex! Keluar lo!" Teriak gue sesuadahnya. Dan hemp.. bibirnya dengan cepat menempel di bibir gue. Matanya terbuka dan menatap ke dalam mata gue menyiratkan bahwa dia tidak main-main dengan perkataannya tadi. Alex nyium gue! Pria berandalan ini nyium gue!!!

Gue dorong tubuhnya sekuat gue mampu. Tapi dasar tenaganya lebih kuat, dia engga bergeming sama sekali. Alex sekali lagi memberikan isarat dimatanya agar gue nggak teriak. Lalu dengan isarat mata pula gue berjanji.

Alex akhirnya melepaskan ciuman kami-jika ini bisa disebut ciuman.

"Dengar! Gue yang lebih dulu mandi dan lo yang nyerobot masuk. Jadi jika lo berteriak dan mereka mengatakan yang tidak2 tentang kita, lo yang akan gue salahin. Look! Gue basah dan lo engga. Jadi mereka pasti mengerti," kata Alex sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya sehingga otot bisepnya muncul.

SIX!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang